Yuk, Dukung Indonesia Layak Anak Tahun 2030

By Dewi Sulistiawaty - Desember 20, 2017

Bicara mengenai kesehatan memang tidak akan pernah ada habisnya, karena hidup manusia itu berkaitan erat dengan kesehatan. Selama manusia ada, maka masalah kesehatan akan terus jadi perbincangan hangat. Perubahan gaya hidup di masyarakat, serta mulai bermunculannya berbagai jenis produk makanan dan minuman, yang diiklannya mengaku mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan manusia, padahal pada kenyataannya tidak begitu, menjadi penyebab makin meningkatnya angka kematian di Indonesia, bahkan di dunia.

Fun Discussion
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Lenny N. Rosalin, SE, MSc, MFin, Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak, beberapa hari lalu pada acara Fun Discussion, yang diselenggarakan pada hari Kamis, 14 Desember 2017 di Gedung Kementerian PPPA, Jakarta. Pada diskusi yang bertemakan “Knowing ‘Milky Ways’, One Step Closer” ini, Ibu Lenny mengutarakan bahwa masalah kesehatan hingga berujung pada tingginya angka kematian, harus bisa dikurangi.

Ibu Lenny
“Lingkaran setan yang jika tidak pernah dipatahkan, maka kita tidak akan pernah berhenti. Kita akan terus saja berbicara mengenai hal ini, dan tidak pernah ada ujungnya. Saya melihat ada dua hal yang penting di sini. Pertama kita harus ubah edukasi. Kita akan menata di sisi suplainya, ke perusahaannya, ke BPOM, termasuk labelnya dan iklannya. Untuk iklan kita akan bekerja sama dengan KPI,” jelas Ibu Lenny.

Ibu Lenny pun menyarankan untuk memperkuat dari sisi demand-nya, yang artinya menjadikan konsumen untuk lebih pintar dalam memilih produk makanan dan minuman yang akan mereka konsumsi. Sebenarnya banyak produk makanan dan minuman yang tidak sehat, namun pada masyarakat selalu dijejali bahwa produk tersebut adalah produk yang sehat, misalnya saja produk susu kental manis (SKM), yang pada kenyataannya bukan merupakan produk susu. Makanya, Ibu Lenny mengusulkan agar mengedukasi konsumen untuk lebih pintar lagi.

“Untuk materi-materinya, itu kita harus buat yang mudah dipahami anak dan juga dipahami oleh keluarga. Jadi kita pinterin mereka. Kemarin kita bicara tentang rokok, sebelumnya gizi seimbang, sekarang SKM. Nah, materi-materi ini harus kita buat mudah dipahami anak, sehingga anak ini sebagai konsumen juga bisa memilih. Biasakan anak membaca komposisi yang terkandung pada produk yang mereka ingin konsumsi, seperti coklat atau permen. Anak-anak ini harus tahu bahan makanan apa saja yang bagus dan tidak bagus bagi tubuh mereka. Jadi tidak hanya orangtuanya saja,” papar Ibu Lenny lagi.

Salah satu contoh yang diberikan oleh Ibu Lenny saat menghadiri kegiatan edukasi mengenai bahaya rokok. Salah satu masukan dari anak muda yang hadir, bahwa gambar tengkorak yang ada di kemasan rokok, dianggap sebagai simbol macho di kalangan anak muda. Tengkorak ternyata bukanlah menjadi momok yang menakutkan bagi mereka. Ini bisa kita lihat gambar tengkorak yang ada di berbagai kaos yang biasa mereka kenakan. Ini menjadi masukan juga bagi pemerintah, dalam hal ini Kemenkes. Sehingga perlu dilakukan revisi terhadap iklan yang ada pada kemasan rokok.

Dalam mengedukasi masyarakat, sebaiknya ditentukan targetnya apa dan siapa saja. Untuk mengubah mindset yang ada pada anak-anak, pun pada seluruh keluarga Indonesia, Kemenkes menggunakan skema 5 target grup yang bisa disasar, yaitu langsung ke anak, melalui keluarga, melalui sekolah-sekolah, melalui lingkungan, dan melalui dimensi wilayahnya.

Kemenkes sendiri mentargetkan bisa mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) di tahun 2030 mendatang. Salah satu caranya adalah dengan pemenuhan gizi seimbang dalam proses tumbuh kembang anak. Pemenuhan gizi anak tentu saja harus memperhatikan asupan gizi seimbang yang baik dan benar, yang diberikan pada anak. Menyeleksi produk apa saja yang layak untuk dikonsumsi anak. Untuk itu diharapkan konsumen lebih pintar lagi dalam memilih jenis produk yang akan mereka konsumsi.

