Dukung Gerakan 1000 Startup di Indonesia, TOP Coffee Selenggarakan TOP Generation Challenge untuk Generasi Muda
By Dewi Sulistiawaty - Agustus 22, 2017
Tahun ini, TOP Coffee – kopinya orang Indonesia, produksi Wings Food menggelar
sebuah program yang ingin memberi semangat pada generasi muda agar bisa lebih
kreatif, dan nantinya dapat menjadi sebuah startup,
sehingga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Yup! TOP Coffee sedang mencari TOP Generation! Generasi muda yang
mempunyai mental pejuang. Program yang digelar dalam bentuk kompetisi ini
merupakan komitmen TOP Coffee, untuk mendukung pemerintah, yang saat ini sedang
giat-giatnya mencanangkan gerakan 1000 startup,
dalam meningkatkan peran digital di Indonesia.
Pendaftaran untuk program yang
diberi tajuk TOP Generation Challenge
ini resmi dibuka bertepatan dengan peringatan hari Kemerdekaan Republik
Indonesia yang ke-72 tahun. Program TOP Generation Challenge dikhususkan untuk para
generasi muda dengan rentang usia 18 hingga 35 tahun, dan terbuka untuk umum
dari berbagai latar belakang pendidikan, baik yang masih mahasiswa, karyawan,
maupun pengusaha.
Informasi lengkap mengenai program
TOP Generation Challenge dijelaskan pada hari Rabu, 16 Agustus 2017 lalu,
bertempat di EV Hive D’Lab Menteng, Jakarta. Hadir sebagai narasumber Bapak
Edward Christian Djaya selaku Product Manager TOP Coffee, Bapak Fadjar Hutomo
selaku Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif, Bapak Andrew Darwis
selaku Founder Kaskus, Niluh Djelantik yang merupakan seorang entrepreneur Indonesia, dan Bapak Andreas
J. Ata Ujan selaku Akademisi dari Universitas Atma Jaya.
Press conference TOP Generation Challenge |
Bapak Fadjar menjelaskan bahwa di Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) terdapat 16 subsektor ekonomi kreatif, dan salah satunya adalah Sub Sektor
Aplikasi Digital dan Game Developer. Dari 16 subsektor ini tentu memiliki
potensinya masing-masing. Namun angka dari data Biro Pusat Statistik menyatakan
bahwa kontribusi ekonomi kreatif secara keseluruhan terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) nasional mencapai 750 hingga 800 triliun tiap tahunnya, atau
sekitar 8% dari total angka PDB Indonesia.
Bapak Fadjar dari BEKRAF |
“Kalau kita bicara tentang ekonomi
kreatif, dari apa yang kita pakai, semuanya penuh dengan karya kreatif atau
produk kreatif. Misalnya produk sepatu Mba Niluh, fashion, aplikasi, dan banyak lagi yang lainnya, yang butuh wadah
seperti Kaskus, dan lain-lain. Nah, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam
sektor industri kreatif. Namun yang jadi masalah adalah siapa yang akan menjadi
penggunanya dan siapa yang akan memproduksi. Untuk itulah diharapkan anak muda
Indonesia tidak hanya menjadi consumer,
namun juga producer. Satu lagi,
jangan pernah takut dengan kegagalan. Seorang wirausaha yang sukses harus punya
mental yang kuat! Celebration failure!”
ujar Bapak Fadjar.
Salah satu usaha yang dilakukan
oleh BEKRAF adalah dengan membangun ekosistem yang friendly dan support
terhadap perkembangan dan pengembangan startup
di Indonesia. Walaupun startup di
Indonesia belum tumbuh secara sempurna, namun ‘gairah’nya dapat dirasakan dalam
jiwa generasi muda kita. Untuk itulah perlu diperbanyak lagi program atau
kegiatan yang dapat mendukung para generasi muda agar lebih berani
berwirausaha, salah satu contohnya adalah dengan program TOP Coffee Challenge
ini.
BEKRAF sangat mendukung program
yang diinisiasi oleh TOP Coffee, karena kegiatan ini sejalan dengan misi BEKRAF
yang ingin memberdayakan startup
lokal. Menurut Bapak Fadjar, ada satu hal yang perlu diperbaiki terkait dengan iklim
permodalan yang support terhadap para
pengusaha rintisan. Karena usaha ini masih rintisan, tentu mereka belum mempunyai
track records serta jaminan. Sehingga
akan sulit bagi pengusaha rintisan untuk mendapatkan modal. Untuk itu diperlukan
formula atau skema permodalan yang sesuai untuk para pengusaha rintisan ini.
Andrew pun menceritakan bagaimana
usaha digital rintisan yang telah dimulainya sejak tahun 1999, di saat internet
masih belum booming seperti sekarang.
Banyak hambatan yang dilalui Andrew di awal usaha yang diberi nama Kaskus
tersebut. Beda dengan saat ini, yang akses internetnya sudah lebih mudah dan
murah. Baru pada tahun 2008, Andrew melihat banyak anak muda yang mulai tertarik
untuk membuat berbagai aplikasi digital.
