Review Film Brush with Danger Karya Livi Zheng

By Dewi Sulistiawaty - November 24, 2015


Mendengar nama Livi Zheng membuat saya berpikir kalau dia bukanlah orang asli Indonesia. Saat menghadiri film ketiganya yang berjudul ‘Brush with Danger’ kemarin di Bioskop Epicentrum XXI, barulah saya mengetahui bahwa Livi merupakan seorang produser, sutradara, sekaligus aktris kelahiran Kota Malang, Jawa Timur, Indonesia.

Brush with Danger merupakan film ketiga setelah sebelumnya Livi Zheng sukses memproduseri film bertajuk ‘The Empire’s Throne’ pada tahun 2013 dan ‘Legend of The East’ pada tahun 2014.

Selain sebagai produser dari film Brush with Danger, Livi Zheng juga bertindak selaku sutradara sekaligus pemeran utama, berdua dengan adik kandungnya Ken Zheng, yang merupakan penulis skenario film ini.

Wanita yang lahir 26 tahun silam atau tepatnya pada tanggal 3 April 1989 ini banyak memasukkan unsur laga atau action dalam film-filmnya. Seperti film Brush with Danger ini pun banyak aksi karate yang diperagakan oleh adiknya Ken Zhen yang berperan sebagai Ken Qiang.

Film berawal dari kedatangan sebuah kapal di pelabuhan Amerika yang membawa beberapa kontainer. Di salah satu kontainer ternyata memuat para imigran gelap dari Asia termasuk kedua kakak beradik ini. Mereka berdua, terutama Alicia Qiang yang diperankan oleh Livi Zheng bermimpi untuk bisa mengembangkan bakat dan hobinya sebagai pelukis di negeri Paman Sam tersebut.

Namun belum jauh melangkah, mereka harus berhadapan dengan penjambret dan kehilangan uang dan bekal yang mereka bawa. Untuk mengisi perut pun mereka musti mengais dari tempat-tempat sampah yang berada tak jauh dari sebuah restoran.


Sampai kemudian Alicia menemukan sebuah pasar kecil dan mencoba menjual beberapa lukisan yang ia bawa dari kampung halamannya. Namun lukisan ini sepi peminat, sehingga adiknya Ken berinisiatif melakukan beberapa atraksi karate yang mampu menarik kerumunan orang dan banyak penonton. Uang pun mulai berjatuhan di atas lukisan yang digelar Alicia.


Pertemuan mereka dengan seorang wanita pemilik restoran, berkat kemampuan karate Ken yang mencoba menolong sang ibu dari kejahatan seorang penjambret, kemudian telah mengakrabkan mereka. Si ibu yang sangat berterima kasih akan pertolongan Ken, menawarkan mereka makan. Namun ketika si ibu menawarkan mereka tempat tinggal, Alicia menolaknya.

Mereka tetap berusaha menjual lukisan Alicia. Saat itulah seorang pemilik galeri seni, Justus Sullivan yang kebetulan melewati tempat itu melihat atraksi yang dilakukan Ken dan kemudian tertarik dengan lukisan yang dijual oleh Alicia. “Lukisan yang sempurna dan sangat indah,” kata Justus.

Justus pun menawarkan sebuah kerjasama dengan Alicia. Bahwa ia akan memajang lukisan Alicia di galeri miliknya, dengan keuntungan yang dibagi dua nantinya, jika lukisan tersebut laku dibeli orang.

Ketika mengetahui bahwa kedua kakak beradik ini merupakan imigran gelap dan tidak punya tempat tinggal, ia pun menawarkan mereka untuk tinggal di rumah mewahnya. Ia juga menawarkan Ken untuk mengikuti kompetisi tarung, dengan iming-iming Ken akan menghasilkan banyak uang dari pertarungan tersebut.

Dengan segala tipu daya serta triknya yang sangat halus, Justus mencoba membujuk Alicia untuk melukis ulang dan memalsukan sebuah lukisan klasik karya Van Gogh yang bernilai sangat tinggi. Awalnya Alicia menolak, namun dengan rayuan Justus yang sangat menjanjikan, akhirnya Alicia pun memenuhi permintaan Justus.

Namun lukisan itu menyebabkan petaka dikemudian hari. Belum lagi seorang detektif yang mulai mengendus rencana jahat Justus. Bagaimana nasib Alicia dan adiknya? Apakah Alicia dituduh memalsukan lukisan? Saksikan saja penayangannya secara serentak di bioskop Indonesia pada tanggal 26 November 2015 nanti.

Pengambilan gambar di Seattle, Washington dan Los Angeles, California selama 27 hari memang tidak sia-sia, karena gambar yang dihasilkan film ini benar-benar ciamik. Makanya tidak salah kalau film ini berhasil tayang di bioskop-bioskop besar di New York, Seattle dan Dallas.

Film Hollywood yang merupakan karya anak bangsa ini juga berhasil menyajikan aksi-aksi laga yang bagus dan menarik. Namun entah mengapa alur ceritanya sangat mudah ditebak, terlalu ringan menurut saya. Bahkan akting Livi Zheng terlihat sangat datar dalam film ini, sangat kaku. Entah mungkin karena tuntutan peran yang membuatnya berakting seperti itu, entahlah. Namun menurut saya kurang bagus saja. Sementara akting pemeran yang lain termasuk adiknya Ken, lumayanlah J

Namun lepas dari semua itu, karya film ini patut diacungi jempol, karena bisa menembus pasar Amerika. Karena pastilah tidak mudah untuk bisa menembus pasar Internasional. So, kamu bisa saksikan langsung film Hollywood yang disutradarai oleh anak bangsa ini, mulai hari Kamis besok J

Saya, narsis bareng Livi Zheng  saat
gala premiere Film Brush with Danger
di XXI Epicentrum :D



Sumber Foto : www.brushwithdanger.com atau bisa klik pada foto

  • Share:

You Might Also Like

7 comments