Rahasia Masakan Enak Itu Adalah ...

By Dewi Sulistiawaty - Maret 30, 2015

3 tahun sudah berlalu sejak kepergian ayah Luna menghadap Yang Kuasa. Dan sejak saat itu pula kehidupan Luna mulai berubah. Beberapa perabotan rumah yang di rasa tidak terlalu penting dan tidak terlalu sering digunakan terpaksa dan dengan berat hati harus di jual, termasuk mobil yang biasa digunakan oleh ayah semasa hidupnya. Ibu juga menjual rumah besar peninggalan ayah dan lebih memilih untuk tinggal di rumah yang lebih mungil.
“Rumah itu terlalu besar untuk kita bertiga Luna. Kita juga tidak bisa membayar tenaga pembantu seperti dulu. Ibu tidak sanggup untuk mengurus rumah sebesar ini sendirian. Lagian lumayan juga, sisa uangnya setelah kita beli rumah yang baru bisa di tabung buat keperluan sekolah kalian berdua,” jelas Ibu pelan ketika waktu Luna protes dan menanyakan kenapa ibu menjual rumah yang selama ini mereka tempati.

Luna masih duduk di kelas tiga SMP waktu ayahnya tiba-tiba pingsan karena serangan jantung. Yang diingat Luna, ayahnya segera dibawa ke rumah sakit. Namun keesokan harinya, sepulang sekolah, Luna heran melihat rumahnya sudah ramai dengan tamu. Dan ketika ia memasuki rumah, ibunya langsung berlari kearahnya dan memeluk erat dirinya sambil menangis. Luna segera tersadar dari herannya dan ia pun menangis dipelukan ibunya.

Sekarang Luna sudah kelas tiga SMA. Ia sedang dilanda dilema. Setamat dari SMA, ia melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah atau langsung mencari kerja saja. Ia tahu kondisi ekonomi keluarganya. Dan ia tidak ingin ibu nya bersusah payah mencari uang untuk biaya kuliahnya nanti. Ia tahu bahwa biaya untuk kuliah itu tidak sedikit.

Ibu nya membuka usaha Katering untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Dan ibu punya pelanggan tetap dari beberapa karyawan yang indekos tak jauh dari rumah mereka. Kadang ibu terima pesenan juga dari orang yang hendak bikin hajatan.

Ibu Luna pintar memasak berbagai makanan enak
Ibu Luna memang jago masak. Semasa ayah masih hidup, ayah sering memuji masakan ibu.

“Bu, besok jangan lupa bikinin sambel ini lagi yaa...terserah deh lauknya apa. Kalo pake sambel buatan ibu ini, semua lauk enak aja,” celetuk ayah ketika mereka sedang menikmati makan malam bersama.

“Iya…iyaa. Perasaan ibu selalu bikinin sambel ini deh Yah! Kok Ayah gak bosan ya, tiap hari bilangin itu mulu,” jawab ibu sambil cemberut.

“Abisan sambel buatan Ibu enak bangeet, takut Ibu lupa ajaa…,” balas ayah sambil nyegir.

“Eh Luna, kamu juga harus pinter masak seperti Ibu mu yaa,” kata ayah sambil mencubit hidung Luna.

“Aduuh Ayaah! Idung Luna sakit nih! Lagian siapa yang bisa nandingin masakan Ibu sih Yah!” balas Luna sambil tertawa.

Sebenarnya masakan ibu yang lainnya juga enak. Luna juga bisa membedakan bagaimana enaknya masakan ibunya dibandingkan makanan lainnya yang di jual diluaran. Cuma dari semua masakan ibu, sambel ijo memang yang paling top. Dan walaupun mereka punya pembantu, untuk urusan makanan, ayah hanya mau dimasak oleh ibu.

Lamunan Luna tiba-tiba buyar ketika ia dikagetkan oleh Adrian, adiknya.

