Menjaga Stabilitas Ketahanan Pangan dengan Inovasi dan Teknologi

By Dewi Sulistiawaty - Juni 20, 2017

Tanah Indonesia yang subur, membuatnya kaya akan keanekaragaman tanaman pangannya. Mulai dari tanaman yang terbesar seperti tanaman padi, jagung, singkong, kedelai, hingga cengkeh, serta banyak lagi yang lainnya. Kesemua tanaman tersebut tentu tidak tumbuh begitu saja, namun butuh perawatan yang telaten agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, belum lagi banyaknya hama yang datang menyerang tanaman.

Di zaman sekarang, para petani dituntut agar bisa menghasilkan tanaman yang berkualitas dengan hasil yang melimpah. Tentu ini butuh inovasi dan teknologi baru agar semua keinginan tersebut bisa tercapai. Namun beberapa inovasi dan teknologi dapat saja memberikan dampak negatif pada tanaman dan juga lingkungan. Nah, bagaimana cara menanggulangi dan mewaspadainya?

Informasi lengkap mengenai hal ini saya dapatkan saat mengikuti acara silaturrahmi dan buka puasa bersama Croplife Indonesia dan Media, pada hari Jumat, 16 Juni 2017 kemarin, di Hotel Aston Jakarta. Hadir pada acara Bapak Midzon Li Johanes, sebagai Chairman Croplife Indonesia, Bapak DR. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc selaku Direktur Pupuk dan Pestisida Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian, Bapak Prof. Dr. M. Herman, M.Sc selaku Ahli Bidang Bioteknologi, serta Bapak Agung Kurniawan selaku Executive Director Croplife Indonesia.


Di awal acara, Bapak Agung mengatakan bahwa tujuan digelarnya kegiatan ini adalah ingin membantu memberikan pemahaman mengenai Crop protection dan juga bioteknologi, karena mungkin masih banyak yang belum paham mengenai Crop protection dan bioteknologi, serta bagaimana Crop protection nanti bisa membantu meningkatkan hasil panen dari para petani.

Bapak Agung
“Tentu ada satu sisi dari kami sebagai Asosiasi Croplife Indonesia, yang memiliki tugas dan komitmen untuk bisa membantu petani yang ada, serta bermitra dan bersinergi dengan teman-teman yang ada di kementerian. Semoga kegiatan ini dapat memberi satu wawasan dan pengetahuan tentang apa itu Croplife, serta di industri pertanian itu seperti apa,” jelas Bapak Agung.

Setelah mendengarkan kata sambutan dari Bapak Agung, acara dilanjutkan dengan talkshow yang bertajuk “Stabilitas Keamanan dan Ketahanan Pangan melalui Inovasi, Teknologi Perlindungan Tanaman & Bioteknologi”.   

Croplife adalah sebuah asosiasi pertanian yang bersifat nirlaba atau non profit, yang mewakili kepentingan petani dan industri benih dan pestisida. Croplife bertujuan untuk mempromosikan pendekatan yang memperkuat agrikultur berkelanjutan dalam kepentingan petani, pelanggan, dan lingkungan. Sedangkan misi dari Croplife adalah membantu petani memproduksi cukup pangan bagi penduduk melalui inovasi teknologi.

Bapak Midzon
“Croplife Indonesia adalah sebuah asosiasi industri perlindungan tanaman dan juga industri perbenihan. Kita biasa sebut organisasi yang bergerak di plant science. Jadi organisasi ini sudah lama berdiri, yaitu sejak tahun 1970-an. Diawali dengan yang namanya Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman Indonesia. Lalu berubah namanya, hingga kini dikenal dengan nama Croplife,” papar Bapak Midzon.

Anggota Croplife Indonesia sendiri terdiri dari 8 perusahaan multinasional terkemuka, yang menginvestasikan modalnya di Indonesia, yaitu PT. BASF Indonesia, PT. Bayer Indonesia, PT. Dow Agrosciences Indonesia, PT. Dupont Indonesia, FMC Indonesia (PT. Bina Guna Kimia), Monsanto Indonesia, PT. Nufarm Indonesia, dan PT. Syngenta Indonesia.

Croplife Indonesia ini merupakan afiliasi dari Croplife Asia dengan Croplife International. Makanya tak heran kalau keanggotaan Croplife Indonesia terdiri dari perusahaan-perusahaan multinasional. Keanggotaan di Croplife sendiri sebenarnya bersifat terbuka, tapi tentu saja dengan syarat, perusahaan tersebut harus berkomitmen dengan Good Manufacturing Practice, dan berkualitas dalam hal menghasilkan produk-produk tanaman, maupun dalam perbenihan dan bioteknologi.

Menurut Bapak Midzon lagi, bagi Croplife sangat penting menjaga kualitas dari perlindungan tanaman yang dikenal dengan pestisida, dan ikut mendorong peningkatan regulasi yang berstandar internasional, sehingga bisa menjamin keamanan bagi petani maupun lingkungan.

