Asah Keterampilan Si Kecil Sejak Dini Agar Menjadi Anak Generasi Maju
By Dewi Sulistiawaty - Agustus 01, 2017
Orangtua mana sih yang tak ingin
anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat dan pintar. Pastilah semua orangtua
berharap agar anak-anaknya kelak menjadi anak yang sukses, yang bisa membanggakan,
baik bagi dirinya sendiri maupun bagi bangsanya. Berbagai cara dilakukan
orangtua agar hal ini bisa terwujud, misalnya dengan memberikan asupan nutrisi
yang baik pada anak-anaknya, memasukkan si kecil ke sekolah yang terbaik,
mengikutkan kursus-kursus, dan banyak lagi cara lainnya.
Namun apakah semua itu sudah
cukup? Apakah cara yang dilakukan para orangtua tersebut sudah baik dan benar?
Kita tahu, bahwa tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua yang baik, dan
sekolah yang mengajarkan bagaimana caranya merawat anak agar tetap sehat dan
bisa pintar. Biasanya orangtua mendapatkan pengetahuan merawat anak dari
orangtua mereka, atau dari teman-temannya yang sudah berpengalaman, atau bisa
juga dari berbagai artikel di majalah dan situs-situs parenting yang dibacanya.
Beberapa perusahaan yang peduli
mengenai masalah ini, mencoba memberikan berbagai solusi pada para orangtua.
Salah satunya adalah SGM Eksplor, sebuah perusahaan yang berada di bawah
naungan PT. Sarihusada, yang memproduksi produk
nutrisi untuk anak-anak dengan harga yang terjangkau, serta berstandar
internasional. SGM Eksplor berkomitmen untuk terus mendukung perjuangan para
orangtua dalam mempersiapkan si kecil agar bisa menjadi anak generasi maju.
Pada tahun ini, SGM Eksplor
menggelar program roadshow ke beberapa kota di seluruh Indonesia. Kota-kota
yang sudah dikunjungi oleh SGM Eksplor diantaranya adalah Kota Padang dan Kota
Bandung. Nah, tepat pada hari Sabtu, tanggal 29 Juli 2017 kemarin, SGM Eksplor
berkunjung ke Kota Jakarta, tepatnya di Hotel Santika Premiere Slipi, Jakarta. SGM Eksplor menggelar Parenting Seminar
untuk para ayah dan bunda di tiap kota yang dikunjunginya dalam roadshow ini.
SGM Eksplor Parenting Seminar di Hotel Santika Premiere Jakarta |
Ibu Astrid Prasetyo, selaku
Marketing Manager SGM Eksplor berharap bahwa apa yang disampaikan pada seminar
ini bisa bermanfaat untuk para orangtua yang datang. Hal ini diungkapkan oleh
Ibu Astrid saat membuka acara seminar yang diberi tajuk “Peran Orangtua dalam Mengembangkan
Kemampuan si Kecil Menjadi Anak Generasi Maju”.
Hadir sebagai narasumber dalam Parenting Seminar
ini, seorang Psikolog Anak dan Keluarga yang sudah tidak asing lagi bagi saya,
yaitu Ibu Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psi atau yang akrab disapa Ibu Nina.
Saya suka banget dengan ibu psikolog yang satu ini, karena selain pintar dan penjelasannya
mudah dimengerti, Ibu Nina merupakan sosok yang ramah dan humble. Beliau sering mengisi acara-acara talkshow yang diadakan oleh
Sarihusada :)
Ibu Nina (kiri) dan MC Cici Panda (kanan) |
Menurut Ibu Nina, agar si kecil
bisa tumbuh menjadi anak generasi maju, selain dari asupan makanan yang
bergizi, si kecil juga butuh kemampuan bersosialisasi yang baik, kreatif, dan
mandiri. Membuat anak sehat merupakan pondasi awal anak generasi maju. Anak
yang mudah sakit tentu akan lebih lambat untuk menstimulasinya, beda dengan
anak yang sehat. Anak yang sehat tanpa stimulasi
yang baik pun ternyata tidak bisa membuat si kecil menjadi generasi maju. Nah,
di sinilah peranan orangtua, agar mengerti kiat-kiat atau teknik-teknik yang
baik dan benar dalam menstimulasi kemampuan si kecil.
