Inovasi dan Teknologi untuk Kemajuan Sawit Indonesia
By Dewi Sulistiawaty - Mei 24, 2017
Credit by darsatop.lecture.ub.ac.id |
Negara kita merupakan negara
dengan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Namun entah mengapa,
keberadaan kelapa sawit ini tidak begitu kedengaran gaungnya. Selama ini produk
kelapa sawit kita tidak memiliki nilai tambah yang berarti, dan berjalan lamban.
Padahal jika dikelola dengan baik, kelapa sawit ini bisa memberikan dampak yang
luar biasa bagi negara.
Apa yang menjadi penyebab rendahnya nilai kelapa sawit kita? Kelapa sawit yang biasanya diolah menjadi oil palm, ternyata tidak mampu memberikan hasil yang maksimal. Untuk itulah dibutuhkan sebuah inovasi yang dapat mengatasi masalah ini. Butuh kerjasama yang solid antara pemerintah, badan riset atau universitas, dan juga dunia industri.
Apa yang menjadi penyebab rendahnya nilai kelapa sawit kita? Kelapa sawit yang biasanya diolah menjadi oil palm, ternyata tidak mampu memberikan hasil yang maksimal. Untuk itulah dibutuhkan sebuah inovasi yang dapat mengatasi masalah ini. Butuh kerjasama yang solid antara pemerintah, badan riset atau universitas, dan juga dunia industri.
Untuk itulah, pada hari Rabu, 17
Mei 2017 kemarin diadakan Seminar Nasional bertajuk Inovasi dan Teknologi
Terkini dalam Upaya Meningkatkan Produktivitas Sawit Secara Berkelanjutan.
Acara yang digelar selama dua hari di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta ini
menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, seperti Dr.Ir. Haryano,
M.Sc, selaku Ketua Komisi Pangan & Pertanian Dewan Riset Nasional (DRN),
Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI, para peneliti, serta
pelaku usaha industri.
Dengan mengembangkan tanaman bio-energy dalam skema pertanian
irigasi, dapat membantu memperbaiki pasokan energi, serta menghasilkan
ketenagakerjaan, namun hal ini mungkin saja dapat meningkatkan persaingan untuk
sumber air tanah, kata Bapak Haryono di awal acara.
Dalam inovasi itu mencakup 4 hal,
yaitu inovasi tentang produk, inovasi tentang proses, inovasi tentang marketing dan tempat, serta inovasi
tentang organisasi dan kelembagaan. Secara sederhana, formula mengenai inovasi
ini merupakan perpaduan antara sebuah invensi dengan komersialisasi. Dengan
inovasi, kelapa sawit dikembangkan dengan proses yang baru, sehingga dapat
memproduksi tandan buah segar yang lebih baik lagi.
Sebenarnya sejak tahun 1991
hingga tahun 2017, kebutuhan minyak dunia meningkat sangat drastis, dari 83
juta ton hingga sekarang mencapai 213 juta ton. Jadi tiap tahunnya rata-rata
mengalami peningkatan sekitar 5,2 juta ton, dari seluruh minyak nabati. Dari
peningkatan tiap tahun ini, kontribusi yang sangat besar disumbangkan dari kelapa
sawit, yaitu 2,1 juta ton dari 5,2 juta ton per tahunnya di seluruh dunia.
Menurut Bapak Dr. Dwi Asmono,
selaku Director of Research & Development PT. Sampoerna Agro Tbk, jika
bicara tentang produktivitas dikaitkan dengan inovasi, ada beberapa aspek yang perlu
ditambahkan, seperti gernplasm,
kondisi area, lingkungan, management
practice, dan sumber daya manusia. Kelima pilar ini sangat menentukan jika
kita bicara tentang produktivitas di lapangan.
Untunglah dalam hal riset kelapa
sawit, inovasi dari pihak swasta pun dapat berjalan dengan baik. Hingga saat
ini ada 13 research center yang
berdiri di Indonesia, diantaranya PTPN IV, Socfindo, IOPRI, London Sumatera,
ASD Bakrie, Asian Agri, BSM, Mekar Sari, Sime Darby, Dammas, BTN, Tania
Selatan, dan Astra Agro Lestari.
Bapak Toni Liwang mengatakan,
selain kelapa sawit, padi juga merupakan tanaman unggul di Indonesia. Padi
telah dibudidayakan selama lebih dari 5000 tahun yang lalu, sedangkan kelapa
sawit lebih dari ratusan tahun yang lalu. Namun kenaikan produktivitas keduanya
cenderung lamban. Jika dibandingkan dengan negara lain, misalnya Amerika
ternyata juga tidak terlalu naik secara signifikan juga. Kenaikan produktivitas
tanaman unggul kita hanya sekitar 0,77% per tahunnya, dari nilai normalnya
yaitu 1%.
Mungkin banyak dari kita yang
beranggapan bahwa kelapa sawit itu mirip dengan pohon kelapa. Namun
kenyataannya, kelapa sawit setelah dipetakan berdasarkan genetik, ternyata
malah berkerabat dekat dengan tanaman kurma, pisang, dan jahe-jahean. Untuk
kelapa sawit, terdiri dari dua spesies, yaitu Elaeis Guineensis dan Elaeis
Oleifera yang memiliki keunggulan masing-masingnya. Kedua spesies ini dapat
dikawin silang untuk menghasilkan perbaikan karakter pada Elaeis Guineensis. Di
sinilah peranan Bioteknologi untuk memperbaiki karakter tanaman, sehingga
menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai daya tinggi.
Kenapa perlu dilakukan riset
untuk tanaman kelapa sawit? Jika tanaman lain, seperti jagung dan kedelai yang
masa tanamnya memakan waktu yang tidak lama, yaitu sekitar 3 hingga 4 bulan,
jika salah tanam tinggal diperbaiki lagi. Beda dengan kelapa sawit yang masa
berbuahnya baru bisa dilihat dalam waktu yang cukup lama yaitu 3 atau 4 tahun.
Bisa dibayangkan berapa lama waktu, tenaga dan uang yang terbuang jika ternyata
kelapa sawit yang ditanam ternyata produknya tidak bagus, atau bahkan tidak
berbuah sama sekali?
Untuk itulah, riset dan benih
sangat penting pada tanaman kelapa sawit. Di sini bioteknologi berperan dalam
mempercepat proses seleksi bahan tanaman. Tujuan utama dari Riset Bioteknologi
ini adalah untuk membantu seleksi pada fase awal pertumbuhan, mengembangkan
marka molekuler untuk karakter target, serta memperbaiki sifat melalui
transformasi genetik.
Berbagai inovasi dan teknologi terbaru
untuk kelapa sawit dapat meningkatkan produktivitas minyak kelapa sawit yang
tinggi, tanaman unggul yang tahan terhadap penyakit serta memiliki
karakter-karakter yang diinginkan, yang nantinya bisa menghemat waktu dan uang.
Untuk bisa terus berinovasi dan menciptakan teknologi mutakhir di sektor kelapa
sawit, pemerintah perlu bersinergi dengan semua stakeholder, baik dengan para peneliti, serta dibutuhkan juga
peranan dari pihak swasta.
If
you plan for a year, plant a seed
If
for ten-years, plant a tree
If
for hundred years , teach the people
When
you sow a seed once, you will reap a single harvest
When
you teach the people, you will reap a hundred harvests
(Kuan
Tzu, 551-479 B.C)
0 comments