Selanjutnya Ibu Lenny menjelaskan beberapa prinsip pembangunan anak. Diantaranya Non Diskrimasi, yaitu memberlakukan semua hak yang terkandung dalam KIA pada setiap anak, tanpa ada pengecualian. Menghargai Pandangan Anak, salah satunya dengan cara mengajak anak untuk selalu ikut serta dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kehidupan anak. Kepentingan Terbaik bagi Anak, yaitu tindakan apapun itu yang menyangkut anak, maka yang terbaik bagi anak harus jadi pertimbangan utama. Serta Hak Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Perkembangan, yaitu hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui dan dijamin.

Berbagai upaya pun telah dilakukan Kementerian Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). Diantaranya membentuk indikator Kabupaten/ Kota Layak Anak (KLA) terkait status gizi dan PMBA, Kampanye pembatasan konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) pada anak pada tahun 2016, serta melakukan sosialisasi ASI Eksklusif, Gizi Seimbang, dan Pembatasan GGL di 12 provinsi pada tahun 2017.

dr. Marya W. Haryono, MGizi, SpGk, Dokter Spesialis Gizi Klinik, yang ikut hadir pada diskusi tersebut pun menjelaskan bahwa untuk membentuk anak yang sehat dan cerdas, itu harus dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupannya. Yup, mulai dari masa kehamilan ibu, hingga anak berusia 2 tahun nantinya. Masa ini disebut dengan periode emas, karena pada masa tersebutlah mulai terbentuk fisik dan perkembangan otak pada anak. Jadi usahakan selama periode emas ini untuk memberikan asupan nutrisi yang seimbang, tepat, dan baik pada anak.

Ibu yang pintar, mustinya sudah tau dong dengan Tumpeng Gizi Seimbang yang dikeluarkan oleh Kemenkes. Dalam tumpeng tersebut sudah dikelompokkan berbagai jenis makanan sesuai dengan kandungan zat gizinya. Ke semua jenis makanan tersebut sebaiknya dikonsumsi secara tepat dan seimbang, agar kebutuhan tubuh akan nutrisi bisa terpenuhi dengan baik. Bagaimanapun juga anak usia 6 bulan ke atas, membutuhkan zat gizi selain dari ASI, agar tubuhnya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.  

Lebih lanjut dr. Marya menginformasikan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi asupan makanan, diantaranya lingkungan keluarga, sosial, media, teman sebaya (teman bermain anak), dan faktor penyakit. Jika berat badan kurang atau terjadi gagal tumbuh pada anak, ini bisa disebabkan karena adanya penyakit akut/ kronis yang bersarang pada tubuh anak, kurangnya nafsu makan, serta keluarga yang memang kekurangan bahan makanan. Jika sudah begitu, salah satu cara penanganannya adalah dengan cara memodifikasi anjuran makan, agar dapat meningkatkan nafsu makan anak. Atau bisa juga dengan memberikan makanan dengan porsi kecil, namun sering dan teratur.

dr. Marya
“Sarapan juga sangat penting ya, mengingat saat ini banyak yang malas untuk sarapan. Dengan sarapan, tubuh akan memndapatkan energy untuk memulai aktivitasnya, asupan harian bisa terkontrol dengan baik, dan anak pun akan terbiasa untuk mendapatkan pola makan yang teratur. Sarapan bersama keluarga bahkan dapat meningkatkan kebersamaan atau bonding antar anggota keluarga, dan asupan nutrisi keluarga dapat dikontrol dengan baik. Di meja makan, anggota keluarga, khususnya anak dapat belajar sopan santun,” papar dr. Marya.

Bapak Andi
Sedangkan menurut Bapak Andi Khomeini, dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, saat ini sudah terjadi transisi epidemiologi terhadap gizi. “Zaman sekarang sudah terjadi pergeseran global terhadap pola diet. Gula, yang kaya akan kalori dianggap sudah mampu memberikan energi untuk bisa beraktivitas. Begitupun dengan meningkatnya penggunaan makanan setengah matang dan siap saji, yang biasanya padat gula dan lemak tak baik,” jelas Bapak Andi.


Memang sih, jika zaman dulu orang lebih banyak melakukan aktivitas fisik, karena moda transportasi yang masih jarang saat itu, serta lebih banyak mengkonsumsi makanan olahan rumah, yang tentu saja lebih sehat ketimbang jajanan luaran siap saji yang banyak beredar saat ini. Ini merupakan gambaran evolusi pola diet yang buruk, dulu dan sekarang. Perubahan gaya hidup seperti ini yang mustinya diantisipasi bersama. 

Alangkah baiknya jika kembali bergaya hidup sehat seperti zaman dulu, dengan rajin mengkonsumsi buah dan sayur, serta rajin bergerak atau beraktivitas, serta menjadi konsumen yang cerdas dalam memilih produk yang baik dan sehat untuk diri sendiri dan juga keluarga. Semuanya di mulai dari rumah, dari keluarga. Keluarga yang sehat akan menghasilkan bangsa yang sehat juga. Yuk, dukung Indonesia Layak Anak! Agar anak Indonesia tumbuh sehat dan cerdas, serta dapat memajukan bangsa ini :)



Foto : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

4 comments