Perawatan Gigi dan Pengaruhnya Bagi Perkembangan Si Kecil
By Dewi Sulistiawaty - Juni 21, 2015
Saya baru tahu kalau ternyata dokter gigi
punya spesialis mediknya masing-masing. Seperti yang terdapat di Dental Specialist Clinic Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). Ada spesialis gigi anak, spesialis bedah mulut (cabut dan implan gigi), spesialis prostodontik (yang membuat gigi tiruan), spesialis periodontik (gusi dan jaringan penyangga gigi), spesialis konservasi gigi (tambal, perawatan saluran akar dan teeth whitening), spesialis ortodontik (kawat gigi), dan lain-lain.
Sejak Desember tahun lalu, RSPI sudah
mengubah Poli Gigi dan Mulut menjadi Dental
Specialist Clinic. Dental Specialist Clinic ini sekarang sudah lebih
terpadu, mulai dari semua perawatan gigi termasuk radiology serta 3D Panoramixnya.
Dengan fasilitas dan penunjang layanan terkini yang serba digital dan terdepan, Dental Specialist Clinic RSPI ingin agar masyarakat merasa lebih nyaman, dan tentu saja mendapat perawatan dari yang benar-benar ahli di bidangnya, serta mendapatkan hasil yang terbaik juga.
Dapat bertemu dengan dokter spesialis gigi dari RSPI di Luna Negra, Plaza Bapindo hari Kamis lalu (11/6/15), tentulah sebuah kesempatan yang tidak boleh saya sia-siakan. Apalagi yang akan dibahas mengenai kesehatan gigi anak. Yuk, simak penjelasan dari dokter J
Dengan fasilitas dan penunjang layanan terkini yang serba digital dan terdepan, Dental Specialist Clinic RSPI ingin agar masyarakat merasa lebih nyaman, dan tentu saja mendapat perawatan dari yang benar-benar ahli di bidangnya, serta mendapatkan hasil yang terbaik juga.
Drg. Suzanty Ariany Sp.KGA, salah satu Dokter Gigi Spesialis Kesehatan Gigi Anak RSPI mengatakan bahwa
manusia itu memiliki gigi susu dan gigi dewasa. Gigi susu mulai dibentuk pada
janin saat ibu hamil 4 bulan. Agar gigi dapat terbentuk dengan baik, maka dibutuhkan
beberapa zat penting seperti kalsium, fosfat, vitamin D dan juga hormon
pertumbuhan.
Gigi pada anak mulai tumbuh pada
usia sekitar 6 bulan, dan biasanya gigi pertama yang tumbuh adalah gigi seri
bawah. Ciri-ciri gigi anak yang akan tumbuh biasanya berupa benjolan warna
putih di gusi dan seringnya anak mengeluarkan air liur (ngeces). Gigi geligi
ini akan lengkap berjumlah 20, pada saat anak berusia sekitar 2,5 hingga 3
tahun.
Banyak faktor yang bisa
mempengaruhi pembentukan gigi susu pada anak. Selain dipengaruhi oleh nutrisi
yang diasup ibu selama masa kehamilan, seringnya ibu terkena infeksi waktu
hamil, atau sering mengkonsumsi obat-obatan, serta bayi yang lahir prematur,
juga dapat mempengaruhi pembentukan gigi susu.
Fase gigi geligi manusia berawal
dari gigi susu yaitu mulai dari usia 6 bulan sampai 6 tahun, yang semuanya berjumlah
20. Gigi susu ini nantinya akan digantikan dengan gigi permanen. Gigi permanen
biasanya setelah anak berusia 12 tahun, dan gigi ini akan berjumlah 32.
Lalu ada fase gigi bercampur
yaitu pada periode 6 sampai 12 tahun. Gigi bercampur adalah masa di mana gigi
anak mulai berganti dari gigi susu ke permanen, namun belum semua gigi susunya
menjadi permanen.
Gigi permanen menjadi 32 karena
ada tambahan gigi geraham pertama, yang biasanya akan tumbuh pada anak usia sekitar
6 tahun, dan ini merupakan gigi geraham dewasa pertamanya. Gigi geraham dewasa
pertama ini yang biasanya sering kecolongan rusak duluan, karena letaknya di
ujung mulut sehingga susah membersihkannya.