“Hoaaa…kakak melamun aja sih!” teriak adiknya kenceng.

“Ih, kamu napa sih Rian! Gangguin kakak aja!” jawab Luna.

“Lagiaan, Kakak pake melamun segala. Udah sore ini Kak, ntar kesambet setan lho!” gurau Adrian.

“Yeee…kamu kali setannyaa…” balas Luna sambil mengacak rambut Adrian.

Adrian pun dengan gesit menghindar dari jangkauan tangan kakaknya dan langsung berlari ke dalam rumah. Luna pun masuk ke rumah sambil mengejar Adrian.

Namun bukan cuma Adrian yang memperhatikan perubahan sikap Luna. Ibu  Luna pun akhir-akhir ini sering melihat Luna suka melamun, baik di teras depan rumah, di ruang tengah, bahkan di ruang makan, Luna terlihat makan dengan pelan seakan sedang memikirkan sesuatu.

Malam hari ketika Luna sedang asyik menonton televisi, Ibu pun menghampiri dan duduk di sebelah Luna.

“Kamu sudah belajar Luna?” tanya Ibu pelan.

“Sudah Bu. Sore tadi saya sudah belajar dan selesai juga mengerjakan pe er,” jawab Luna.

“Oh begitu. Bagaimana dengan sekolah kamu? Ada yang mengganggu?” tanya ibu lagi.

“Nggak ada kok Bu, sekolah Luna baik-baik saja.” Jawab Luna heran sambil melihat ke arah ibunya. Tak biasanya Ibu menanyakan hal seperti itu.

Ibu Luna pun melihat pandangan bertanya di mata Luna dan ia pun tersenyum lembut.

“Nggak, Ibu lihat akhir-akhir ini kamu sering melamun. Ada apa?” tanya Ibu sambil membelai rambut anak perempuannya itu.

Luna menundukkan wajahnya. Lama baru akhirnya ia menjawab pertanyaan ibunya.

“Bu, setamat SMA, Luna mau cari kerja ya aja,” jawab Luna pelan.

Luna sesaat dapat merasakan gerakan tangan ibunya berhenti mengusap rambutnya.

“Kenapa? Kamu nggak mau kuliah?” tanya ibu.

“Bukan gitu Bu. Saya ingin bekerja agar bisa bantu Ibu,” jawab Luna.

“Luna… Kamu nggak perlu melakukan itu. Ibu sudah memikirkan semuanya kok. Ibu sudah menabung sejak lama agar kamu bisa kuliah,” kata ibu sambil menatap Luna dengan pandangan lembut.

“Tapi Bu, ntar kan masih ada bayar uang semester dan lainnya lagi. Luna nggak mau Ibu bekerja terlalu keras. Nggak apa-apa kok Bu, Luna seneng kok bisa bekerja,” jawab Luna lagi.

“Luna…Ibu tahu semua itu. Penghasilan ibu dari catering kan lumayan, bisalah buat bayar uang semesternya. Sudah, kamu tidak perlu memikirkan itu lagi. Sekarang belajar yang rajin biar kamu bisa lulus dengan angka yang bagus. Kamu kuliah saja ya sayang,” putus ibu sambil bangkit dari duduknya dan kemudian berlalu beranjak ke kamarnya.

Luna hanya terdiam. Namun tiba-tiba ia seperti mendapatkan sebuah ide.

“Ibuu…ajarin Luna masak dong!” teriak Luna.

“Kamu kan sudah bisa masak Luna, buat apa Ibu ngajarin kamu lagi,” balas ibu dari kamar.

“Tapi masakan Luna nggak seenak masakan Ibu. Luna mau belajar resep masak yang enak dong!” balas Luna dan berjalan ke arah kamar ibunya.

“Ayo dong Bu, ajarin yaa…”kata Luna dengan pandangan memelas.

“Emang kenapa sih, kamu tiba-tiba tertarik untuk belajar masak?” tanya ibu heran.

