It’s Time to Let Go! Jual Barang Tidak Terpakai untuk Mereka yang Lebih Butuh
By Dewi Sulistiawaty - November 26, 2016
Masing-masing dari kita pasti punya
yang namanya barang disukai, namun barang tersebut tidak terpakai? Mau ngasih
ke orang, merasa sayang, takutnya ntar barang yang dikasih disia-siakan sama orang
tersebut, tergeletak begitu saja. Membayangkan hal ini, tentu kita jadi sedih
ya, ngerasa barang kita nggak dihargai, nggak bermanfaat sama orang tersebut.
Mending nggak usah dikasih deh!
Pernah mendengar tentang barang preloved? Barang preloved itu artinya barang yang pernah kita cintai, seperti
sepatu, tas, dan bajunya. Saat memberikan barang tersebut kita merasa ada yang
hilang dari diri kita, merasa sedih melepaskannya. Tak hanya itu sebenarnya,
lihat orang yang pake baju atau tas yang sama dengan kita aja, kita ngerasa jealous. Nah, perempuan termasuk orang
yang sangat sentimental dengan barang-barang yang mereka miliki. Misalnya nih, barang
yang ini saya dapatkan saat pertama ketemu dengan sang mantan, atau barang ini saya
miliki saat menjadi seorang ibu, dan banyak lagi alasan lain yang membuat
perempuan merasa sayang untuk melepaskan barang-barang yang dimilikinya.
Mba Nadia |
Mba Nadia Pramesrani dari Rumah
Dandelion yang hadir pada acara Blogger Gathering di Branche Bistro, pada hari
Sabtu, 19 November 2016 kemarin, menjelaskan kenapa perempuan cenderung susah
untuk melepaskan barang-barang preloved-nya.
Menurut Mba Nadia, ada kecenderungan bahwa perempuan itu meletakkan muatan emosinya
terhadap suatu barang, sehingga kalau disuruh melepaskan barang tersebut,
terasa seperti sebuah ancaman baginya. Iya, ancaman karena merasa barangnya
tersebut berada dalam posisi yang tidak aman, dan ia tidak punya kontrol lagi
terhadap barang tersebut. Namun semua kembali pada karakter wanita, bahwa
memang wanita itu adalah makhluk yang emosional.
Pernah menyimpan bon-bon, kertas
bukti transfer, atau barang tetek bengek lainnya dalam dompet atau tas? Padahal
barang tersebut cuma nyampahin aja dalam dompet atau tas? Haha… saya pernah,
nyimpan tiket nonton karena ngerasa senang bisa nonton film kesukaan saya
tersebut, dan nyimpen tiketnya sebagai kenang-kenangan, hehehe.
Blogger Gathering dengan tema 'SaturdayWithOLX' |
Ada juga cerita begini nih. Seorang ibu dengan anak bungsunya yang juga anak perempuan satu-satunya. Si anak dibeliin baju yang banyak, lalu anaknya tambah gede, dan bajunya nggak bakalan kepake lagi sama si anak. Tapi si ibu masih aja nyimpen pakaian yang udah nggak kepake ini. Katanya sih sayang, baju tersebut dianggap sebagai kenang-kenangan saat ia memiliki anak cewek. Padahal kalau dibiarkan lama-lama baju ini bisa rapuh atau habis dimakan rayap. Iya kan!
Kalau saya sih punya cerita
sendiri. Dulu waktu badan saya gak semelar saat ini, saya suka ngoleksi
berbagai pakaian karena model apa saja muat di body saya. Hingga saat ini pakaian tersebut masih saya simpan
karena saya pikir body saya bisa kembali
lagi seperti dulu. Pikir saya, saya bakal bisa balikin body saya seperti dulu lagi, dan saya nggak perlu beli baju baru
nantinya. Padahal udah langsing pun saya tetap aja beli baju baru lagi, karena
ngerasa pakaian yang lama udah nggak model lagi. Nah lho! :D :D
Satu lagi, hal ini juga kejadian
sama ibu saya. Ibu saya tinggal di rumah peninggalan nenek, yang luasnya
tanahnya hampir 1000 meter persegi. Di bagian belakang, seperempat lahannya
dijadikan kebun kecil, seperempatnya lagi semacam tanah lepas yang diberi atap
fiber, untuk saya bermain saat kecil dulu. Nah, sisanya adalah bangunan rumah.
Rumah yang besar memang. Dan ibu saya
memanfaatkan tanah yang luas ini untuk menyimpan barang-barang yang sudah tak
terpakai, seperti tempat tidur, kulkas, lemari pakaian, dan banyak lagi
lainnya. Bahkan barang-barang ini sudah mulai memenuhi tanah lepas di belakang
rumah, sehingga tanah lepas di belakang sudah tinggal separuhnya saja. Padahal
beberapa barang sudah ada yang diberikan pada tetangga atau orang lain yang mau
juga lho! Sisanya ibu nggak mau berikan karena merasa sayang dan punya memori
dengan barang tersebut. Padahal sayang juga, karena ada beberapa barang
elektronik yang jadi karatan. Belum lagi waktu ibu yang habis untuk membersihkan
barang-barang tersebut dari debu.