Sedangkan gigi geraham kedua
biasanya tumbuh pada usia 11 hingga 13 tahun. Dan gigi geraham ketiga atau
disebut juga gigi bungsu tumbuh pada usia setelah 17 tahun.
Orangtua sering beranggapan bahwa
anaknya sudah bisa menyikat gigi sendiri, dan tidak memperhatikan bahwa ternyata si
kecil belum mampu menyikat gigi gerahamnya dengan baik. Atau ada juga orangtua yang berpikiran bahwa gigi geraham ini nantinya dapat tumbuh lagi, padahal gigi
geraham merupakan gigi permanen yang tidak dapat tumbuh lagi.
Orangtua harus membantu menyikat
gigi si kecil agar benar-benar bersih hingga bagian dalam. Cara yang baik untuk
menyikat gigi si kecil adalah dengan cara orangtua berdiri dibelakang anak,
agar lebih mudah menyikat giginya. Hindari pemakaian tusuk gigi karena malah dapat
merusak gigi.
Anak-anak diperkirakan mulai
mempunyai kemampuan secara motorik untuk membersihkan giginya sendiri pada saat
menginjak usia 10 tahun.
Perawatan gigi dan mulut anak
sangatlah penting dan merupakan tanggung jawab dari setiap orangtua. Kenapa?
Karena kesehatan mulut dan gigi anak akan berpengaruh pada kesehatan,
kecerdasan serta tumbuh kembang si kecil.
Gigi susu atau gigi sulung perlu
mendapatkan perhatian dan perawatan dari setiap orangtua. Gigi susu berfungsi
untuk mempertahankan ruangan. Maksudnya adalah bahwa di bawah gigi susu ini terdapat gigi
permanen. Jika terdapat gigi susu yang dicabut sebelum waktunya, maka gigi-gigi
yang terdapat di sebelahnya akan bergeser dan menutup jalan atau ruang bagi
gigi permanen yang akan tumbuh.
Gigi susu juga berfungsi sebagai
penentu arah dari gigi permanen, yaitu seandainya gigi susu lepas, akan
menyebabkan gigi permanen akan lambat keluarnya. Lalu gigi susu juga berfungsi untuk
pertumbuhan wajah. Misalnya pada anak yang gigi nya hancur semua, akan
menyebabkan gigi atas dan gigi bawahnya tidak dapat bertemu, sehingga
pertumbuhan rahang 1/3 bawahnya akan terganggu. Dan ini akan membuat proporsi
wajahnya menjadi tidak baik.
Gigi susu berfungsi sebagai
pencerna makanan. Misalnya jika banyak gigi yang rusak, maka otomatis anak
tidak dapat mengunyah makanan dengan baik, dan ini tentu tidak baik bagi fungsi
pencernaannya. Jika pencernaan terganggu maka tumbuh kembang anak pun akan
terganggu.
Semakin anak mengemut makanannya
maka akan semakin rusak giginya, bahkan kemampuannya untuk bicara juga menjadi
terganggu. Seperti jika gigi atas depan anak rusak, maka saat anak bicara huruf
S dan T akan menjadi tidak jelas.
Estetika, dengan giginya yang
banyak rusak apalagi pada gigi bagian depan, biasanya anak akan malu untuk
tersenyum bahkan kehilangan rasa percaya dirinya.
Perlunya menjaga lingkungan yang
sehat untuk gigi permanen. Misalkan gigi susu anak rusak seperti terkena
infeksi, padahal di bawahnya ada gigi permanen yang sedang terbentuk, maka pembentukan
pada gigi permanen ini akan ikut terganggu.
Lubang pada gigi yang tidak
dirawat dapat menyebabkan infeksi. Infeksi pada bawah akar ini juga dapat
menciptakan lingkungan yang tidak sehat untuk pertumbuhan gigi. Makanya penting
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi susu dan gigi permanen.
Jika gigi susu terpaksa dicabut,
maka di Dental Specialist Clinic biasanya ada sebuah alat bernama space maintainer yang dapat membantu mengatasi agar gigi-gigi di sampingnya tidak bergerak
menutupi space gigi yang berlubang. Pemakaian
alat ini tidak akan menyebabkan rasa sakit pada anak, cuma akan butuh perawatan
ekstra untuk membersihkannya.
