Smesco Digipreneur Day | Potensi Pasar Ekspor Produk KUKM Bersama Smesco Rumahku
By Dewi Sulistiawaty - April 21, 2016
Di era digital ini, dimana Indonesia mulai memasuki pasar
ekonomi bebas Asean, segala potensi yang dimiliki hendaklah kita tingkatkan dan
kita manfaatkan sebaik-baiknya, termasuk teknologi, agar kita mampu bersaing di
pasar global. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah saat ini yang sedang
giat-giatnya menghimbau masyarakat agar mencintai produk buatan lokal. Ehm,
mungkin bukan saat ini saja ya, namun sudah sejak lama J
Agar dapat fokus dalam memberdayakan potensi produk lokal
khususnya dari unit usaha kecil dan menengah, Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah, membentuk sebuah Lembaga Layanan Pemasaran KUKM. Diharapkan
lembaga ini dapat membantu meningkatkan kapasitas pemasaran KUKM sehingga bisa
tumbuh lebih besar, baik di negeri sendiri maupun untuk pasar ekspor.
Bapak Ahmad Zabadi |
Bapak Ahmad Zabadi yang mulai berkecimpung di Smesco sejak 23
Oktober 2013, dan sekarang menjabat sebagai Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran
Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Smesco sudah pernah melakukan berbagai
terobosan terkait dengan KUKM, salah satunya adalah berhasil membangun sebuah
galeri bertaraf internasional yaitu Galeri Indonesia Wow.
Bagaimana upaya Smesco untuk memajukan UKM, agar semua
produknya bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, serta memiliki daya saing
yang kuat, sehingga mampu bersaing di pasar global?
Semua dijawab oleh Bapak Zabadi dalam sebuah event Smesco
Digipreneur Day pada hari Selasa, 19 April 2016 kemarin di Gedung SME Tower.
Kegiatan yang berlangsung selama 2 hari, yaitu 19 – 20 April 2016 ini, selain
menghadirkan Bapak Ahmad Zabadi, juga menghadirkan narasumber lain seperti Bapak
Ferry Ardianto sebagai Fotografer, Putra Agung sebagai pemilik akun Instagram
TheFoodXplorer, Eferner sebagai Travel Blogger, serta Andi Silalahi dan Ricardo
Santos as Google Award Southeast Asia.
Bapak Zabadi mengatakan bahwa KUKM di Indonesia kebanyakan adalah
usaha mikro. Dari 57,9 juta usaha mikro, kecil dan menengah, 56,7 jutanya
merupakan usaha mikro, yang omzetnya maksimal hanya 300 juta per tahun, dengan
aset maksimal 50 juta.
“Sebenarnya para pelaku usaha mikro ini adalah pahlawan-pahlawan
ekonomi negeri kita. Karena merekalah yang memastikan proses ekonomi kerakyatan
yang bergulir di jalan. Paling tidak mereka menyerap dan mengurangi angka
pengangguran di Indonesia karena mereka tidak lagi menjadi beban bagi negara,”
ungkap Bapak Zabadi.
Unit usaha kecil di Indonesia tidak terlalu banyak, paling
tidak terdapat sekitar 600-an ribu usaha kecil, yang omzetnya bisa mencapai
sekitar 500 juta per tahunnya, dengan aset maksimal 300 juta. Sedangkan untuk pelaku usaha menengah saat ini juga masih
sedikit, yaitu sekitar 50 usahawan, yang omzetnya sekitar 2,5 miliar sampai dengan
10 miliar, dengan jumlah aset maksimal 2,5 miliar.
Persentase Usaha Kecil dan Mikro yang berjumlah sekitar 99% dibandingkan
usaha menengah, dapat memberikan kontribusinya terhadap PDB sekitar 57%. Sedangkan
43%-nya disumbangkan oleh unit usaha menengah yang jumlahnya tidak seberapa. Kontribusi
dari Usaha Kecil dan Mikro ini memang cukup besar, namun semua ini mewakili
sekitar 57 juta unit usaha kecil dan mikro. Dibandingkan dengan kontribusi unit
usaha menengah yang mana pelakunya lebih sedikit, ini dirasa sangat jomplang dilihat
dari sisi produktifitas.