“Menstimulasi anak itu berbeda disesuaikan
dengan tingkatan usianya. Menstimulasi anak batita, berbeda dengan cara
menstimulasi anak balita, anak usia besar, serta yang berusia remaja. Agar
banyak tahu mengenai ini, orangtua harus banyak-banyak membaca, bisa dari
majalah, website, serta konsultasi dengan para ahli. Bisa juga dengan mengikuti
seminar-seminar seperti ini,” jelas Ibu Nina.
Bersosialisasi merupakan salah
satu cara untuk anak bisa menjadi generasi maju. Untuk tahap awal, pastikan
bahwa si kecil memiliki tubuh yang sehat dengan nutrisi yang tercukupi. Dengan
tubuh yang sehat, si kecil akan memiliki otak yang cerdas, yang mampu
berimajinasi, dan kreatif. Namun jangan lupakan emosi yang ada pada si kecil.
Dengan emosi yang baik, maka si kecil nantinya akan mampu bersosialisasi dengan
baik.
Ajarkan si kecil untuk
bersosialisasi sedini mungkin. Berikut keterampilan, emosi, dan sosial yang dilakukan
si kecil menurut usianya :
Anak usia 1 -3 tahun :
- Bermain bersebelahan dengan temannya.
- Tidak banyak bicara dengan teman di sebelahnya.
- Kadang saling meniru dengan teman, tapi tidak main bersama.
- Mungkin memukul ketika marah, tanpa sadar akibatnya.
- Kadang takut dengan orang yang jarang ditemui.
Anak usia 4 – 6 tahun :
- Lebih suka bermain bersama teman daripada dengan orangtua.
- Lebih bisa mengontrol diri, tidak meledak-ledak.
- Bisa bermain bergiliran dan bekerjasama.
- Senang humor dan imajinasi.
- Berusaha menyenangkan orang lain, dan takut dihukum.
Nah, dari informasi di atas, bisa
diketahui bahwa anak usia 1 – 3 tahun mempunyai keterampilan atau kemampuan yang
berbeda dengan anak usia 4 -6 tahun. Untuk itu teknik menstimulasi atau pengasuhan untuk anak-anak ini juga sedikit berbeda. Dalam
mengembangkan keterampilan sosial si kecil, tidak bisa langsung begitu saja,
butuh tahapan demi tahapan.
Pondasi pertama sebelum
mengenalkan keterampilan sosial pada si kecil adalah kedekatan anak dengan
orangtuanya. Kedekatan ini membuat si kecil merasa aman dan nyaman, menjadi percaya
diri, bergaul sehat, dan mengurangi gangguan psikologisnya. Tahap awal ini akan
menjadi pondasi yang sangat kuat untuk perkembangan psikologis si kecil.
Langkah awal dalam menjalin kedekatan dengan anak adalah dengan cara bersikap sensitif.
Misalnya saat si kecil belum bisa berbicara, orangtua harus memahami apa yang
diinginkan oleh si kecil.
Langkah selanjutnya dalam
membangun kedekatan dengan si kecil adalah fokus, dengan cara menatap mata si
kecil saat berbicara dengannya. Beri si kecil kesempatan bermain sendiri, dan
jangan nempel terus dengan orangtuanya, jangan berbohong pada si kecil, bersabarlah
dengan perilaku si kecil karena memang itulah tahap tumbuh kembangnya.
Kedekatan yang terjalin bisa timbal balik, baik dari orangtua ke anak, maupun
dari anak ke orangtuanya. Orangtua harus menepati janji yang telah dibuat agar
si kecil percaya pada orangtuanya, serta mendengarkan dengan seksama ketika si
kecil berceloteh.
Ajarkan si kecil untuk bisa
mandiri, misalnya memilih mainan sendiri, menyendok makanan sendiri, atau
memberikan kesempatan si kecil untuk mencoba. Memberikan apresiasi, seperti
pujian dan senyuman atas kemandirian yang telah dilakukan si kecil, dapat
membuatnya senang dan mau mencobanya lagi di kemudian hari. Kemudian barulah maju
ke tahap lanjutan, yaitu mengenal emosi, menjaga diri sendiri, kemampuan
komunikasi, meningkatkan fokus atau konsentrasi dan imajinasi, serta bagaimana
caranya si kecil bisa berempati.
Emosi itu ada yang positif dan ada
yang negatif. Emosi terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan yang paling kuat
adalah seperti ekspresi yang berlebih-lebihan (seperti kegembiraan yang
meluap-lupa, teror yang menakutkan), ekspresi yang tidak terlalu kuat (seperti
perasaan senang yang tidak meluap tapi lebih damai), ketenangan, dan lain-lain.
