Kampung Terang Hemat Energi, dari Philips Lighting untuk Indonesia yang Lebih Baik Lagi
By Dewi Sulistiawaty - Agustus 09, 2017
Sewaktu kecil dulu, saat masih
belum sekolah, saya suka diajak nenek menginap di kampung halaman di Batusangkar,
Sumatera Barat. Jika malam tiba, suasana kampung sangat gelap sekali, beda
dengan di Kota Padang, tempat saya lahir dan dibesarkan, yang sudah terpancang
lampu-lampu penerangan di sepanjang jalannya.
Menjelang magrib, semua penduduk
kampung akan bergegas pulang ke rumah masing-masing, walau ada beberapa pemuda
dan bapak-bapak yang masih nongkrong di warung kopi, sambil menunggu azan
magrib dan berangkat ke surau. Para wanita dan anak-anak biasanya sore itu pulang
dari tempat pemandian yang biasa kami sebut luwak.
Yap, di beberapa rumah penduduk
kampung, ada yang belum memiliki sumur, sehingga segala keperluan seperti air
untuk minum, mandi, dan mencuci, sangat bergantung pada luwak.
Jika di kota saya biasa tidur
agak larut karena masih asyik menonton berita di televisi hitam putih yang cuma
menayangkan satu stasiun televisi nasional, maka di kampung saya tidur agak
cepat. Cahaya temaran dari lampu minyak yang digantung nenek di dinding,
membuat saya tidak bisa melakukan
kegiatan apapun. Usai sholat Isya, biasanya saya dan nenek langsung meringkuk
di balik selimut. Terkadang nenek masih melakukan beberapa pekerjaan, seperti
mencatat sesuatu di kertas atau mengobrol dengan kakek.
Tidak ada suara anak-anak yang
bermain atau berlarian di malam hari seperti di kota, karena suasana malam yang gelap. Yang ada hanya
suara jangkrik, desau angin dan dedaunan, serta kadang suara beberapa pria yang
mengobrol sepulang dari surau. Pernah suatu malam nenek mengajakku pergi ke
rumah tetangga untuk suatu keperluan. Di
sana saya melihat anak si pemilik rumah yang lagi belajar diterangi cahaya
lilin. Sesekali saya lihat anak tersebut mendekatkan bukunya ke arah lilin,
mungkin agar tulisannya bisa terlihat lebih jelas lagi.
Sejak nenek meninggal, saya sudah
jarang pulang kampung. Baru saat saya menginjak bangku kelas 6 sekolah dasar,
saya dengar dari mama, kalau di kampung sudah masuk listrik. Syukurlah :) Namun
ternyata masih banyak kampung-kampung lain yang belum terjangkau oleh listrik.
Beberapa yang menjadi penyebabnya adalah karena letak kampung tersebut yang
sangat terpencil dan susahnya akses menuju ke sana.
Saya harap program listrik 35
ribu MW yang dikembangkan oleh pemerintah untuk menerangi seluruh wilayah
Indonesia saat ini, bisa mengatasi masalah penerangan yang ada di
pelosok-pelosok desa. Karena bagaimanapun penerangan ini dapat membuat sebuah
perubahan besar bagi desa tersebut. Seperti anak-anak yang tidak perlu lagi
belajar di bawah cahaya temaran, yang dapat membuat mata mereka sakit, para wanita
yang bisa lebih produktif lagi di rumah, para pemuda bisa melakukan kegiatan
positif, masyarakat jadi lebih banyak sholat ka mesjid karena jalanan yang
sudah terang, dan banyak lagi yang lainnya.
Ternyata tidak hanya pemerintah
saja yang peduli akan permasalahan ini. Philips Lighting, sebuah perusahaan
global yang bergerak di bidang pencahayaan ikut tergerak dan ingin membantu
masyarakat Indonesia yang masih belum terjangkau oleh listrik. Pada tahun 2015,
Philips Lighting telah memulai sebuah Program yang dinamakan “Kampung Terang
Hemat Energi”. Dikatakan hemat karena sistem pencahayaannya menggunakan sistem
tenaga surya. Selain hemat, menurut saya sistem tenaga surya ini juga ramah
lingkungan, karena hanya berbasiskan cahaya matahari, tidak merusak sumber daya
alam yang ada, serta tidak menghasilkan emisi CO2 yang dapat menyebabkan
pemanasan global.
Peluncuran Program Kampung Terang Hemat Energi 2017-2018 |
Menggunakan sistem tenaga surya tentu saja juga efektif untuk menjangkau desa-desa terpencil dan tidak perlu harus membangun jaringan terlebih dulu. Cuma memang butuh tekad, kesabaran, dan perjuangan untuk menghantarkan peralatan hingga sampai ke sana. Namun penduduk yang sangat mendambakan penerangan di desanya sangat membantu, bergotong royong menggotong semua peralatan yang dibutuhkan agar sampai dengan selamat ke desa mereka.
Cerita ini tergambar di galeri
yang dipajang pada saat Peluncuran Program Kampung Terang Hemat Energi
2017-2018, yang diselenggarakan oleh Philips Lighting pada hari rabu, 2 Agustus
2017 kemarin, di Gedung Djakarta Theater XXI, Jakarta. Program ini bertujuan
untuk memberikan akses terhadap pencahayaan bagi penduduk desa terpencil dan
pelosok Indonesia, yang belum terjangkau listrik, dengan sistem pencahayaan menggunakan
tenaga surya.
