SMiLe-in Aja Semua Tantangan yang Datang Menerpa
By Dewi Sulistiawaty - April 29, 2017
Mungkin tidak ada yang tahu, apa
yang saya alami ketika saya baru menikah dulu. Ketakutan, yang menyebabkan saya
harus membuat sebuah keputusan yang sangat sulit. Apa yang saya takutkan adalah jika
saya tidak bisa membesarkan anak dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak
saya kelak. Suer! Saya benar-benar takut waktu itu, sampai saya selalu
menunda-nunda untuk hamil dan memiliki anak.
Hampir 4 tahun saya menunda untuk
punya anak. Sehingga orangtua bahkan teman-teman saya berpikir bahwa kami
memang susah untuk mendapatkan seorang anak. Saya malu menceritakan ketakutan
saya ini pada siapa pun, kecuali tentu saja pada suami saya. Makanya banyak
teman dan saudara yang menyarankan saya untuk minum obat ini, obat itu, pergi
berobat ke dokter A dan ke paranormal B, karena mereka mengira saya dan
pasangan benar-benar tidak mampu memiliki anak.
Padahal ini hanya ketakutan saya
saja, dan dalam hati kecil, saya sangat ingin menggendong dan memiliki si buah
hati. Ada beberapa hal yang membuat saya takut. Pertama, kehidupan ekonomi saya
dan suami yang pas-pasan menurut standar saya. Saya itu termasuk orang yang
nggak bisa berpedoman pada pepatah yang mengatakan ‘banyak anak, banyak
rezeki’, atau ‘ntar kalau udah ada anaknya, juga ada rezekinya’. Pikiran saya
nggak bisa saya dipaksakan agar mau menerima nasehat itu. Bagi saya, kalimat
seperti itu seperti memegang satu hal yang tidak pasti.
Lalu ketakutan saya yang kedua
adalah, apakah saya mampu merawat dan membesarkan anak saya nanti agar bisa
tumbuh menjadi anak yang sehat, serta memiliki budi pekerti yang baik. Ketidakmampuan
ini membuat keberanian saya lumpuh. Secara, saat masih gadis, saya tidak begitu dekat dengan anak-anak atau pun bayi yang bisa dirawat dan
digendong-gendong. Makanya ada
kebingungan bagaimana caranya membesarkan anak *duuh, plis jangan
diketawain :’(
Mungkin waktu itu pikiran saya
masih belum dewasa, atau saya memang belum siap untuk berumah tangga ya,
walaupun usia saya saat menikah, yaitu 24 tahun, termasuk usia yang pas untuk
mengarungi biduk rumah tangga. Saya dan suami memiliki sebuah usaha percetakan dan
foto copy yang kami kelola bersama. Penghasilan dari usaha ini tidak menentu.
Kadang banyak job, kadang sepi.
Selama 4 tahun pernikahan itu
pula, saya sibuk mengelak dan memberikan berbagai alasan, kepada setiap orang yang menanyakan mengapa saya belum juga memiliki anak. Sepertinya alasan ekonomi dan
ketakutan saya yang sepertinya tak beralasan, bukanlah sesuatu yang bisa diterima
setiap orang yang menanyakan perihal ini. Bahkan saya diamkan saja, jika ada
yang beranggapan kalau saya tidak bisa punya anak alias mandul :(
Sedih? Banget! Selain saya mencoba
melawan dilema dalam diri saya sendiri, saya juga harus menghadapi pandangan orang-orang
terhadap saya. Belum lagi perasaan sedih melihat mama yang sudah menginginkan
seorang cucu, walau pun mama tidak pernah sekali pun mengungkapkan perasaannya
ini. Mama saya orangnya pengertian
banget *love you mom :*
Memasuki usia pernikahan saya yang
kelima tahun, tiba-tiba secercah cahaya yang terang menerpa kehidupan
saya. Cahaya itu datang dari seorang sahabat karib saya waktu SMP dulu, yang
tiba-tiba datang berkunjung ke rumah. Terakhir saya bertemu adalah ketika dia
datang ke pesta pernikahan saya, 4 tahun yang lalu. Dia sengaja terbang dari
kota tempat tinggalnya yang jauh di seberang pulau, untuk mengunjungi
saudaranya di sini, sekaligus ingin berjumpa kangen denganku :)
Seperti orang lain pada umumnya,
sahabatku ini juga menanyakan perihal anak padaku (dan saya pun menjawab dengan
alasan yang biasa kuberikan pada banyak orang). Namun curhatan kami lama kelamaan semakin
mendalam, hingga akhirnya saya pun menceritakan alasan mengapa hingga saat ini saya masih belum
juga memiliki anak.
Jawaban sahabatku ini cukup
membuatku sedikit heran. “SMiLein aja!” begitu jawab sahabatku. Yah, selama ini
saya memang selalu membalas setiap pertanyaan orang dengan senyuman kok (walau pun
dalam hati perasaan ini kacau balau). Sahabatku pun tersenyum geli. “Kalau itu
mah, SMiLe with me aja,” kata sahabatku.
Ternyata SMiLe yang dimaksud
sahabatku adalah Sinarmas MSIG Life Insurance. Sahabatku pun menjelaskan dengan jelas apa itu SMiLe, bahwa SMiLe menyediakan layanan finansial yang terpadu dan
menyeluruh. SMiLe akan memberikan layanan terbaik untuk kebutuhan finansial nasabahnya, termasuk masalah kesehatan, dan multi
invest lainnya. Jadi segala ketakutan saya selama ini, semua bisa di-cover
dengan SMiLe. Thank you my best friend,
for the light you have given me :*
Sekarang cahaya hati saya sudah
tumbuh besar dan sehat. Buah hati yang selama ini saya dambakan, namun tertunda
karena bayang ketakutan yang melekat nggak jelas dalam diri saya dulu, hehe.
Namun semua bayang itu sudah hilang, karena terpaan secercah cahaya yang
bernama SMiLe. Yups, SMiLe with me! Hingga
sekarang, saya selalu hadapi tantangan dengan senyuman lebar, selebar tawa si
kecil saat melihat saya datang untuk memeluknya. Tenang sayang, mama akan
selalu memberikanmu SMiLe yang lebar dan pelukan hangat untukmu :)
Bagi sahabat yang ingin bisa
SMiLe seperti saya dan si kecil, serta ingin mengetahui informasi lengkap mengenai
Sinarmas MSIG Life Insurance, bisa berkunjung ke website SMiLe di www.sinarmasmsiglife.co.id. Atau
bisa juga baca-baca infonya di akun media sosial SMiLe, seperti di Facebook
& Twitter @sinarmasmsig, Instagram @sinarmasmsiglife, dan Youtube
user/SMiLe140485.
Sumber Foto : Pribadi dan sinarmasmsiglife
2 comments
Alhamdulillah jadi pede yaaa Dewi
BalasHapusHehehe...iya Mbaa :)
Hapus