Sawit Indonesia sebenarnya
memiliki prospek yang sangat besar di dunia perindustrian. Namun dalam
perjalanannya, banyak tantangan yang menyebabkan sawit Indonesia menjadi kurang
berkembang. Padahal Indonesia merupakan penghasil sawit terbesar di dunia,
yaitu sekitar 37 juta ton CPO. Ini membuat kelapa sawit menjadi salah satu
penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia. Untuk itulah kita perlu menjaga
keberadaan kelapa sawit ini.
Menanggapi lebih jauh mengenai prospek
sawit di Indonesia, Media Perkebunan menyelenggarakan sebuah diskusi nasional
pada hari Kamis, 10 Agustus 2017 di Menara 165 Convention Center, Jakarta. Selain
diskusi yang bertemakan “Prospek Benih Sawit 2018”, pada acara ini juga
diluncurkan sebuah buku karya Bapak Razak Purba yang berjudul “I’m Proud To Be
an Oil Palm Breeder”.
Dalam sambutannya sebagai
Pemimpin Umum Media Perkebunan, Bapak Ir. Gamal Nasir, MS mengatakan bahwa kita
patut bersyukur, karena Indonesia ini selain merupakan produsen kelapa sawit
terbesar di dunia, juga memiliki produsen benih sawit terbesar di dunia. Ada 15
produsen benih sawit, yang mana pada tahun 2016 lalu bisa menyalurkan sekitar
270 juta butir benih sawit.
Bapak Gamal |
“Kelapa sawit ini perlu kita
jaga, karena semakin tua kelapa sawit ini maka akan semakin turun produksinya,
sehingga kita akan kehilangan ‘rupiah’ kita. Untuk itu kita butuh peremajaan kelapa
sawit. Di UU No.39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, disebutkan juga mengenai
peremajaan kelapa sawit ini,” ujar Bapak Gamal.
Acara kemudian dilanjutkan dengan
pendeklarasian Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia
(PPBTPI), yang selanjutnya dikukuhkan oleh Bapak Direktur Jenderal Perkebunan,
yaitu Bapak Ir. Bambang, MM. PPBTPI merupakan organisasi resmi yang mewadahi
penangkar benih perkebunan di seluruh Indonesia. Organisasi yang berpusat di
Jakarta ini berdiri dengan inisiasi dari para penangkar benih, dan telah
terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Sampai saat ini PPBTPI sudah beranggotakan
sekitar 110 orang, dan ini akan terus bertumbuh seiring dengan pembentukan
badan pengurus di daerah.
Pengukuhan PPBTPI oleh Dirjen Perkebunan |
Keberadaan PPBTPI adalah
memberikan dukungan pada pemerintah, untuk memajukan perbenihan nasional,
menjamin ketersediaan benih, dalam kaitan program pengembangan perkebunan serta
memberikan masukan yang konstruktif terhadap kebijakan perbenihan nasional. Sebagian
besar penangkar benih adalah pelaku usaha menengah dan kecil yang berani
mengambil bagian penyediaan bahan tanaman yang paling pokok, yaitu pembesaran
benih. Agar bisa tetap eksis di tengah persaingan yang ketat dan penuh risiko,
maka melalui perkumpulan ini, para penangkar bisa saling berjejaring dan
membangun usaha, sehingga mereka bisa tumbuh bersama.
Saat meresmikan dibukanya
kegiatan diskusi nasional ini, Direktur Jenderal Perkebunan, Bapak Bambang
mengatakan bahwa kelapa sawit memiliki potensi yang besar, dan sangat penting
bagi Indonesia. Saat ini kelapa sawit sedang dihadapi dengan berbagai tantangan.
Indonesia memiliki sekitar 14 juta hektar lahan kebun sawit. Dari 14 juta
hektar tersebut, 11,9 juta hektar-nya mempunyai izin dan terdata di Direktorat
Perkebunan, sedangkan sisanya belum memiliki izin dari pemerintah.
Dirjen Perkebunan |
Nah, dari 11,9 juta hektar lahan
sawit, 4,7 juta hektar-nya sedang menghadapi masalah yang bersinggungan dengan
kawasan, begitupun dengan lahan-lahan perkebunan milik swasta. “Dalam kondisi
tantangan yang cukup berat bagi industri kelapa sawit Indonesia, pemerintah
telah berusaha sekuat tenaga, yang tentunya berharap dukungan dari semua pihak,
untuk menjadikan kelapa sawit sebuah kebanggaan bagi Indonesia,” jelas Bapak
Bambang.