Hal inilah yang harus jadi perhatian semua pihak, baik
pemerintah dan juga masyarakat luas. Usaha Kecil dan Mikro ini harus kita
dukung dan kita dorong melalui pengembangan usaha mereka. LLP-KUKM atau Smesco pun
fokus memberikan dukungan dengan melakukan upaya promosi dan pemasaran terhadap
produk-produk yang diproduksi KUKM di Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan promosi dan pemasaran ini, Smesco
berupaya untuk mengembangkan berbagai program-program dan kegiatan yang secara
sistematis dapat membuka akses dan perluasan pasar bagi produk-produk KUKM.
Dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), maka pasar-pasar
di Indonesia sudah dikategorikan sebagai pasar Asean, sama seperti pasar-pasar lain
yang ada kawasan Asean. Dengan kata lain, pasar kita saat ini sudah terbuka. Dengan
begitu kita harus bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri agar mampu bersaing
dan mengalahkan produk-produk dari negara tetangga.
Untuk itu kita juga harus menumbuhkan rasa keterikatan emosional
dan rasa bangga dari dalam diri kita terhadap produk-produk nasional, khususnya
produk UKM. Terkadang kita hanya memikirkan harga yang murah, produk yang bermerek,
perasaan senang bisa memiliki sebuah produk tanpa memperdulikan darimana produk
tersebut didapatkan, bahkan suka bangga memiliki produk impor L
Kita bisa berkaca dari negara yang mulai maju, seperti Korea.
Bahwa perkembangan pesat yang saat ini diraih oleh Korea disebabkan oleh karakter
yang dimiliki anak bangsanya. Korea mampu mentransformasi ‘kebencian’ mereka
pada Jepang dengan semangat dan motivasi untuk mengalahkan Jepang. Inilah yang
membuat Korea kemudian membangun industrinya sekuat-kuatnya.
Awalnya produk-produk Korea ini kurang bersaing di pasar
global. Namun mereka tidak putus semangat. Korea kemudian menggiatkan
masyarakatnya untuk membeli produk mereka sendiri. Hingga akhirnya Korea bisa
sukses seperti sekarang.
Tidak ada salahnya kita meniru cara ini kan? Bisa bangga
membeli dan menggunakan produk buatan dalam negeri sendiri. Sehingga nantinya
produk-produk lokal bisa bersaing dengan produk-produk luaran.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengenai kualitas dari
produk UKM ini, karena bagaimanapun juga semua orang pasti ingin membeli dan
memiliki produk yang berkualitas dengan harga yang wajar.
Menjawab hal ini, Bapak Zabadi menjelaskan bahwa dengan terus
bergulirnya produk-produk UKM ini di masyarakat, maka produktifitas UKM ini
akan semakin berkembang dan terjadi peningkatan income bagi UKM itu sendiri, sehingga lama kelamaan kualitas pun
akan mengikuti.
Namun begitu pemerintah pun melakukan pendampingan terhadap
pelaku UKM. Pemerintah berusaha memberikan gambaran tentang potensi-potensi
suatu produk yang dapat mengikuti selera pasar. Para pelaku UKM haruslah
kreatif dan produktif, yang artinya produk yang dihasilkan menarik serta mampu
memenuhi selera pasar, dan ini termasuk dalam hal kualitas dari produk tersebut.
Smesco ikut membantu proses sertifikasi terhadap produk para mitra UKM yang sudah
masuk ke ritel-ritel, begitupun dengan hak cipta.
Pemerintah melalui Smesco juga melakukan seleksi terhadap
berbagai macam produk, yang dijadikan dummy,
dan kemudian dapat dikembangkan oleh para mitra UKM. Selain itu Smesco juga
membangun networking dengan melakukan
berbagai bentuk kerjasama. Misalnya kerjasama dengan asosiasi dunia usaha dan
komunitas-komunitas sosialitapreneur.
