Pentingnya Gizi dan Nutrisi untuk Masa Depan Bangsa
By Dewi Sulistiawaty - Maret 21, 2015
Berdasarkan data pada tahun 2013
sebanyak 8,8 juta balita di Indonesia bertubuh pendek (stunting). Kenapa?
Ternyata ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diterima oleh anak-anak
sejak kelahirannya. Bagaimana ini bisa terjadi?
Indonesia merupakan salah satu
negara di dunia yang masih mempunyai masalah gizi yang sangat memprihatinkan. Ini
mungkin disebabkan karena rendahnya pendidikan dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi dan nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak ke depannya. Padahal kekurangan zat gizi dapat beresiko pada kematian,
bayi dengan berat badan lahir rendah, IQ yang rendah, anak tumbuh dengan tubuh yang
pendek dan lain sebagainya.
Tidak merupakan sebuah jaminan
bahwa satu bangsa yang makmur pasti masyarakatnya akan terbebas dari
malnutrisi. Contohnya negara maju seperti Belanda dan negara-nagara lainnya di
Eropa dan Amerika yang sempat mengalami masalah krisis gizi dan kesehatan.
Dr. Martine Alles |
Dr.Martine Alles, Director of
Developmental Physiology & Nutrition Danone Nutricia Early Life Nutrition
Belanda mengatakan bahwa negara Belanda pada tahun 1858 sempat mengalami
perlambatan pada tingkat pertumbuhan tinggi badan dan bayi dengan berat badan
lahir rendah. Namun dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pengetahuan
masyarakatnya serta peranan pemerintah, maka perubahan pertumbuhan sekular di
Belanda merangkak ke arah yang lebih positif.
Indikator utama terjadinya
peningkatan ini adalah dengan cara perbaikan gizi dan kesehatan pada anak,
membiasakan hidup bersih (hygiene) dan dengan penekanan lajunya pertumbuhan
penduduk.
Contoh langkah nyata yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda untuk mengentaskan masalah gizi ini adalah dengan cara
pemberian susu kepada siswa sekolah, pemberian susu gratis kepada masyarakat yang tidak mampu dan juga pemberian subsidi pada susu.
Penting untuk kita ketahui bahwa
1000 hari pertama kehidupan adalah periode penting bagi pertumbuhan anak-anak,
karena pada periode ini terjadi pertumbuhan fisik dan penambahan masa otak,
serta pengembangan signifikan kemampuan kognitif, tulang, imunitas, sistem pencernaan
dan organ-organ metabolisme. Kualitas pertumbuhan yang dialami pada periode ini
akan mempengaruhi kesehatan mereka di masa depan.
Sebagai tambahan pengetahuan bagi
kita, gizi ini terdiri dari gizi mikro dan gizi makro. Gizi makro adalah berupa
karbohidrat, protein, lemak dan air. Sedangkan gizi mikro adalah vitamin dan
mineral yang terdapat pada makanan hewani, susu, sayur-sayuran dan buah.
Sumber Kalsium berasal dari susu,
ikan, kubis-kubisan termasuk brokoli. Zat besi banyak terdapat pada daging,
hati, jeroan dan ikan. Yodium dari sea food. Zink banyak terdapat pada daging
merah dan daging kelinci. Selenium bisa didapatkan pada berbagai sayuran dan
sea food. Vitamin A terdapat pada hampir semua buah-buahan yang berwarna, hati
dan juga beberapa makanan hewani. Vitamin D dari ikan, telur dan berbagai
sumber minyak yang baik. Vitamin C banyak terdapat pada berbagai macam buah. Vitamin
B6 pada kacang-kacangan dan daging. Asam folat pada sayur dan buah-buahan.
Sedangkan Vitamin B12 terdapat pada hampir semua makanan hewani dan tempe.
Dan Vitamin D merupakan salah
satu zat gizi penting yang mempengaruhi kualitas pertumbuhan anak-anak. Vitamin
D diketahui memiliki keterkaitan dengan pelunakan dan pelemahan tulang. Di negara-negara seperti Eropa dan Amerika, pemulihan tulang pada anak-anak mereka dilakukan
dengan cara penggunaan minyak hati ikan kod, melakukan terapi ringan dan
menyediakan kamp liburan bagi anak-anak yang tampak pucat. Pemerintah juga
mewajibkan untuk melakukan fortifikasi Vitamin D pada mentega.
Selain dari makanan seperti ikan, telur, jamur, kacang-kacangan, buah-buahan dan susu, Vitamin D juga bisa kita dapatkan dari sinar matahari. Selain bermanfaat untuk tulang, Vitamin D ternyata juga dapat
meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas adaptif).
Pemerintah Indonesia sendiri
sudah berusaha untuk melakukan perbaikan gizi pada masyarakat. Ini bisa dilihat
dengan turunnya angka kekurangan gizi di Indonesia walaupun tidak terlalu
signifikan. Namun dengan mulai membaiknya ekonomi di Indonesia ternyata juga belum mampu sepenuhnya
menjamin terselesaikannya masalah gizi pada anak dan balita.
