Indonesia Darurat Narkoba! Mari Mawas Diri, Dimulai dari Lingkungan Sendiri
By Dewi Sulistiawaty - Juni 02, 2015
Ada-ada saja akal para pengedar
narkoba agar dapat dengan mudah mengedarkan barang haramnya ke masyarakat. Sebelumnya
mereka menyelundupkan narkoba dengan cara menyembunyikannya ke dalam
benda-benda dan juga ke dalam tubuh manusia dan hewan.
Dulu modus operandi para pengedar
ini adalah dengan cara menikahi warga negara Indonesia. Setelah menikah, ia
mengajak pasangannya keluar negeri. Lalu saat masih di luar negeri, dia pura-pura
masih ada urusan, dan meminta pasangannya untuk pulang duluan ke Indonesia. Dan
tak lupa menitipkan satu kopernya yang berisi narkoba (kopernya dalam keadaan
terkunci dan pasangannya tidak mengetahui apa yang terdapat di dalam koper). Jika
koper ini mendarat dengan aman di Indonesia maka ia pun pulang dan bebas
memasarkan barang haramnya. Namun bila tertangkap, maka yang ditangkap dan
mendapat hukuman adalah pasangannya, sedangkan dia aman di luar negeri.
Namun setelah cara ini diketahui
oleh aparat, mereka akhirnya beralih ke cara lain. Mereka menggunakan jalur
laut. Bayangkan, negara kita yang merupakan negara kepulauan dengan banyaknya
perbatasan dengan laut. Tentu saja banyak celah yang bisa dilewati untuk bisa
mencapai salah satu pulau yang ada di Indonesia. Semoga kerja sama semua pihak
baik warga maupun aparat dapat meminimalisir penyelundupan barang haram ini.
Lalu ada cara lain lagi bagi
pengedar ini dalam memasarkan narkoba. Ingat kejadian yang beberapa waktu lalu
sempat membuat heboh masyarakat Indonesia? Brownis ganja! Iya, sekarang para
pengedar mempunyai siasat baru, yaitu meramu ganja ke dalam makanan. Dan
makanan yang mereka pilih adalah makanan yang sangat digemari oleh hampir semua
orang, yaitu brownis.
Untunglah hal ini cepat diketahui
oleh aparat, gara-gara ada seorang korban yaitu seorang anak, yang tiba-tiba
pingsan setelah ia mengkonsumsi brownis ganja tersebut. Sebenarnya kasihan juga
anak tersebut, karena harus menjadi korban dari para pengedar ini.
Namun jika tidak begitu, mungkin
sampai sekarang kasus ini masih belum terungkap. Dan bisa dibayangkan penyebaran
brownis ini, bisa sampai kemana-mana.
Tak berhenti sampai di brownis,
bahkan kabarnya para pengedar sudah mulai menggunakan jenis makanan lain untuk
dimasukkan ganja ke dalamnya. Jenis makanan lain tersebut adalah Bika Ambon
ganja yang baru beberapa minggu lalu diketahui oleh BNN.
Salah satu cara untuk mengetahui
bahwa suatu makanan kemungkinan ada ganjanya adalah dari harganya yang tidak
normal, yaitu jauh lebih mahal dari standar harga biasanya. Disarankan agar tidak
membeli makanan di sembarang tempat, seperti di warung-warung yang tidak jelas.
Belilah makanan di store-store yang
terpercaya.
Jika orang sudah menjadi
penyalahguna narkoba, ada kecenderungan mereka akan menelantarkan segala
sesuatu yang ada disekitar mereka, tidak menghargai hidup orang lain, bahkan
ada kecenderungan sampai ingin bunuh diri. Begitu dasyatnya pengaruh dari
narkoba ini L
Sudah banyak yang menjadi korban
dari penggunaan narkoba ini. Sebut saja contoh kasus yang telah terjadi sebelumnya,
yaitu Afiliani. Afiliani yang sudah menabrak 7 orang di dekat Tugu Tani,
terlihat di layar televisi seperti wajah orang tak berdosa saja. Ini karena ia sedang
berada dalam pengaruh narkoba. Jadi ia seperti orang yang tidak tahu apa yang
telah ia perbuat, dan apa yang terjadi di sekelilingnya.