Smesco berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukan suatu
perubahan, terutama dari sisi display
produk di Smesco, yang dapat menampilkan suatu kualitas produk yang lebih kuat,
dan menghilangkan kesan sebuah mal di Galeri Smesco.
Smesco juga menyiapkan fasilitas atau media bagi para UKM
untuk bisa berproses. Upaya sosialisasi juga terus dikembangkan dan Smesco masih
akan menambahkan berbagai sarana yang dibutuhkan untuk praktek kerja kreatif
bagi para mitra UKM. Selain itu, Smesco
juga memberikan dukungan bagi para UKM untuk mengikuti pameran di dalam maupun
di luar negeri.
Ke depan, Smesco ingin para mitra UKM bisa di wisuda. Produk-produk
UKM yang sudah diwisuda bisa dilepas dan tidak perlu lagi di display di Smesco karena sudah ‘naik
kelas’. Dengan rasa bangga bahwa UKM tersebut sudah bisa berpartner dan mandiri,
serta sudah punya pasar yang cukup kuat, sehingga tidak perlu lagi dukungan
dari Smesco.
Nah, agar produk-produk UKM ini dapat dikenal masyarakat luas
bahkan dunia, pemanfaatan teknologi digital dapat dijadikan sebagai media untuk
mendukung pemasaran serta ajang promosi bagi pelaku UKM.
Media blog dan media sosial merupakan wadah yang bagus untuk
menerapkan hal ini, karena banyak peminatnya. Pertama, tentu saja produk
tersebut harus di foto agar gambarnya dapat diposting di blog dan media sosial.
Bapak Ferry Ardianto |
Tampilan gambar yang bagus dan baik diperlukan agar dapat
menggugah orang yang melihat, sehingga tertarik untuk membeli, atau paling
tidak terpesona dulu dengan gambar tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Bapak
Ferry dalam paparannya dengan tema “Dialog Visual Dalam Fotografi” pada acara
Smesco Digipreneur Day.
“Gambar yang baik adalah gambar yang dapat bercerita,
mengandung pesan, dan dapat mengundang persepsi bagi yang melihatnya,” jelas
Bapak Ferry.
Konsep pencahayaan dan komposisi saja tidak cukup untuk
membuat sebuah foto bisa menjadi baik dan bagus, dibutuhkan juga sebuah imajinasi.
Imajinasi yang kreatif dan banyaknya pengalaman akan mengasah kemampuan
memotret kita.
Setelah dipotret, gambar siap diposting di media sosial.
Buatlah konten yang unik dan menarik yang dapat mendatangkan banyak follower,
apalagi ditunjang dengan gambar yang baik dan bagus, maka pengunjung akan
datang dengan sendirinya.
“Orang akan dikenali dari kontennya yang unik dan menarik,”
ujar Mas Putra Agung dan Eferner.
(Ki-ka) Moderator, Mas Eferner, dan Mas Putra Agung |
Tinggal bagaimana para pelaku UKM agar berkeinginan untuk bisa
terus maju, dengan meng-upgrade
produk-produknya serta mempromosikan dan memasarkannya. Tidak ada satu bangsa
pun yang tidak bangga akan produk negerinya sendiri. Banyak kok produk-produk
lokal yang memiliki kualitas yang baik dan menarik, contohnya produk-produk UKM
yang ada di Galeri Indonesia Wow Smesco ini. Saya bangga dengan produk lokal,
kamu?
Beberapa produk UKM yang terdapat di Galeri Indonesia Wow |
Foto : Pribadi
3 comments
produknay keren-keren kok dari dalam negeri
BalasHapusUKM memang perlu me-digital-kan produk mereka...sayang ya kalo banyak dari mreka masih buta tentang hal ini
BalasHapusHarus maju ke passar luar negeri ya kita
BalasHapus