Nah kalo ini lain lagi ceritanya
nih! Ada yang suka menyimpan barang-barang pemberian dari mantannya, nggak bisa
move on ternyata, hihihi. Misalnya
kalung, cincin, baju atau sepatu pemberian si mantan, yang masih saja disimpan.
Padahal mantan pacarnya sudah move on
dengan cewek yang lain, ahaaaiii…. Yuk ah, move
on, it’s time to let go! Life must go on, beib! ;) Semakin lama kamu nyimpan
barang pemberian mantan, maka semakin susah juga buat kamu untuk move on, karena selalu melihat barang
pemberiannya dan ingat terus dengan si dia J
Jadi ini balik lagi ke masalah
emosi terhadap barang-barang tersebut. Semakin banyak barang yang nggak kepake
yang nggak mau dilepas, semakin besar juga emosional yang dirasakan, susahnya
melupakan masa lalu. Ini biasanya akan berdampak pada keluarga, orang-orang
terdekatnya atau juga pasangannya. Seperti pakaian yang menumpuk satu lemari,
itu khusus buat pakaian yang nggak kepake saja, belum lagi untuk pakaian yang
masih kepake. Dan ini tentu saja sangat mengganggu bagi keluarganya atau
pasangannya.
Ada juga yang kemudian dinasehati
oleh pasangannya agar mau menjual atau memberikan saja barang-barang nggak
kepake ini. Lalu karena males dinasehati terus, padahal nggak pengen ngelepasin
barang-barang tersebut, perempuan pasangannya ini pun menjual barang-barang
tersebut, misalnya ke OLX dengan harga yang sangat tinggi, dengan harapan tidak
akan ada yang akan membeli barang tersebut, sehingga ia punya alasan pada
pasangannya, bahwa barang tersebut tidak laku, hihi… Wanita punya seribu cara
agar bisa tetap bersama dengan benda kesayangannya ya :D
Lalu kapan kita bisa ikhlas
melepaskan barang-barang kesayangan yang nggak kepake ini? Mungkin dengan
memberikan pada orang atau tetangga, ada kecemasan kalau barang tersebut
nantinya tidak akan terpakai dan tidak akan dirawat dengan baik. Mungkin karena
barang tersebut mereka dapatkan dengan percuma, sehingga tidak ada perasaan
memiliki terhadap barang yang telah kita berikan. Namun dengan menjualnya di
OLX, ada kemungkinan pembeli barang kita adalah orang yang sangat membutuhkan
barang tersebut, namun ia tidak mampu membeli yang baru. Sehingga bisa dipastikan
pembeli barang yang kita jual di OLX
pasti sangat butuh barang tersebut, dan akan merawat barang yang sudah
dibelinya.
Di situ ada perasaan senang,
karena kita sudah membuat orang lain senang, bisa membantu mereka menemukan
barang yang mereka cari. Selain itu ada perasaan tenang juga karena pembeli ini
pasti akan merawat barang tersebut dengan baik. Dengan memikirkan hal ini,
menanamkan di otak kita, bahwa ada banyak orang diluaran sana, yang mungkin
sangat membutuhkan barang-barang kita yang sudah nggak kepake, maka kita bisa
dengan ikhlas melepaskan barang-barang tersebut. Dapat membantu orang lain
pasti menjadi kepuasan tersendiri bagi kita J
Mba Amelia |
Mba Amelia Virginia, selaku Public
Relation Manager OLX Indonesia, mengatakan bahwa selama ini mungkin banyak yang
beranggapan aktivitas jual beli barang di OLX itu dilakukan oleh para pria
saja, yang ngejualin atau mencari barang-barang eletronik, barang-barang
otomotif, dan perkakas lainnya. Padahal OLX juga bisa untuk jual beli
perlengkapan perempuan lho!
Cerita mengenai perempuan, perempuan
memang biasanya menggunakan emosi atau merasa terikat dengan barang-barang
miliknya, sehingga susah untuk melepaskannya. Nah, OLX punya sebuah cerita
yaitu ‘It's time to let go’ dari
barang-barang preloved. Begitu barang
preloved dilepas, maka barang-barang
tersebut akan ditampung di OLX, yang nantinya akan dibeli oleh banyak orang
yang membutuhkannya diluaran sana. Bagi kamu yang sudah bisa mengikhlaskan
barang-barang preloved-mu, bisa jual
barang-barang tersebut di OLX. Apalagi saat ini OLX lagi ada Program
#BekasJadiLiburan yang bertabur hadiah keren. Info lengkapnya silakan baca di www.bekasjadiapapun.id/liburan
J
Sumber Foto : Pribadi
0 comments