Atau kasus Novi, yang sampai buka-buka pakaian di depan umum.
Dia bilang ada yang menyuruhnya, berupa bisikan agar melakukan hal itu. Ini
juga merupakan pengaruh dari narkoba, sampai ia berhalusinasi seperti itu.
Dan yang baru-baru ini, kasus di
Cibubur. Orang tua yang menggunakan narkoba sampai ia menelantarkan anaknya.
Padahal anak itu merupakan titipan Tuhan, yang harus kita jaga dan kita rawat.
Kasihan sekali anak-anak ini L Tipis kesadaran penyalahguna ini untuk membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk.
Sebelumnya hukuman untuk para
pengedar narkoba hanya berupa hukuman beberapa tahun penjara (belum lagi kalau
mereka dapat grasi dari pemerintah), atau paling maksimal hukuman penjara
seumur hidup.
Sudah menjadi rahasia umum, kalau
para pengedar ini (yang uangnya banyak dan bisa suap sana sini) masih bisa
mengendalikan barang haram ini dari dalam penjara. Miris memang L
Untuk saat ini, akhirnya
pemerintah menyatakan bahwa Indonesia dalam kondisi ‘Darurat Narkoba’. Pemerintah
pun mulai memberlakukan hukuman mati untuk para pengedar, tergantung tingkat kasus
narkotikanya. Kenapa hukuman mati? Karena hukuman penjara saja tidak akan
membuat mereka jera. Uang yang mereka hasilkan dari barang haram ini sangat
menggiurkan untuk mereka bisa berhenti berdagang narkoba. Alasan lainnya adalah
mereka sudah dengan sadar telah merusak masa depan semua orang, terutama mereka
yang sampai terjerumus ke dalam pemakaian barang haram ini.
Jika tertangkap, para pengedar
ini ‘dimiskinkan’, yaitu semua asetnya termasuk uang hasil dari perdagangan
barang haramnya disita oleh negara. Ini bertujuan, agar uangnya tidak dapat
lagi digunakan sebagai modal untuk berdagang narkoba, atau digunakan oleh kroni-kroninya.
Indonesia saat ini memang sedang dijadikan
target penjualan bagi para pengedar. Menurut mereka masyarakat Indonesia merupakan
sasaran empuk untuk dijadikan pemakai narkoba dan berdagang narkoba di
Indonesia sangat menggiurkan. Harga penjualan narkoba di Indonesia sangatlah
tinggi begitupun dengan jumlah permintaan barang haram ini. Berbagai bandar narkoba
dari seluruh dunia memperdagangkan ‘sampahnya’ ke Indonesia.
Ini bisa terlihat dari jumlah
pengguna narkoba di Indonesia saat ini yang mencapai 4,2 juta orang. Dan ini
terus meningkat setiap tahunnya. Dan yang lebih miris lagi, menurut data BNN,
hampir 50 orang penyalahguna narkoba ini meninggal tiap harinya L Kita tidak boleh membiarkan
mereka dengan mudahnya menjual ‘sampah’ mereka pada masyarakat kita!
Tahun ini pemerintah berusaha
untuk mengurangi angka penyalahguna narkoba ini. Salah satu caranya adalah
dengan merehabilitasi para pemakai atau penyalahguna narkoba. Karena
memenjarakan para penyalahguna tidak akan membuat keadaannya menjadi lebih
baik. Bahkan mereka lebih senang berada di penjara, karena di sana mereka masih
bisa dengan leluasa menggunakan narkoba.