Andrew, Founder Kaskus |
“Startup mulai menjamur sekitar tahun 2011. Tapi startup yang muncul sudah lebih berkualitas, karena mereka sudah
mempunyai pengalaman dari tahun yang sebelumnya. Dengan event yang diadakan oleh TOP Coffee ini, saya berharap akan mendapatkan
produk-produk yang lebih bagus dibandingkan tahun-tahun yang lalu, karena
mereka telah belajar dari pengalaman sebelumnya,” jelas Andrew.
Tips agar Startup Bisa Sustainable Menurut Andrew Darwis
Andrew juga menyampaikan tips bagaimana
caranya agar sebuah startup bisa
tetap sustainable, dan tidak muncul
sesaat lalu gulung tikar.
- Jangan pernah berpikir akan mendapatkan uang atau keuntungan secepat mungkin saat akan membangun startup.
- Mulailah membangun startup dari sesuatu yang kamu sukai (hobi) dan merupakan pashion kamu. Melakukan sesuatu yang kamu sukai, akan menjadikan itu sebuah kesenangan, bukan menjadi beban, atau pekerjaan yang berat bagimu.
- Konsisten dengan produk yang sedang kita kelola.
- Terus melakukan inovasi agar tidak ketinggalan zaman, sehingga dapat mempertahankan loyalitas dari pengguna produk kita.
Niluh Putu Ary Pertami, atau yang akrab disapa Niluh Djelantik merupakan seorang pengusaha sepatu asal Bali. Produk sepatu lokal yang diberi nama ‘Niluh Djelantik’ ini telah dirintisnya sejak tahun 2003, dan kini telah berkembang pesat hingga terkenal di mancanegara. Nilai lokal yang kemudian menjadi kekuatan Niluh Djelatik ini sesuai dengan filosofi awalnya, dimana Niluh ingin membuat sepasang sepatu yang pas dipakai, yang harus dibuat di Indonesia, menggunakan bahan atau material yang ada di Indonesia, serta harus dikerjakan oleh anak Indonesia.
Niluh, Entrepreneur |
“Terus terang, hal-hal prinsip
ini menyebabkan perjalanan kami menjadi tidak mudah. Memang banyak alternatif
lain yang bisa mempercepat kesuksesan sebuah usaha. Tapi bagi kami, cita-cita
awal dimana semuanya harus serba Indonesia, yang ingin menyampaikan ke dunia
bahwa ada hasil karya anak bangsa yang tidak kalah dari negeri tempat dia lebih
dikenal. Hingga saat ini kami masih ada dan bertahan. Satu-satunya alasan kami
masih bertahan adalah karena kami konsisten, selain tentu saja customer service merupakan hal yang
penting,” ungkap Niluh.
Selain produk yang berkualitas
dan packaging yang indah, pelanggan
merupakan hal yang penting juga bagi Niluh. Pelanggan bukan saja merupakan
orang yang membawa uang dan sekedar membeli produk bagi Niluh. Dari
pelangganlah Niluh mendapatkan pelajaran dan masukan. Mereka adalah teman dan
juga mentor. Mungkin ini yang
menyebabkan Niluh mempunyai pelanggan yang loyal terhadap produk Niluh. Dukungan
dari pelanggan dan tim yang ada di Niluh menjadi kekuatan brand lokal yang satu
ini.
“Mungkin bagi sebagian orang rumput
tetangga itu lebih hijau dibanding rumput sendiri. Bagi kami rumput di rumah
sendiri itulah yang harus kami rawat. Jangan membanding-bandingkan apa yang
kita punya dengan apa yang orang atau negara lain miliki. Kita harus bangga dan
percaya diri dengan apa yang kita punya, tapi dengan catatan, kita harus bisa
mempertanggung jawabkan apa yang kita banggakan itu,” lanjut Niluh.
Cara agar Startup Bisa Bertahan ala Niluh
Djelantik
- Harus punya integritas. Punya integritas berarti harus jujur dan punya prinsip, yang nantinya bisa menjadi sebuah filosofi dari usaha tersebut.
- Memanfaatkan teknologi yang ada semaksimal mungkin. Saat ini banyak platform yang bisa digunakan untuk mengembangkan sebuah usaha.
- Harus bisa menggandeng semua orang yang bersentuhan langsung dengan usaha kita. Misalnya kita punya usaha sepatu, maka orang yang menyediakan material atau terlibat dibalik produk tersebut ikut kita gandeng untuk tampil bersama.
Mungkin banyak orang yang
terinspirasi dengan kisah sukses seorang startup,
seperti kisah Niluh dan Andrew. Lalu mereka ingin shortcut, bahwa inilah cara cepat untuk menjadi kaya. Padahal itu
bukanlah cara cepat menjadi kaya, karena semuanya butuh perjuangan dan proses. Menjadi
startup bukanlah kisah sukses saja,
tapi juga tentang kegagalan dan terus bangkit dari kegagalan tersebut.
