Bicara
mengenai kesehatan memang tidak akan pernah ada habisnya, karena hidup manusia
itu berkaitan erat dengan kesehatan. Selama manusia ada, maka masalah kesehatan
akan terus jadi perbincangan hangat. Perubahan gaya hidup di masyarakat, serta
mulai bermunculannya berbagai jenis produk makanan dan minuman, yang diiklannya
mengaku mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan manusia, padahal pada
kenyataannya tidak begitu, menjadi penyebab makin meningkatnya angka kematian
di Indonesia, bahkan di dunia.
Fun Discussion |
Seperti
yang dikatakan oleh Ibu Lenny N. Rosalin, SE, MSc, MFin, Deputi Menteri PPPA
Bidang Tumbuh Kembang Anak, beberapa hari lalu pada acara Fun Discussion, yang
diselenggarakan pada hari Kamis, 14 Desember 2017 di Gedung Kementerian PPPA,
Jakarta. Pada diskusi yang bertemakan “Knowing ‘Milky Ways’, One Step Closer”
ini, Ibu Lenny mengutarakan bahwa masalah kesehatan hingga berujung pada
tingginya angka kematian, harus bisa dikurangi.
Ibu Lenny |
“Lingkaran
setan yang jika tidak pernah dipatahkan, maka kita tidak akan pernah berhenti.
Kita akan terus saja berbicara mengenai hal ini, dan tidak pernah ada ujungnya.
Saya melihat ada dua hal yang penting di sini. Pertama kita harus ubah edukasi.
Kita akan menata di sisi suplainya, ke perusahaannya, ke BPOM, termasuk
labelnya dan iklannya. Untuk iklan kita akan bekerja sama dengan KPI,” jelas
Ibu Lenny.
Ibu
Lenny pun menyarankan untuk memperkuat dari sisi demand-nya, yang artinya menjadikan konsumen untuk lebih pintar
dalam memilih produk makanan dan minuman yang akan mereka konsumsi. Sebenarnya banyak
produk makanan dan minuman yang tidak sehat, namun pada masyarakat selalu dijejali
bahwa produk tersebut adalah produk yang sehat, misalnya saja produk susu
kental manis (SKM), yang pada kenyataannya bukan merupakan produk susu. Makanya, Ibu Lenny mengusulkan agar mengedukasi konsumen
untuk lebih pintar lagi.
“Untuk
materi-materinya, itu kita harus buat yang mudah dipahami anak dan juga
dipahami oleh keluarga. Jadi kita pinterin mereka. Kemarin kita bicara tentang
rokok, sebelumnya gizi seimbang, sekarang SKM. Nah, materi-materi ini harus
kita buat mudah dipahami anak, sehingga anak ini sebagai konsumen juga bisa
memilih. Biasakan anak membaca komposisi yang terkandung pada produk yang
mereka ingin konsumsi, seperti coklat atau permen. Anak-anak ini harus tahu
bahan makanan apa saja yang bagus dan tidak bagus bagi tubuh mereka. Jadi tidak
hanya orangtuanya saja,” papar Ibu Lenny lagi.
Salah
satu contoh yang diberikan oleh Ibu Lenny saat menghadiri kegiatan edukasi
mengenai bahaya rokok. Salah satu masukan dari anak muda yang hadir, bahwa
gambar tengkorak yang ada di kemasan rokok, dianggap sebagai simbol macho di
kalangan anak muda. Tengkorak ternyata bukanlah menjadi momok yang menakutkan
bagi mereka. Ini bisa kita lihat gambar tengkorak yang ada di berbagai kaos
yang biasa mereka kenakan. Ini menjadi masukan juga bagi pemerintah, dalam hal
ini Kemenkes. Sehingga perlu dilakukan revisi terhadap iklan yang ada pada kemasan
rokok.
Dalam
mengedukasi masyarakat, sebaiknya ditentukan targetnya apa dan siapa saja.
Untuk mengubah mindset yang ada pada
anak-anak, pun pada seluruh keluarga Indonesia, Kemenkes menggunakan skema 5
target grup yang bisa disasar, yaitu langsung ke anak, melalui keluarga,
melalui sekolah-sekolah, melalui lingkungan, dan melalui dimensi wilayahnya.
Kemenkes
sendiri mentargetkan bisa mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) di tahun 2030
mendatang. Salah satu caranya adalah dengan pemenuhan gizi seimbang dalam
proses tumbuh kembang anak. Pemenuhan gizi anak tentu saja harus memperhatikan
asupan gizi seimbang yang baik dan benar, yang diberikan pada anak. Menyeleksi
produk apa saja yang layak untuk dikonsumsi anak. Untuk itu diharapkan konsumen
lebih pintar lagi dalam memilih jenis produk yang akan mereka konsumsi.