Jadi emosi itu bukan hanya marah saja, tapi banyak jenisnya. Usahakan jangan
berlama-lama dengan emosi yang negatif, seperti marah, takut, atau kecewa,
namun usahakan emosi itu yang positif, seperti senang atau gembira.
Selama mengasuh, orangtua harus sensitif
atau mengenali emosi yang terpancar dari
wajah anaknya, apakah anaknya sedang sedih, senang, atau marah. Anak dengan
usia di bawah 3 tahun, biasanya emosinya masih terekspresikan dengan jelas.
Namun jika anak sudah berusia lebih dari 4 tahun, biasanya anak berusaha untuk
menyembunyikan emosinya. Itulah tugas orangtua untuk mengenali emosi pada anaknya.
Orangtua pun musti mengajarkan
anaknya untuk mengenali emosinya sendiri serta emosi orang lain. Misalnya dengan
menyebutkan emosi si kecil saat dia mengalaminya, sebutkan emosi yang tengah
dirasakan oleh orangtua pada si kecil, mengajak si kecil untuk memperhatikan
emosi orang lain, memainkan boneka bersama si kecil dengan menyebutkan
emosinya, atau bisa juga dengan cara mengajak si kecil untuk menebak emosi yang
ada di gambar/ foto. Dengan begitu anak akan lebih mengenal emosi diri dan
emosi orang lain.
Ajarkan juga si kecil agar bisa
menjaga dirinya sendiri, misalnya jangan sampai diculik atau terluka. Caranya
adalah dengan mengingatkan si kecil, misalnya pamit dulu setiap akan pergi
sehingga orangtua tahu si kecil lagi berada dimana. Setting agar rumah bisa ramah anak, misalnya dengan menjauhkan
steker listrik dari jangkauan anak, atau menggunakan steker berpengaman.
Kemampuan berkomunikasi pada si kecil
berbeda-beda sesuai dengan tingkatan usianya. Komunikasi anak usia 1 – 2 tahun,
biasanya anak yang reseptif akan mampu memahami instruksi tunggal, misalnya menyebutkan kata-kata. Sedangkan
anak dengan usia 2 – 3 tahun, anak sudah bisa memahami instruksi majemuk,
misalnya bunda meminta si kecil untuk mengambilkan sisir, lalu memberikannya
pada ayahnya. Lalu anak usia 3 – 4 tahun,
anak sudah paham dengan apa, siapa, dan dimana, dimana si kecil sudah bisa
mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 sampai 5 kata. Untuk anak usia 4 -5
tahun, anak biasanya sudah paham cerita (reseptif), dan sudah bisa bercerita
(ekspresif).
Cara mengembangkan kemampuan
komunikasi pada si kecil usia 1 tahun adalah dengan cara sering mengajak si
kecil mengobrol, bercerita, dan bernyanyi bersama. Untuk si kecil usia di atas
1 tahun adalah lebih dikembangkan lagi dengan banyak bertanya pada si kecil dan
mendengarkan saat dia bicara.
Bujuk si kecil untuk
menyelesaikan kegiatannya sebelum memulai kegiatan yang lain. Jangan biasakan
si kecil bermain dengan banyak mainan, ajarkan untuk memainkan satu persatu
mainannya. Pastikan si kecil untuk melakukan aktivitas fisik, supaya koordinasi
motoriknya terlatih dan bisa menjadi dasar yang baik untuk melatih konsentrasi.
Semua kegiatan ini berguna untuk meningkatkan konsentrasi atau fokus pada si
kecil. Sedangkan untuk meningkatkan imajinasi pada si kecil, bisa dengan cara
mengajak si kecil membuat cerita dari gambar atau boneka.
Tahap terakhir adalah menimbulkan
rasa empati pada diri si kecil. Caranya adalah dengan mengajak si kecil untuk
bisa memahami perasaan orang lain tanpa terlarut di dalamnya, menempatkan diri
pada posisi orang lain, serta melakukan sesuatu yang dibutuhkan orang lain.
Selanjutnya Ibu Nina mengajak
semua ayah dan bunda yang hadir untuk mengikuti permainan “Mitos atau Fakta”.