Bagi keluarga yang mengetahui
bahwa ada anggota keluarganya yang jadi pemakai narkoba, harap melaporkan ke
kantor BNN agar dapat segera direhabilitasi. Atau bagi pecandu sendiri juga
dapat melaporkan dirinya, agar dapat segera diobati secara gratis. Bagi yang ingin
melaporkan diri ke IPWL (Instansi Penerima Wajib Lapor) tidak perlu takut bakal
ditangkap pihak berwajib, karena jika sudah melaporkan diri ke IPWL, berarti
penyalahguna sudah terdaftar sebagai orang yang ingin direhabilitasi.
Diharapkan nantinya jika para
penyalahguna ini sembuh, maka permintaan akan narkoba ini akan turun atau berkurang.
Secara otomatis jika permintaan berkurang maka perdagangan narkoba ini juga
akan berkurang, dan bahkan penyelundupan akhirnya juga akan berkurang.
Agar kondisi ini tidak terus-terusan
berlangsung, yaitu jumlah pemakai yang bisa saja dari anggota keluarga kita terus
bertambah, dan para pedagang narkoba terus ‘ngelunjak’ karena bertambahnya
permintaan, maka mari kita berusaha membuat masyarakat atau anggota keluarga
kita khususnya, jangan sampai tergoda atau sekadar coba-coba dengan narkoba.
Karena menurut data BNN ada sekitar 1,5 juta orang yang mencoba-coba
menggunakan narkoba, dan ini disebabkan pengaruh dari lingkungan tempat
tinggalnya. Mudah-mudahan jumlahnya terus berkurang yah!
Untuk menghindari agar hal
ini tidak sampai terjadi. Bisa di mulai dari lingkungan keluarga kita. Usahakan untuk membentuk keluarga yang sehat, dengan
menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh anggota keluarga kita.
Buatlah suasana yang nyaman untuk
anak di rumah. Jangan biarkan anak sampai mendengar orang tuanya saling perang
mulut. Berselisih dalam keluarga merupakan hal yang wajar, namun jangan sampai
anak melihat, bahkan mendengar perselisihan orang tuanya. Jika ini terjadi, ada
kemungkinan anak tidak akan betah di rumah, dan akhirnya mencari pergaulannya
sendiri di luar. Syukur-syukur kalau dia mendapatkan teman pergaulan yang baik
dan sehat, namun bagaimana jika ia akhirnya malah terjerumus ke dalam pergaulan
yang tidak sehat?
Cobalah komunikasi yang baik
dengan anak-anak kita. Beri perhatian dengan mengajaknya ngobrol mengenai
kegiatan sekolahnya, apa saja yang telah dipelajarinya di sekolah hari ini, dia
bermain bersama siapa saja atau ia jajan apa hari ini. Namun tentu saja dengan
cara yang santai. Jangan sampai anak merasa seperti sedang diinterogasi, dan
malah merasa tidak nyaman serta terganggu dengan pertanyaan yang kita ajukan.
Yang ada anak malah jadi bête dan menghindar dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
Penting juga untuk orang tua
memperhatikan jajan anak-anaknya. Ada baiknya orang tua membawakan bekal
sendiri untuk anak-anaknya dari rumah. Selain maraknya makanan seperti brownis
ganja yang beredar, makanan yang dibawa sendiri dari rumah tentu lebih terjamin
kebersihan dan kesehatannya.
Ajaklah anak-anak kita untuk
bergaul dengan anak-anak yang sehat pula. Jangan lupa, bahwa komunikasi yang
baik antara orang tua dan anak, sangat berpengaruh bagi kesehatan jiwa anak.
Keluarga yang sehat dan sering
melakukan komunikasi yang bagus dengan anak-anak mereka akan menghasilkan
keluarga yang sukses. Yuk, mulai mawas terhadap narkoba, dan itu bisa dimulai
dari keluarga dan lingkungan kita sendiri J
4 comments