Hari ini saya senang banget! Iya, senang karena bisa melihat langsung groundbreaking dari pendirian fasilitas pendidikan untuk anak-anak yang bersekolah di Sekolah Alam Tunas Mulia. Cuaca terik dan bau menyengat yang menguar dari gunungan sampah tidak menyurutkan semangat saya, begitu juga yang terlihat pada wajah riang anak-anak yang datang pada acara ini.
Sekolah Alam Tunas Mulia memang terletak di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi. Banyak masyarakat yang tinggal di sekitar TPA dan mengais rezeki dari tumpukan sampah ini. Mereka mengumpulkan dan memilah sampah-sampah yang bisa dijual. Anak-anak pun turut membantu orangtua mereka.
TPA Bantar Gebang |
Saya suka terenyuh dan sedih jika melihat wajah polos dari anak-anak yang mestinya dapat dengan bahagia menikmati masa kecil mereka, dan bukannya malah ikut bekerja mencari rezeki bersama orangtua mereka.
Pemukiman warga yang tinggal di sekitar TPA Bantar Gebang |
Anak yang mestinya belajar, bersekolah dan menimba ilmu agar kelak bisa menjadi orang yang berguna. Namun karena kondisi perekonomian orangtua mereka yang tidak memungkinkan, membuat mereka tidak bisa mengecap jenjang pendidikan.
Mungkin hal ini juga yang dirasakan oleh Bapak Nadam Dwi Subekti, yang kemudian mempunyai ide untuk kemudian mendirikan Sekolah Alam Tunas Mulia. Dengan bangunan seadanya, beliau bersama teman-temannya yang lain berhasil mengajak para orangtua yang tinggal di sekitar TPA Bantar Gebang untuk mau menyekolahkan anak-anak mereka, dan mau mencicipi yang namanya bangku pendidikan.
Salah satu bangunan yang dgunakan untuk belajar |
Hingga saat ini, Sekolah Alam Tunas Mulia sudah menampung sekitar 60 orang anak PAUD, 50 orang anak SD, dan sekitar 20 orang anak setingkat SMP. Dan keseluruhan anak didik ini, hanya ditangani oleh 4 orang tenaga pengajar :’(
Untunglah keberadaan sekolah ini terpantau oleh Econity90, sebuah yayasan sosial yang didirikan oleh para alumni Fakultas Ekonomi UI, khususnya angkatan tahun 90. Econity90 kemudian menggandeng Yayasan Wings Peduli Kasih, dan memberikan kontribusi dalam bentuk bantuan berupa pendirian fasilitas pendidikan untuk Sekolah Alam Tunas Mulia.
Tepat pada hari Selasa, 19 Januari 2016, Wings Peduli Kasih mengadakan acara yang bertemakan “Membangun Impian dari Negeri Sampah” untuk ratusan anak dan masyarakat sekitar wilayah TPA Bantar Gebang, sekaligus groundbreaking untuk pembangunan ruang pendidikan untuk Sekolah Alam Tunas Mulia.
Groundbreaking untuk bangunan ruang kelas Sekolah Alam Tunas Mulia |
Acara yang diadakan di area Sekolah Alam Tunas Mulia ini dihadiri oleh Ibu Felice yang merupakan perwakilan dari Yayasan Wings Peduli Kasih, Bapak Aristo Kristandyo sebagai Group Head of Marketing Communications PT. Sayap Mas Utama (Wings Food & Beverages), Bapak Rahmat Susanta selaku Ketua Dewan Pengurus Econity90, Bapak Nadam Dwi Subekti sebagai Pendiri Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang, dan Bapak Topik Ajimulya selaku Lurah Sumur Batu Bantar Gebang.
Pada awal acara, anak-anak dari Sekolah Alam Tunas Mulia bernyanyi bersama, dan kemudian 7 siswa laki-laki terlihat lincah menarikan tarian Indang (Dindin Badindin) yang berasal dari Sumatera Barat. Ternyata selain pelajaran umum, anak-anak juga diajarkan keterampilan, salah satunya pelajaran menari ini J
Anak-anak Sekolah Alam Tunas Mulia |
Bapak Rahmat Susanta mengatakan bahwa di Indonesia ini terdapat lebih dari 100.000 sekolah yang dianggap tidak layak pakai. Bukan hanya dalam kondisi rusak, namun benar-benar dalam kondisi yang tidak layak pakai, termasuk Sekolah Alam Tunas Mulia ini.
Bapak Aristo |
Selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak, itulah yang menjadi tekad dari Wings Peduli Kasih. “Yang menjadi kesulitan adalah konsisten. Ide dan upaya harus terus kita lakukan secara konsisten. Membangun impian juga harus konsisten. Jadi semua berangkat dari keluarga masing-masing. Jangan lupa untuk selalu menyemangati anak-anak. Itulah bentuk konsistensi kita,” seru Pak Aristo.