Seperti apakah anak yang cerewet adalah anak yang pintar bergaul, yang menurut
Ibu Nina adalah mitos, karena tidak selalu anak yang cerewet itu pintar
bergaul, malah ada anak yang cerewet, saking cerewetnya malah mengganggu
orang-orang di sekelilingnya, sehingga ia tidak di senangi orang-orang dan
tidak bisa bergaul dengan baik.
Cara mengembangkan keterampilan sosial pada si kecil
- Berteman
dan bekerjasama
Dengan cara
sering mengajak si kecil berkumpul dengan orang lain, memperlihatkan keakraban
orangtua dengan orang lain, serta jangan diam-diam meninggalkan si kecil dengan
harapan ia akan berani berteman dengan orang lain.
- Berkompetisi
sehat
Ajarkan si kecil
agar bisa berkompetisi dengan cara yang sehat
- Sabar
menunggu (antri)
Ajarkan si kecil
untuk sabar menunggu atau mengantri.
- Sopan santun
Berikan contoh
pada si kecil bagaimana caranya berlaku sopan dan santun.
- Menyelesaikan
atau mendamaikan pertengkaran
Mengajarkan si
kecil mengenai ‘hak milik’, membuat peraturan yang jelas, mengajarkan si kecil
untuk menyampaikan apa yang dipikirkannya, serta bicarakan berbagai solusi yang
mungkin jika anak sudah dalam usia yang besar.
- Marah
tanpa mengganggu orang lain
Pahami mengapa
anak marah, tenangkan anak, akui atau validasi kemarahan si kecil, serta tidak
memberikan apa yang diminta si kecil dengan cara marah.
- Mengikuti
aturan
Tentukan aturan
apa saja yang akan diberikan, perjelas batasn untuk si kecil, jelaskan
alasannya, konsisten dengan aturan yang telah dibuat, dan orangtua harus
bersabar.
- Peduli
terhadap orang yang sakit atau kekurangan (empati)
Dengan cara
menyampaikan pada anak bahwa ada orang yang sakit, orang-orang yang kekurangan pada
si kecil, lalu ajarkan bagaimana bersikap baik pada orang-orang tersebut.
Banyak juga ilmu cara mengasuh
anak yang saya dapatkan dari Parenting Seminar SGM Eksplor ini. Jika ingin anak
kita menjadi Anak Generasi Maju yang supel, kreatif, dan mandiri, orangtua
harus bisa berperan aktif dalam mengembangkan kemampuan si kecil dengan baik
dan tepat. Saya termasuk salah satu dari orangtua yang beruntung bisa
mendapatkan ilmu dari acara parenting
yang digelar SGM Eksplor di Jakarta. Namun bagi para ayah bunda yang belum
mendapat kesempatan mengikuti acara ini, masih bisa membaca berbagai artikel
ataupun video edukasi di www.akuanaksgm.co.id
Yap, selain lewat akun Facebook Aku
Anak SGM, SGM Eksplor meluncurkan website Aku Anak SGM, agar para orangtua bisa
mendapatkan ilmu dan tips, terkait nutrisi dan pola asuh Anak Generasi Maju. “Website
akuanaksgm.co.id ini berisi tentang informasi SGM sendiri, berbagai produk SGM,
Sarihusada sebagai perusahaan, tips-tips bagaimana cara mendidik anak agar bisa
menjadi Generasi Maju, serta kontak kita. Khusus untuk membangun Generasi Maju,
kita punya 3 pilar penting, yaitu nutrisi, edukasi, dan parenting. SGM Eksplor terus mendukung perjuangan para orangtua
dalam mempersiapkan si kecil, agar jadi Anak Generasi Maju,” papar Ibu Naomi
Jamarro, Connection Manager SGM Eksplor.
(Kiri-kanan) Cici Panda, Ibu Naomi, Ibu Astrid, dan Ibu Nina |
Anak Generasi Maju adalah anak
yang memiliki masa depan yang lebih baik, bahkan mungkin lebih baik lagi dari
orangtuanya. Supel, kreatif, dan mandiri merupakan 3 kemampuan dasar yang
dimiliki oleh Anak Generasi Maju, hingga ia kelak bisa mencapai cita-citanya.
Orangtua memiliki peranan yang penting dalam mengasah, mengasuh, dan
mengembangkan kemampuan si kecil. Untuk itu orangtua haruslah memiliki
pengetahuan yang lengkap dan luas. Tambah wawasan orangtua dengan mengikuti
berbagai parenting seminar, membaca
artikel-artikel terkait hal ini di majalah-majalah ataupun di website-website
yang terpercaya :)
0 comments