TOP Generation
Challenge
Bapak Edward kemudian menjelaskan
bagaimana keterkaitan TOP Coffee dengan startup
yang ada di Indonesia, hingga akhirnya tergerak untuk mengadakan sebuah kompetisi,
yaitu TOP Generation Challenge. Dari 250 juta penduduk Indonesia, 170 jutanya
merupakan anak muda. Dengan mengandalkan anggaran dari pemerintah saja,
sepertinya tidak akan cukup untuk memberdayakan ratusan juta generasi muda ini.
Diperlukan peran serta dari pihak swasta.
Bapak Edward dari TOP Coffee |
“Untuk itulah TOP Coffee membuat
kompetisi ini, dimana kita ingin menantang anak muda yang punya ide usaha atau
yang usahanya sudah berjalan kurang lebih 1 tahun, agar bisa mendapatkan modal
untuk merealisasikan idenya atau tambahan modal usahanya. Jenis startup apapun bisa didaftarkan pada TOP
Generation Challenge, baik usaha digital maupun offline. Ada 16 kategori yang bisa dipilih oleh peserta, sesuai
dengan ketentuan dari BEKRAF,” jelas Bapak Edward.
TOP Generation Challenge terbagi menjadi 2 kategori, yaitu Pre-startup
Business
atau usaha pra startup, yaitu usaha
rintisan yang masih berbentuk ide, dimana pemilik ide sedang berusaha
merealisasikan ide usaha tersebut. Yang kedua adalah Startup Business atau
usaha rintisan yang sudah berjalan kurang lebih 1 tahun. Masing-masing kategori
akan mendapatkan hadiah yang berbeda-beda. Total hadiah yang diberikan untuk pemenang
kompetisi ini adalah sebesar 450 juta rupiah. Wow!
Jadi, jangan lupa nih! Bagi
generasi muda kreatif yang memiliki ide atau sedang merintis sebuah startup business, bisa mendaftarkan diri di www.topgeneration.id ya! Pendaftaran
dibuka hingga tanggal 10 Desember 2017. Dari seluruh peserta yang sudah terdaftar,
akan dipilih 10 startup terbaik. Untuk
penyaringan 10 peserta terbaik ini, TOP Coffee akan dibantu oleh Bapak Andreas
J. Ata Ujan dan tim. Kesepuluh finalis nantinya harus mempresentasikan ide atau
startup mereka di Final Demo Day,
yang rencananya akan diselenggarakan pada tanggal 22 Desember di Jakarta.
Penjurian di Final Demo Day akan dilakukan oleh Andrew, Niluh, serta Tim BEKRAF.
Jika ada pertanyaan seputar TOP Generation Challenge, bisa kirimkan email ke
info@topgeneration.id
Website www.topgeneration.id |
Bapak Andreas, Akademisi Univ. Atma Jaya |
Oya, sebagai bagian dari rangkaian
TOP Generation Challenge, TOP Coffee juga menyelenggarakan TOP Generation Talkshow
ke kampus-kampus yang telah ditentukan di 5 kota besar, yaitu :
- Jakarta – Universitas Negeri Jakarta
- Medan – Universitas Sumatera Utara
- Surabaya – Universitas Airlangga
- Yogyakarta – Universitas Negeri Yogyakarta
- Bandung – Universitas Pendidikan Indonesia
Roadshow yang berlangsung dari bulan September hingga bulan
Desember ini dilaksanakan selama 2 hari di setiap kampus. Pada hari pertama
adalah workshop, berupa Pop up Market, sebagai bukti nyata,
dengan harapan dapat menginspirasi para mahasiswa. Hari kedua diisi dengan
seminar, dimana semua peserta akan dibekali ilmu berwirausaha, serta kiat
praktis untuk memulai usaha startup
oleh Andrew Darwis dari sisi digital, dan Niluh dari sisi pelaku merek lokal,
serta tim BEKRAF yang turut mendampingi. Talkshow ini terbuka untuk umum selama
kursi masih tersedia, dengan membayar biaya investasi sebesar 20 ribu rupiah. Untuk
pemesanan kursi, jadwal talkshow, dan informasi lainnya, bisa dibaca langsung di
www.topgeneration.id. Jangan sampai
nggak kebagian kursi ya :)
Indonesia memang kaya dengan
sumber daya alamnya, namun semua itu bisa habis. Sumber daya manusia kita yang
mencapai seperempat miliar inilah yang musti diberdayakan agar bisa sukses. Banyak
anak bangsa yang memiliki potensi dan bisa berhasil di dunia industri kreatif. Bahkan
menurut BEKRAF, potensi tersebut mencapai 50 juta calon entrepreneur. Ini menunjukkan bahwa anak muda kita sarat dengan ide
dan kreativitas. “Dengan kemudahan teknologi, seperti media sosia, itu bisa
dimanfaatkan untuk mengembangkan sebuah startup.
Bisa juga dengan cara mengikuti berbagai kompetisi, seperti TOP Generation
Challenge ini. Branding is all about your
story! Tidak perlu orang terkenal yang punya jutaan views dan followers.
Mulailah startup itu dengan rasa
percaya diri!” pungkas Niluh.
Sumber foto : Pribadi
0 comments