Kelapa sawit ini adalah komoditas
yang wajib hukumnya terintegrasi antara petani dengan industrinya. Seharusnya
tidak ada petani perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yang mengusahakan kelapa
sawit tanpa ada kepastian dengan siapa ia terintegrasi untuk mengolah
produknya. Menurut UU ada 3 komoditas yang harus terintegrasi antara petani dan
industrinya, yaitu kelapa sawit, teh, dan tebu, sehingga ketiga komoditas ini
harus diatur secara khusus.
Kita harus bangga, bahwa kelapa
sawit adalah bagian penting dalam perekonomian Indonesia. Kita juga sadar bahwa
dalam perjalanan membesarkan sawit Indonesia, banyak tantangan yang harus
dihadapi. Atas kesadaran ini, tentunya semua pihak mau bergandengan tangan,
bahu membahu, dan bersatu untuk membangun dan memperkuat kelapa sawit
Indonesia, mulai dari benih sampai dengan pemasarannya. Jika kita semua sadar
akan hal ini, maka tidak ada lagi yang akan mencederai pertumbuhan dan
perkembangan keberadaan sawit Indonesia. Kita harus bangga dan lindungi sawit
untuk kejayaan negara kita.
Usai diresmikan oleh Direktur
Jenderal Perkebunan, acara diskusi nasional pun dimulai, dimoderatori oleh Ibu
Ir. Hindarwati Sudjatmiko, M.Sc, dengan narasumber Ibu Ir. Irmijati Rachmi Nurbahar,
M.Sc selaku Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan, Bapak Ir.
Ferry HC Ernaputra, M.Si sebagai Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan
Perkebunan Provinsi Riau, serta Bapak Rusbandi selaku Sekjen PPBTPI.
Diskusi Nasional "Prospek Benih Sawit 2018" |
Saat ini dengan luas lahan kelapa
sawit 11,9 juta hektar, dapat diproduksi sekitar 3,2 juta ton, dengan
produktivitas rata-ratanya 3,7 ton/ hektar per tahun. Dilihat dari luasan dan
produktivitasnya, produktivitas dari perkebunan rakyat masih relatif rendah.
Ini mungkin karena faktor penggunaan bahan pangan, sehingga hasilnya masih jauh
dari potensi.
Dengan kondisi perkebunan swadaya
ini memang cukup kompleks untuk dipersiapkan, baik oleh dinas perkebunan kabupaten,
provinsi, serta ditjenbun, sebagaimana tertuang di dalam UU untuk peremajaan
ini, mulai dari administrasi, kemitraan, dan sebagainya. Menjadi tugas bersama
dari kabupaten, provinsi, dan ditjenbun untuk mengawal terutama perkebunan
swadaya ini. Jadi akan dipilih petani sawit yang siap dan memenuhi pra syarat
untuk peremajaan tahun 2017 ini. Sedangkan bagi yang kurang siap atau belum
memenuhi syarat, akan didorong agar bisa segera menyiapkan untuk peremajaan
tahun 2018 dan 2019.
“Di tahun 2017 ini sudah ada alokasi dana
untuk peremajaan seluas 20.780 hektar. Kita coba memetakan bagaimana persiapan
dari sisi perbenihan. Sebenarnya dari kami sumber benih untuk kelapa sawit
sudah ada dari 15 perusahaan. Berdasarkan hasil rapat kordinasi produsen kelapa
sawit yang dilaksanakan pada 13 Februari 2017 di Ditjen Perkebunan, memang
sudah terpetakan bahwa potensi produksi dari seluruh produsen sumber benih bisa
sampai 270,5 juta butir. Sehingga rencana produksinya ada 118,8 juta butir.
Sementara terkait kendala lahan yang bersinggungan dengan wilayah kehutanan,
akan kita coba cari solusinya dengan Kementerian LHK,” jelas Ibu Irmijati.