Pemerintah melalui Program
Posyandu berusaha memberikan penyuluhan-penyuluhan akan pentingnya gizi bagi
ibu dan anak, memberikan susu bagi anak yang kurang gizi serta Vitamin A untuk semua balita di
lingkungannya. Pemerintah juga melakukan fortifikasi yodium pada garam.
Namun masalah Vitamin D dengan
balita bertubuh pendek masih menjadi kendala hingga saat ini. Bisa jadi ini berarti karena kurangnya pemenuhan gizi yang seimbang pada ibu
hamil. Faktor makanan pada anak dan lingkungan juga menjadi penyebab anak
balita menjadi bertubuh pendek.
Pada masa kehamilan, yang sering terjadi defisiensi atau kekurangan pada tubuh adalah pembentukan butir darah merah, zat
besi , asam folat, vitamin A, asam amino essensial (terdapat dalam makanan
hewani termasuk susu), asam lemak essensial (terdapat dalam ikan, kacang-kacangan
dan minyak baik lainnya).
Makanya penting sekali asupan
gizi dan nutrisi yang seimbang mulai dari calon ibu hamil hingga anak berusia 4
tahun agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan sempurna.
Saat anak menginjak usia 6 bulan,
berikan anak makanan pendamping selain ASI. Kenalkan anak dengan berbagai macam
cita rasa makanan yang bergizi termasuk susu sebagai sumber kalsium.
Kurangnya asupan gizi yang
diterima oleh tubuh akan berakibat berkurangnya kualitas imun pada tubuh. Dan
ini berdampak pada mudahnya tubuh diserang oleh barbagai macam penyakit, baik
yang menular (seperti TB) maupun yang tidak menular (seperti stroke, diabetes,
hipertensi, dan lain-lain). Dan penyakit ini merupakan penyakit dengan angka
kematian tertinggi setelah angka kelahiran.
Prof. Hardinsyah M.S |
Prof. Hardinsyah, M.S Guru Besar
Fakultas Ekologi Manusia Institut Teknologi Bogor mengatakan bahwa semakin
cepat anak tumbuh pada masa dininya maka anak akan beresiko besar mengalami
lingkar pinggang yang besar pada saat dewasanya.
Perbaikan gizi ibu dan anak
merupakan cara yang paling efektif untuk mencerdaskan anak bangsa. “Dengan
baiknya gizi ibu dan anak maka rantai kemiskinan bisa diputus,” kata Dr.
Hardinsyah mengutip perkataan dari Hillary Clinton.
Untuk itu perlu dilakukan berbagai
upaya untuk memperbaiki gizi di Indonesia. Kita bisa belajar dari kasus-kasus
gizi yang terjadi di negara lain dan bagaimana cara mereka mengatasinya
sehingga bisa sukses dalam menanggulangi masalah gizi dan kesehatan di negara
mereka.
Pemerintah juga bisa melakukan fortifikasi zat gizi ke
dalam berbagai bahan makanan yang banyak di konsumsi masyarakat seperti beras,
kacang ijo dan kacang kedelai, gula, minyak goreng dan lain sebagainya.
Selain pemerintah, kita juga bisa
ikut berperan dengan menyebarkan informasi dan pengetahuan pada masyarakat tentang
pentingnya gizi. Penyebaran bisa dilakukan dari mulut ke mulut, pada kelompok
diskusi maupun di berbagai media sosial sehingga masyarakat yang minim informasi menjadi lebih tahu, mengerti dan melek gizi.
Menggerakkan hati para pengusaha
agar ikut peduli dan ambil bagian dalam mengentaskan masalah gizi yang terjadi
di Indonesia. Seperti yang telah dilakukan oleh PT. Sarihusada dengan
mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki nutrisi anak
bangsa. Kegiatan yang telah dilakukan oleh Sarihusada adalah seperti Nutritalk
yaitu berupa diskusi dengan menghadirkan berbagai narasumber yang kompenten dan
ahli dalam ilmu gizi dan nutrisi, sehingga kita bisa mendapatkan pengetahuan dan
informasi yang komplit mengenai gizi.
Salah satu kegiatan 'Nutritalk' yang digagas oleh PT. Sarihusada |
Lalu Sarihusada dengan Karnaval
Gizi-nya mengajak masyarakat untuk melek gizi. Berbagai kegiatan bermanfaat
dilakukan seperti jalan sehat, cara mengolah makanan sehat, dan konsultasi gizi
bersama ahlinya. Sarihusada juga ikut menyumbangkan susu bagi anak-anak yang
tidak mampu. Ini bisa dijadikan sebagai contoh bagi perusahaan lain untuk bisa
bersama memperbaiki gizi anak bangsa.
Dokumentasi Foto : Pribadi, Sarihusada dan www.yasudahlah.com
0 comments