“Nggg…gini Bu. Biar Luna ntar bisa bantuin Ibu masak buat catering. Kalau Luna ntar lulus sekolah dan masuk kuliah, Luna mau jualan makanan di kantin yang ada di kampus Bu. Luna juga mau promosiin masakan kita ke teman-teman di kampus. Kan ntar banyak teman yang ngekos dan males masak. Selain enak masakan Ibu kan juga murah, bisalah buat kantong anak kost,” jelas Luna panjang lebar.

“Aduuh…kamu tu ya, mikirnya sampai sejauh itu. Baik, tapi kamu musti janji ya, kalo kamu tetap harus mengutamakan belajar,” jawab ibu sambil tersenyum.

“Siap Bu!” jawab Luna sambil mencium pipi ibunya.

Keesokan harinya, Luna sibuk memperhatikan dan membantu ibunya memasak di dapur. Biasanya Luna cuma sekedar membantu ibunya menyiangi sayur, mengupas dan mengiris bawang, menyalin masakan yang sudah siap ke wadah-wadah tertutup. Namun kali ini Luna memperhatikan tiap detil yang dilakukan ibunya.

“Nah ini, sambel ijo. Ada dua cara untuk membuat sambel ijo,” kata ibu.

“Cara yang pertama, cabe ijo, bawang merah dan tomat yang masih ijo juga di rebus sampai agak empuk. Kemudian baru diulek dengan garam dan terasi yang sudah di bakar tadi,” terang ibu. “Sambel ijo ini gak tahan lama, gak sampai sehari, jadi musti langsung dihabiskan. Tapi rasanya lebih segar,” sambung ibu.

“Untuk cara yang kedua, cabe ijonya diulek dengan bawang merah, bawang putih, tomat, garam dan terasi. Kemudian baru di goreng. Tambahkan sedikit air asam Jawa, atau bisa juga pakai asam kandis dan daun jeruk. Tinggal masak sampai wangi,” jelas ibu.

Sambel Ijo
Luna pun kemudian mencoba membuat sambel ijo sendiri. Namun ketika sudah selesai membuat sambelnya dan kemudian mencicipinya, Luna malah cemberut.

“Ibu, kok rasanya nggak sama sih?” tanya Luna dengan wajah lemes.

Ibu pun mencoba mencicipi sambel ijo buatan Luna, ia pun tersenyum.

“Kamu kebanyakan bawang putih Sayang. Ibu tadi menggunakan 1 siung bawang putih untuk cabe ijo yang banyaknya segini,” kata ibu sambil menunjuk cabe ijo dalam sebuah mangkok. “Sedangkan kamu, cuma pakai cabe ijo nya sedikit ini. Kalo cabe ijonya cuma sedikit, bawang putihnya juga dikit. Lalu bawang merahnya juga harus pas,” lanjut ibu.

“Aduuh…susah sekali ya masaknya,” keluh Luna.

“Hayoo, kamu tidak boleh patah semangat. Baru satu kali mencoba, besok kamu bisa coba lagi. Lama-lama ntar juga bisa,” kata ibu memberi semangat.

Wajah Luna pun langsung semangat. Mengingat ia akan berjualan atau berbisnis kecil-kecilan, istilah yang sering dipakai Luna pada adiknya.

“Bu, rahasia untuk memasak resep yang enak itu apa sih?” tanya Luna.

“Sini Ibu bisikin!” kata ibunya.

Luna pun mendekatkan telinganya ke arah ibunya. Setelah mendengar bisikan dari ibunya, Luna pun tersenyum dan memeluk ibunya.

“Terima kasih Ibu,” bisik Luna.

Kamu tahu apa yang dibisikin ibu Luna pada Luna?

Sini aku bisikin.

“Bukan hanya dengan bumbu, memasak itu juga butuh rasa dan cinta! Selamat mencoba yaa” bisikku.

***

Dokumentasi Foto : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

1 comments