Dalam paparannya Ibu Irmijati
belum bisa menjelaskan berapa besar alokasi dana BPDP untuk peremajaan sawit, karena masih
dalam kanal usulan, dan masih berproses untuk tahun 2018. Namun Ibu Irmijati
mengatakan bahwa mereka mengusulkan lahan seluas 100 ribu hektar untuk dilakukan
peremajaan. Mereka berharap besaran alokasi untuk peremajaan ini juga akan bertambah
dari alokasi yang sebelumnya, sehingga areanya bisa lebih luas lagi nantinya.
Sementara Bapak Ferry dari Dinas
Perkebunan Provinsi Riau mengatakan bahwa kondisi kelapa sawit di Riau tidak
lepas dari perjuangan teman-teman di ditjenbun, yaitu sejak tahun 80-an. Hingga
saat ini luas lahan sawit di Riau sudah mencapai kurang lebih 24 juta hektar.
Pengusaha perkebunan di Riau terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar,
dan perkebunan besar negara. Yang memprihatinkan adalah masih banyak perkebunan
rakyat yang belum memiliki dokumen.
Sampai tahun 2017 ini, kurang
lebih 96.852 hektar lahan sudah dilakukan peremajaan di Riau. Sekitar 46 ribu hektar
lebih tanaman sawit ada yang sudah rusak, sehingga perlu segera diupayakan peremajaan
agar bisa berproduksi lagi sesuai dengan standar. Perkebunan rakyat merupakan
perkebunan yang terluas di Riau, yaitu mencapai 56% atau lebih dari 1,3 juta
hektar. Namun dibandingkan perkebunan rakyat, perkebunan swasta malah memiliki
produktivitas yang paling besar. Ini menunjukkan bahwa produktivitas perkebunan
rakyat yang masih rendah di Riau.
Jumlah petani di Riau yang
menggantungkan mata pencahariannya dari sawit lebih dari 1 juta orang.
Sementara penyuluh dari dinas perkebunan di Riau sepertinya sangat kurang. Ini harus
diperjuangkan dan memerlukan uluran tangan dari pemerintah, khususnya dari
Ditjenbun agar para petani bisa berkembang dan memiliki produktivitas yang
tinggi.
Bedah Buku ‘I’m Proud
To Be an Oil Palm Breeder’ Karya Bapak Razak Purba
Bedah Buku karya Bapak Razak |
Buku ‘I’m Proud To Be an Oil Palm
Breeeder ditulis Bapak Razak berdasarkan pengalamannya selama berkecimpung di
bidang tanaman sawit. Buku setebal 113 halaman ini mengulas perjalanan panjang beliau
sebagai pemulia kelapa sawit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Banyak
sudah hasil penelitian yang sudah beliau publikasikan di jurnal dalam dan juga luar
negeri.
Bapak Razak |
Dalam buku ini, Bapak Razak
menuliskan ceritanya secara lugas dan mudah dimengerti oleh orang awam, dengan diselingi
gambar-gambar sehingga membuat isinya menjadi lebih menarik lagi. Diawali
dengan pertanyaan “Siapakah Pemulia Itu?” lalu lanjut ke saat Bapak Razak
memilih untuk menjadi seorang pemulia, yang dianggap orang bahwa itu adalah
pekerjaan yang membosankan. Klimaks dari cerita ini adalah saat Bapak Razak
menceritakan bahwa dirinya menjadi bagian dari sejarah, dan saat bereksplorasi
ke berbagai tempat di dunia. Tulisannya ditutup dengan impian dan harapan
beliau terhadap potensi tanaman kelapa sawit di Indonesia.
Melalui buku ini, Bapak Razak mengatakan
bahwa pemulia tanaman merupakan tugas yang mulia dan membanggakan. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Hindarwati yang mengatakan bahwa dengan adanya buku ini,
maka beliau bersama rekan-rekannya bisa menyebarkan buku yang berisikan informasi
penting mengenai sawit ini ke berbagai tempat, misalnya ke kampus-kampus.
Salah dua kutipan menarik yang
saya ambil dari Buku ‘I’m Proud To Be an Oil Palm Breeder’ adalah :
“Pemuliaan itu adalah seni dan
untuk melakukan tindakan yang sifatnya artistik membutuhkan sebuah sense dan
insting yang tidak sepenuhnya terbentuk oleh bakat, melainkan pengalaman. Agar
Indonesia menjadi terdepan untuk kelapa sawit, kita perlu membangun industri
benih kita sehinga menjadi yang terbaik di dunia”.
0 comments