Membiasakan anak minum susu, baik
susu botol maupun ASI pada waktu tidur, dapat menyebabkan marcing caries (Baby Bottle Caries) pada gigi anak. Ini biasanya
terjadi pada anak usia kurang dari 3
tahun.
Baby Bottle Caries biasanya mulai terdapat dari gigi depan atas sampai gigi geraham atas dan bawah, berupa flek-flek putih atau keropos berwarna kuning, yang disebabkan karena emailnya yang mulai mengelupas. Jika dibiarkan berlarut-larut, maka lama kelamaan akan menyebabkan gigi anak menjadi rusak.
Baby Bottle Caries biasanya mulai terdapat dari gigi depan atas sampai gigi geraham atas dan bawah, berupa flek-flek putih atau keropos berwarna kuning, yang disebabkan karena emailnya yang mulai mengelupas. Jika dibiarkan berlarut-larut, maka lama kelamaan akan menyebabkan gigi anak menjadi rusak.
Pemberian air putih pada anak
seusai minum susu waktu tidur, tidak dapat menghilangkan plak yang menempel
pada gigi. Satu-satunya cara untuk menghilangkan plak adalah dengan menyikat
gigi. Sebaiknya minum susu, baik botol maupun ASI pada waktu tidur, diberikan pada saat anak belum tumbuh gigi saja. Pada usia 6 bulan, di mana anak
sudah bisa MPASI, sebaiknya anak diajarkan sedikit demi sedikit untuk tidak lagi
diberikan susu pada waktu tidur.
Jadi intinya, jangan sampai
ketiduran dengan mulut atau gigi dalam keadaan kotor atau menyisakan makanan.
Karena yang menyebabkan gigi berlubang adalah sisa makanan yang menempel pada
gigi, baik itu berupa karbohidrat maupun sukrosa.
Sisa makanan yang menempel pada
gigi dalam waktu yang agak panjang ini kemudian akan difermentasi oleh bakteri di mulut menjadi
asam. Nah, asam inilah yang membuat email menjadi terkikis, dan lama kelamaan
akan menjadikan gigi berlubang.
Banyak penyebab yang mempengaruhi
pertumbuhan rahang pada anak. Anak yang minum ASI dengan anak yang minum susu
botol, akan mempunyai pertumbuhan rahang yang berbeda. Kenapa? Karena anak yang
minum ASI, otot rahangnya akan bekerja keras untuk mendapatkan ASI, sebaliknya
dengan anak yang minum susu botol.
Untuk itu, bagi anak yang minum
susu botol dianjurkan menggunakan dot ortodontik. Dot ortodontik dapat membantu
pertumbuhan rahang anak dengan baik, karena bentuknya yang seperti puting ibu
serta membuat anak harus menghisap.
Jenis makanan juga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan rahang anak. Anak yang sering makan makanan yang keras, sering
mengunyah, yang otot pipinya bekerja lama, giginya juga sering mendapat makanan
serta makan dengan seimbang antara gigi bagian kanan dan kiri, maka pertumbuhan
tulang rahangnya akan menjadi lebih baik.
Ada beberapa kebiasaan buruk yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut anak. Selain kebiasaan
minum susu pada waktu tidur, meng-empeng (pacifier)
juga tidak baik bagi perkembangan gigi dan mulut anak.
Jika dibiasakan dalam jangka
waktu yang lama, dapat mengakibatkan lidah anak menjadi lebih pendek atau gigi
menjadi maju ke depan. Kebiasaan ini juga mempengaruhi pertumbuhan rahang dan
bentuk langit-langit pada mulut anak. Contohnya adalah anak yang biasa mengisap
jari, mengisap empeng, atau menggigit kukunya dan lain sebagainya.
Latih agar bayi dapat menelan
makanan dengan benar. Kebiasaan bayi menjulurkan lidah pada saat menelan
makanan, mengisap bibir dan kebiasaan anak bernafas lewat mulut, dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut anak. Selain karena
sudah kebiasaan, ternyata faktor psikologis juga menjadi penyebab kebiasaan buruk
pada anak.