Bersyukurlah karena Indonesia
termasuk dalam kawasan beriklim tropis yang mendapatkan cahaya matahari yang
melimpah, sehingga sistem tenaga surya bisa berfungsi baik di sini. Jika tahun sebelumnya yaitu di tahun 2015,
Philips Lighting telah memulai di Sembilan desa yang tersebar di tiga kabupaten
di Sulawesi Selatan, maka di tahun ini Philips Lighting akan mengembangkan “Kampung
Terang Hemat Energi” ini ke desa-desa lainnya, seperti di Sumatera Utara, Bali
Timur, Kalimantan Tengah, dan Maluku.
Mr. Rami |
Mr. Tomohiro |
Sulawesi Selatan yang sukses
menjadi pilot project Program Kampung
Terang Hemat Energi, telah memberi arti banyak bagi masyarakat sana, dimana
sebelumnya mereka sangat jauh dari akses pencahayaan. Pencahayaan dari LED
tenaga surya yang diberikan oleh Philips Lighting untuk desa mereka telah membawa
perubahan signifikan di daerah tersebut. Anak-anak bisa belajar dengan tenang di
malam hari, puskesmas yang dapat beroperasi di malam hari jika ada keadaan
darurat, masyarakat menjadi lebih nyaman berjalan di malam hari, dan banyak
lagi peningkatan mutu kehidupan yang mereka dapatkan.
Ibu Lea |
Selanjutnya Ibu Lea mengatakan
bahwa untuk tahun ini yaitu 2017-2018, Philips Lighting akan memperluas
jangkauan Kampung Terang Hemat Energi
ini ke banyak desa lagi, yaitu ke empat daerah di Sumatera Utara, Bali Timur,
Kalimantan Tengah, dan Maluku. Di keempat tempat ini Philips Lighting berharap
dapat memberikan lebih dari 2800 titik lampu baru, yang berarti itu 10 kali
lipat dari apa yang telah diberikan di daerah Sulawesi Selatan sebelumnya.
Mr. Lee dan Bpk. Elvis |
- Solar Indoor Lighting. Alat ini bisa digunakan untuk menghidupkan radio atau televisi melalui adaptor dan USB-based device, seperti mobile phone.
- Solar LED Road Light. Lampu jalan yang berfungsi untuk memberikan penerangan bagi pejalan kaki dan pengemudi.
- Philips LifeLight Home. Lampu yang lebih hemat, lebih sehat, lebih terang, dan 10 kali lebih awet (hingga 40 jam) dibandingkan lampu kerosin dan lilin.
Solar LED Road Light, Solar Indoor Lighting, Solar LifeLight Home |
Solar Indoor Lighting dan Solar LifeLight Home |
“Indonesia memiliki wilayah yang
cukup luas dengan jumlah populasi lebih dari 250 juta jiwa. Dari 17 ribu pulau
yang ada di Indonesia, didapatkan sekitar 37 juta (sekitar 13%) populasi yang
tidak mendapatkan akses listrik sama sekali. Dengan letaknya yang berada di
garis khatulistiwa, Indonesia memiliki energi yang melimpah dari energi matahari.
Itulah sebabnya mengapa solar digunakan sebagai salah satu sumber energi terbarukan,”
jelas Mr. Lee.
Setelah mempelajari permasalahan
yang ada di area desa tersebut, maka akan dipilihkan produk atau solusi yang
tepat digunakan di daerah tersebut. Misalnya untuk indoor/ home menggunakan lampu LED yang tahan atau masa hidupnya
sampai 15 ribu jam, solar panel dari
Philips dengan jangka hidup sampai 15 tahun, serta baterai yang bisa tahan
sampai 3 tahun penggunaannya. Philips Lighting mencoba memberikan solusi yang
berkualitas pada masyarakat yang menerimanya nanti.
Daerah-daerah yang belum
mendapatkan akses listrik, biasanya menggunakan lilin dan minyak tanah sebagai
sumber cahaya. Padahal kedua material tersebut bisa saja menimbulkan bahaya,
ditambah lagi saat ini minyak tanah sudah mulai langka. Makanya salah satu
solusi yang baik adalah dengan memberikan sistem pencahayaan dengan solar energy, yang pasti lebih hemat dan
lebih aman bagi masyarakat.
Informasi ini membuat saya takjub,
dan tentu saja sangat sangat mendukung program Kampung Terang Hemat Energi yang
sedang digarap oleh Philips Lighting Indonesia. Walaupun saya berasal dari
keluarga yang sudah mendapatkan akses listrik sejak kecil, namun bisa saya
bayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa adanya listrik, dan saya pernah
merasakannya juga waktu tinggal bersama nenek di kampung dulu. Jangankan itu,
mati lampu sekitar 1 jam saja, resahnya sudah nggak ketulungan. Nggak kebayang
kalau seumur hidup bakal hidup dalam kegelapan setiap malam tiba. Semoga
Program Kampung Terang Hemat Energi dari Philips Lighting terus merambah ke
desa-desa lainnya, dan bisa membawa negeri ini ke arah yang lebih baik lagi.
Amiin :)
Foto : Pribadi
0 comments