"Mimpi dan cita-cita itu layak diperjuangkan oleh siapa saja, bahkan dari sudut pulau terkecil di Indonesia... "
Si kecil Jani Lasa terlahir di Pesisir Nongsa, Pulau Batam, yang merupakan sebuah pulau terpencil di Indonesia. Hidup dalam keluarga yang serba kekurangan, tidak menyurutkan semangat Jani untuk terus bersekolah, walaupun ia tidak memiliki sepasang sepatu seperti teman-temannya yang lain.
Ayah Jani yaitu Lasa, memperoleh penghasilan dari menangkap ikan di laut, menjual kelapa kering dan menyadap getah. Ayah Jani pernah berjanji akan membelikan Jani sepatu, sepulangnya ia dari menjual kelapa kering di Singapura. Namun sayang, Ayah Jani keburu meninggal karena sakit asma yang telah lama di deritanya, dan tak sempat membelikan Jani sepatu seperti yang pernah dijanjikannya.
Sepeninggal ayahnya, Jani dan abangnya melanjutkan pekerjaan yang biasa dilakukan ayahnya semasa hidup, yaitu menyadap getah dan mengambil ikan. Ibunya sehari-hari berjualan kue untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jani juga berjualan nenas di sekolah untuk membantu ibunya. Keinginan Janj untuk memiliki baju lebaran, membuat Jani dan abangnya sempat bekerja di sebuah tempat pembakaran arang yang letaknya jauh dari rumah mereka. Sedangkan adik perempuan Jani, tinggal dan dibesarkan oleh kakek nenek mereka.
Jani tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar, dan ia selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya. Ibu Jani yaitu Rubiah - yang dipanggil induk oleh anak-anaknya - memiliki pemikiran yang maju. Ia ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang sukses kelak.
Setamatnya dari Sekolah Dasar, Jani mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolah ke Pendidikan Guru Agama (PGA) di Tanjung Pinang. Ibu Jani sangat berat melepaskan Jani pergi, karena Tanjung Pinang sangat jauh dari tempat mereka tinggal. Untuk bisa sampai ke sana, ia harus menyeberangi lautan, sedangkan mereka tidak memiliki perahu motor.
Namun akhirnya Jani pergi juga menggunakan perahu kecil, dan ditemani oleh abangnya. Perahu mereka sempat diterjang oleh ombak badai. Namun untunglah mereka selamat dan sampai juga ke Tanjung Pinang.
Film Mimpi Anak Pulau ini diadaptasi dari novel karya Abidah El Khalieqy, penulis 'Perempuan Berkalung Sorban', yang diangkat dari sebuah kisah nyata seorang anak yang bernama Gani Lasa dari Pulau Batam beberapa dekade yang lalu.
Setting film ini mengambil lokasi sesuai dengan cerita aslinya yaitu di Batam. Selain karena memiliki makna yang penting bagi masyarakat Batam, Film Mimpi Anak Pulau juga ingin mengangkat keindahan serta budaya yang ada di Pulau Batam.
Peran Jani dimainkan oleh Daffa Permana, seorang aktor cilik asli dari Batam. Lasa, sang Ayah diperankan oleh aktor senior Ray Sahetapy, dan Induk atau Ibu Gani oleh Ananda Faturrahman (Ananda Lontoh). Ada juga beberapa aktor dan aktris pendukung dari Malaysia, seperti Dato Ahmad Tamimi, Mardiana Alwi, dan Azrul Kamal.
Walaupun ini merupakan akting pertamanya di dunia film, Daffa bermain dengan natural, mungkin karena asahan dari Bunda Berlin dan Pakle Keliek Soejanto, yang juga ikut berperan dalam film ini.
Film Mimpi Anak Pulau, yang digarap oleh Nadienne Batam Production dan Studiopro 1226, serta disutradarai oleh Kiki Nuriswan ini merupakan sebuah film yang sangat menginspirasi, khususnya bagi anak bangsa. Baik orangtua maupun anak-anak, jangan pernah menyerah atau putus semangat untuk mengejar mimpi. Karena seberat apapun halangan yang menghadang, dengan semangat dan tekad yang kuat, maka semua mimpi bisa dicapai.
Bapak Gani Lasa |
Film Mimpi Anak Pulau akan resmi diputar di bioskop-bioskop yang ada di tanah air pada tanggal 18 Agustus nanti, dan akan ditayangkan juga secara serentak di negara serumpun seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Foto : Pribadi dan IG @mimpianakpulau_2016
4 comments