Untuk bisa menghilangkan
kebiasaan buruk si kecil ini, orangtua harus pintar-pintar dan kreatif dalam
mengarahkan dan membimbing anaknya, agar
tidak meneruskan kebiasaannya. Karena ini akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan gigi dan mulut anak.
Berikan pujian, hadiah, reward atau apapun yang bisa membuat
anak termotivasi untuk bisa menghilangkan atau melupakan kebiasaan buruknya. Jika ternyata si kecil tidak berhasil, maka orangtua pun harus tegas dan konsisten dalam
pemberian reward ini. Jangan hanya karena
rengekan si kecil yang menginginkan reward,
padahal ia tidak berhasil hari ini untuk tidak melakukan kebiasaan buruknya,
lantas orangtua pun luruh dan memberikan rewardnya.
Yang ada kebiasaan buruk si kecil tidak akan bisa hilang J
Saat ini banyak sekali terjadi
masalah gigi yang berantakan karena pola makan yang mulai berubah. Mau makan
buah, di jus; makan daging atau ayam,
dijadikan nugget atau sosis; bahkan makan sayur pun diblender. Jadi otot rahang
dan gigi jadi kurang mengunyah, yang kemudian menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan gigi dan mulut pada anak. Pola makan mulai dari
yang lunak hingga yang keras, harus diajarkan secara bertahap pada anak,
disesuaikan dengan usianya.
Drg. Andi Gatot, Spesialis
Ortodontik RSPI menjelaskan bahwa spesialisasi ortodontik bekerja untuk
mendiagnosa, mencegah dan mengintervensi hingga ke dalam, semua bentuk kelainan
yang terjadi pada rahang hingga kepala.
Gigi yang terjepit, tidak rata,
rahang yang maju atau mundur, semua dapat diperbaiki dengan berbagai alat, mulai
dari yang sederhana hingga yang canggih dan modern, dan semuanya terdapat di Dental Specialist Clinic RSPI.
Pemasangan kawat gigi permanen sebaiknya
dilakukan pada anak usia 12 tahun ke atas. Pemasangan kawat gigi permanen tidak
dianjurkan pada anak yang masih mempunyai gigi susu, karena ada kemungkinan
saat gigi permanennya tumbuh, bentuk gigi pada anak pun akan berubah.
Jadi untuk perbaikan gigi anak di bawah 12 tahun, sebaiknya menggunakan kawat gigi yang lepas pasang. Selain alasan gigi permanennya, proses makan dan menyikat gigi pada anak pun akan lebih mudah dengan menggunakan kawat gigi lepas pasang.
Jadi untuk perbaikan gigi anak di bawah 12 tahun, sebaiknya menggunakan kawat gigi yang lepas pasang. Selain alasan gigi permanennya, proses makan dan menyikat gigi pada anak pun akan lebih mudah dengan menggunakan kawat gigi lepas pasang.
Jika sudah menggunakan kawat
gigi, harus rajin dan bisa membersihkan gigi dengan baik dan benar, agar tidak
menyebabkan gigi menjadi rusak.
Kesalahan pemasangan kawat gigi
juga dapat menyebabkan kelainan pada rahang dan gigi. Misalnya memasang kawat
gigi pada tukang gigi. Bukannya mendapatkan gigi yang bagus, malah otot rahang
menjadi tertarik keluar karena tarikan yang terlalu kencang pada kawat gigi.
Makanya dianjurkan agar memasang
kawat gigi ke dokter yang ahli di bidangnya. Biasanya dokter akan melakukan
rontgen, panoramix dan lain sebagainya terlebih dahulu, sebelum melakukan pemasangan
kawat gigi.
Sejak anak mulai tumbuh gigi, ada
baiknya mulai memeriksa pertumbuhan dan perkembangan giginya ke dokter gigi,
minimal sekali dalam 6 bulan. Ini bertujuan agar dapat mencegah terjadinya gigi
berlubang dan adanya kelainan pada gigi dan mulut anak. Dengan begitu si kecil
juga dapat tumbuh dengan sehat dan berkembang secara optimal J
Sumber Gambar : RSPI
Sumber Gambar : RSPI
10 comments