Dan setelah bangunan berdiri nanti, Wings Peduli Kasih serta Econity90 berjanji akan kembali lagi untuk meninjau. Wings akan terus mendampingi, karena menjadi komitmen bagi Wings Peduli Kasih untuk selalu terlibat dalam pemberdayaan masyarakat dan komunitas, baik dari sisi pendidikan maupun kesehatan.
Rencananya Wings akan memastikan aktivitas lanjutan dari program ini nantinya, seperti ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan, sumber tenaga manusianya dan juga pemberdayaan manusianya. Jangan sampai fasilitas sudah berdiri, namun tenaga pengajarnya kurang pelatihan.
Bapak Nasdam |
Bapak Nadam merasa sangat senang sekali dengan akan dibangunnya ruang kelas untuk anak-anak yang bersekolah di Tunas Mulia. Karena selama 10 tahun – sejak didirikannya sekolah alam ini, mereka hanya menggunakan bangunan yang semi permanen, yang berbentuk rumah panggung.
Sejak didirikannya sekolah ini, Bapak Nadam bisa melihat bahwa anak-anak pun memiliki banyak impian. Bahkan dari sekolah ini sudah ada 7 orang yang sudah melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah, dan dari mereka ada yang akan lulus kuliah tahun ini. Terinspirasi dari kisah anak-anak inilah akhirnya Bapak Nadam bersama teman-temannya membukukannya dalam bentuk sebuah novel yang berjudul ‘Impian dari Negeri Sampah’.
Istilah negeri sampah di sini bukan dimaksudkan bahwa daerah di sekitar TPA Bantar Gebang adalah sebuah negeri sampah, bukan! Namun istilah ini dimaksudkan bahwa dari negeri dimana banyak terdapat sampah di sekitar mereka pun, anak-anak tetap bisa membangun impian mereka. Walaupun orangtua mereka bekerja sebagai pemulung dan hidup dari sampah, namun mereka tetap bisa meraih impian mereka untuk menjadi orang yang lebih sukses lagi kelak.
Tantangan agar anak-anak ini tetap memiliki dan menggapai mimpi mereka adalah dengan terus memberikan mereka semangat. Semangat mereka yang kadang naik turun musti selalu ‘dibakar’, bahwa masih ada yang peduli dan memperhatikan nasib mereka di luar sana, bahwa banyak impian yang bisa mereka raih dengan terus giat belajar.
Semangat itu juga diberikan dalam bentuk cerita dongeng yang dipersembahkan oleh Inne Sudjono, seorang pencerita dan aktivis dunia anak-anak, dengan menceritakan sebuah dongeng yang dapat memotivasi anak-anak yang tinggal di seputaran TPA Bantar Gebang, agar tetap giat belajar untuk mencapai cita-cita mereka.
Anak-anak terlihat asyik mendengarkan dongeng dari Kak Inne |
Selain masalah pendidikan, tinggal di area tempat pembuangan sampah tentu banyak kendala lain yang dihadapi oleh masyarakat, terutama masalah kesehatan dan sanitasi. Makanya pada acara ini juga hadir Dokter Cindhe Puspito yang memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan dan sanitasi untuk warga masyarakat yang tinggal di sekitar TPA Bantar Gebang.
Dokter Cindhe memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan sanitasi bagi warga |
Tinggal di lingkungan dengan banyak sampah tidak harus membuat hidup mereka ikut kotor juga. Masalah kebersihan tetaplah yang utama. Karena dengan tubuh yang yang bersih tentu dapat membuat fisik yang sehat dan kuat pula. Dengan begitu anak-anak bisa tumbuh dengan sehat dan dapat menerima pelajaran yang diberikan dengan baik.
Cukup memulainya dengan hal kecil, seperti mencuci tangan dengan bersih sebelum makan, memperhatikan kebersihan kuku, dan mencuci bahan makanan yang hendak di masak dengan cara yang benar.
Mengajarkan anak-anak mencuci tangan yang bersih dengan cara yang benar |
Dengan didirikannya bangunan kelas untuk mereka bisa belajar dengan lebih nyaman ini diharapkan dapat memberikan semangat pada anak-anak ini untuk terus giat belajar. Dan mungkin masih banyak lagi bentuk dukungan dan perhatian yang bisa kita berikan pada anak-anak ini selain pembangunan infrastruktur pendidikan.
Senangnya lagi, Wings Peduli Kasih menerima setiap informasi dan pengajuan proposal terkait tempat atau daerah yang layak untuk diberikan bantuan, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan. Ini bertujuan agar bangsa kita bisa lebih maju dan hidup lebih sejahtera dengan perhatian dan rasa peduli kita terhadap sesama J
***
Sumber foto : pribadi
19 comments