Sudah banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Croplife, seperti melakukan pembinaan dan pelatihan pada para petani, misalnya penggunaan produk yang aman dan bertanggungjawab. Setiap tahunnya, Croplife Indonesia melatih sekitar 500 ribu petani secara langsung. Kegiatan lainnya adalah meningkatkan kapabiltas masyarakat maupun industri dalam hal pengembangan bioteknologi pertanian, serta perbenihan. Selain itu juga ada komite khusus yang menangani ‘anti counterfeiting’ atau anti pemalsuan.

Pestisida merupakan salah satu bagian dari teknologi di bidang pertanian. Pestisida punya dampak positif dan negatif pada tanaman. Yang negatif inilah yang akan dilatih oleh Croplife agar petani bisa menanganinya sedemikian rupa untuk perbaikan. Teknologi pestisida saat ini sudah jauh berubah dibandingkan pestisida zaman dulu. Makanya penggunaan pestisida yang aman akan terus dikawal di lapangan oleh Croplife, sehingga bisa bermanfaat bagi para petani.

Pemerintah sendiri sudah sejak lama mengatur tata cara pendaftaran produk pestisida di Indonesia. Khusus untuk pendaftaran pestisida diatur dalam regulasi yang dari waktu ke waktu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Bapak Muhrizal
“Terakhir ini kita punya Permentan No.39 Tahun 2015, yang mengatur bagaimana cara mendaftar. Salah satu terobosan yang sudah kita lakukan dalam pendaftaran pestisida ini adalah bisa dilakukan secara online sejak akhir tahun 2014. Dengan sistem online ini, kita bisa tracking dan jadi lebih transparan. Kita banyak mendapat masukan dan kritikan membangun dari berbagai asosiasi, termasuk teman-teman dari Croplife,” ujar Bapak Muhrizal.

Tak hanya itu, dari segi SDM Kementan juga mengembangkan infrastruktur untuk regulasi ini. Misalnya kalau biasanya contoh dikirim langsung oleh industri, maka saat ini ada petugas pengambil contoh yang turun ke lapangan. Contoh ini nantinya akan disegel, dan nantinya akan dikirim ke lembaga uji. Pada prinsipnya pemerintah, dalam hal ini Kementan berusaha mendorong agar industri ini tetap tumbuh, namun di sisi lainnya para petani juga dapat terlindungi dalam hal penggunaan pestisida.

Prof. Herman
Selanjutnya Prof. Herman pun menjelaskan mengenai bioteknologi. Bio adalah organ hidup, sedangkan teknologi adalah teknologi. Jadi bioteknologi adalah suatu teknologi yang memanfaatkan organisme hidup lain untuk memperbaiki organisme hidup yang lainnya lagi, atau produksi dari organisme tersebut. Bioteknologi itu bisa bioteknologi tanaman, hewan, serta zat lainnya, karena teknologi ini dimanfaatkan untuk perbaikan sifat dari organisme tersebut.

Bioteknologi ini bisa dengan bioteknologi tradisional, seperti pembuatan tempe, minuman keras, dan lain-lain. Hingga bioteknologi modern, yaitu pemanfaatan rekayasa genetik dalam upaya memperbaiki sifat, dimana teknologi ini digunakan kalau teknologi konvensional itu mendapat kendala. Misalnya, kita menginginkan suatu tanaman yang tahan hama. Maka dilakukanlah perkawinan antara tanaman yang mengandung sifat tahan hama dengan tanaman komersial. Jika suatu ketika sumber katahanan ini tidak dimiliki oleh tanaman lain, maka di sinilah bioteknologi dimanfaatkan.

“Bisa saja sifatnya diambil dari organisme seperti virus, bakteri, atau cendawan, bisa juga diambil dari tanaman lain, tergantung dengan sifat apa yang diinginkan. Memasukkan sifat dari organisme ini pun tidak mudah. Penambahan organisme ini tidak akan sampai menstimulasi dari hal-hal yang berbahaya, karena ini sama saja perkawinan silang tadi, dengan memindahkan sifat dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain, yang diambil sifat yang diinginkan saja,” papar Prof. Herman.

Pemanfaatan bioteknologi ini haruslah tepat, untuk itu dibutuhkan waktu yang lama, dan ini tidak bisa begitu saja dikomersialkan kalau belum dinyatakan aman, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan manusia dan hewan ternak, karena ada regulator dan regulasinya. Jadi, bioteknologi yang saat ini beredar, berarti sudah dinyatakan aman sesuai dengan regulasi yang ada.

Kita tahu bahwa tanpa inovasi dan teknologi baru, sangat sulit bagi kita untuk berkembang. Untuk itu kita perlu terus menerus mencapai dan mendapatkan teknologi baru, untuk menjawab semua tantangan yang ada, dan bagi kesejateraan para petani. Croplife Indonesia sendiri telah menghasilkan teknologi baru dalam hal perlindungan tanaman, serta hibrida-hibrida baru dalam perbenihan untuk meningkatkan produksi tanaman.

Acara ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai Croplife dan fungsinya di industri pertanian, dapat menjalin tali silaturrahmi, serta menambah networking diantara para undangan yang hadir.  Acara kemudian ditutup dengan mendengarkan siraman rohani serta berdoa bersama Ustad Afdholi Ali Rahman, Sq. MA, serta buka puasa bersama. 

Foto bersama


Sumber Foto : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

1 comments