Selanjutnya
Ibu Lenny menjelaskan beberapa prinsip pembangunan anak. Diantaranya Non
Diskrimasi, yaitu memberlakukan semua hak yang terkandung dalam KIA pada setiap
anak, tanpa ada pengecualian. Menghargai Pandangan Anak, salah satunya dengan
cara mengajak anak untuk selalu ikut serta dalam pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kehidupan anak. Kepentingan Terbaik bagi Anak, yaitu tindakan
apapun itu yang menyangkut anak, maka yang terbaik bagi anak harus jadi
pertimbangan utama. Serta Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan,
yaitu hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui dan dijamin.
Berbagai
upaya pun telah dilakukan Kementerian Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (KPPPA). Diantaranya membentuk indikator Kabupaten/ Kota Layak Anak (KLA)
terkait status gizi dan PMBA, Kampanye pembatasan konsumsi Gula, Garam, dan
Lemak (GGL) pada anak pada tahun 2016, serta melakukan sosialisasi ASI
Eksklusif, Gizi Seimbang, dan Pembatasan GGL di 12 provinsi pada tahun 2017.
dr.
Marya W. Haryono, MGizi, SpGk, Dokter Spesialis Gizi Klinik, yang ikut hadir
pada diskusi tersebut pun menjelaskan bahwa untuk membentuk anak yang sehat dan
cerdas, itu harus dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupannya. Yup, mulai dari
masa kehamilan ibu, hingga anak berusia 2 tahun nantinya. Masa ini disebut
dengan periode emas, karena pada masa tersebutlah mulai terbentuk fisik dan
perkembangan otak pada anak. Jadi usahakan selama periode emas ini untuk
memberikan asupan nutrisi yang seimbang, tepat, dan baik pada anak.
Ibu
yang pintar, mustinya sudah tau dong dengan Tumpeng Gizi Seimbang yang
dikeluarkan oleh Kemenkes. Dalam tumpeng tersebut sudah dikelompokkan berbagai jenis
makanan sesuai dengan kandungan zat gizinya. Ke semua jenis makanan tersebut
sebaiknya dikonsumsi secara tepat dan seimbang, agar kebutuhan tubuh akan
nutrisi bisa terpenuhi dengan baik. Bagaimanapun juga anak usia 6 bulan ke
atas, membutuhkan zat gizi selain dari ASI, agar tubuhnya bisa tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Lebih
lanjut dr. Marya menginformasikan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
asupan makanan, diantaranya lingkungan keluarga, sosial, media, teman sebaya
(teman bermain anak), dan faktor penyakit. Jika berat badan kurang atau terjadi
gagal tumbuh pada anak, ini bisa disebabkan karena adanya penyakit akut/ kronis
yang bersarang pada tubuh anak, kurangnya nafsu makan, serta keluarga yang
memang kekurangan bahan makanan. Jika sudah begitu, salah satu cara
penanganannya adalah dengan cara memodifikasi anjuran makan, agar dapat
meningkatkan nafsu makan anak. Atau bisa juga dengan memberikan makanan dengan
porsi kecil, namun sering dan teratur.
dr. Marya |
“Sarapan
juga sangat penting ya, mengingat saat ini banyak yang malas untuk sarapan.
Dengan sarapan, tubuh akan memndapatkan energy untuk memulai aktivitasnya,
asupan harian bisa terkontrol dengan baik, dan anak pun akan terbiasa untuk
mendapatkan pola makan yang teratur. Sarapan bersama keluarga bahkan dapat
meningkatkan kebersamaan atau bonding antar anggota keluarga, dan asupan
nutrisi keluarga dapat dikontrol dengan baik. Di meja makan, anggota keluarga,
khususnya anak dapat belajar sopan santun,” papar dr. Marya.
Bapak Andi |
Sedangkan
menurut Bapak Andi Khomeini, dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, saat
ini sudah terjadi transisi epidemiologi terhadap gizi. “Zaman sekarang sudah
terjadi pergeseran global terhadap pola diet. Gula, yang kaya akan kalori
dianggap sudah mampu memberikan energi untuk bisa beraktivitas. Begitupun
dengan meningkatnya penggunaan makanan setengah matang dan siap saji, yang
biasanya padat gula dan lemak tak baik,” jelas Bapak Andi.
Memang
sih, jika zaman dulu orang lebih banyak melakukan aktivitas fisik, karena moda
transportasi yang masih jarang saat itu, serta lebih banyak mengkonsumsi
makanan olahan rumah, yang tentu saja lebih sehat ketimbang jajanan luaran siap
saji yang banyak beredar saat ini. Ini merupakan gambaran evolusi pola diet
yang buruk, dulu dan sekarang. Perubahan gaya hidup seperti ini yang mustinya
diantisipasi bersama.
Alangkah baiknya jika kembali bergaya hidup sehat seperti
zaman dulu, dengan rajin mengkonsumsi buah dan sayur, serta rajin bergerak atau
beraktivitas, serta menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih produk yang baik dan sehat untuk diri sendiri dan juga keluarga. Semuanya di mulai dari rumah, dari keluarga. Keluarga yang sehat
akan menghasilkan bangsa yang sehat juga. Yuk, dukung Indonesia Layak Anak!
Agar anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas, serta dapat memajukan bangsa ini
:)
Foto : Pribadi
4 comments