Tanah airku Indonesia
Negeri elok amat kucinta
Tanah tumpah darahku yang mulia
Yang kupuja sepanjang masa
Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa yang amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala
Melambai-lambai, nyiur di pantai
Berbisik-bisik, raja k’lana
Memuja pulau, nan indah permai
Tanah airku, Indonesia
Masih ingat dengan Lagu
Rayuan Pulau Kelapa ciptaan Ismail Marzuki ini? Pastilah masih ingat ya. Dulu
kita sering menyanyikan lagu wajib nasional ini di sekolah, bahkan anak-anak
sekarang pun masih menyanyikannya. Beberapa stasiun televisi juga masih suka
menyiarkan lagu abadi ini sebagai penutup siarannya.
Pada salah satu lirik
Lagu Rayuan Pulau Kelapa tersebut terdapat kalimat bahwa Indonesia merupakan
pulau kelapa yang amat subur. Dari lirik ini saja bisa disimpulkan bagaimana
berjayanya kelapa pada masa itu, hingga dijadikan sebuah lirik lagu oleh
seorang sastrawan terkenal Indonesia.
Dengan iklimnya yang
tropis, serta banyaknya daerah pesisir pantai, menjadi salah satu faktor tumbuh
suburnya pohon kelapa di Indonesia. Tahukah kamu, mengapa pramuka menggunakan tunas
kelapa sebagai lambangnya? Buah kelapa atau dikenal juga dengan nama nyiur ini,
merupakan buah yang bisa bertahan lama dalam keadaan apapun juga, dapat tumbuh
dimana saja, serta memiliki banyak manfaat, mulai dari akar, batang, bunga,
buah, serta daunnya. Tidak ada yang terbuang dari sebuah pohon kelapa.
Namun sangat
disayangkan, kejayaan pulau kelapa yang disandang Indonesia seakan-akan mulai
pupus tergerus zaman. Salah satu penyebabnya adalah isu negatif mengenai
kelapa, yang sempat berhembus pada tahun 80-an. Mengingat bagaimana
bermanfaatnya kelapa ini bagi kehidupan, khususnya bagi masyarakat Indonesia,
maka perlu dibangkitkan lagi kejayaannya. Inilah kemudian yang dijadikan
sebagai topik oleh Media Perkebunan, pada acara Diskusi Nasional pada hari
Kamis, 14 September 2017 kemarin, di Gedung C Kementerian Pertanian, Jakarta.
Selain Bapak Ir.
Bambang, MM selaku Direktur Jenderal Perkebunan, hadir juga pada acara Bapak
Dr. Ismail Maskromo, sebagai Kepala Balit Palma, Badan Litbang Pertanian, Bapak
Prof. Nelson Pomalingo, sebagai Bupati Gorontalo, dan Bapak H.Muhammad Wardan,
sebagai Bupati Indragiri Hilir Riau, serta seorang praktisi bisnis dari PT.
Pulau Sambu.
Dari 3,6 juta kelapa yang
ada di seluruh Indonesia, masih banyak yang berada dalam kondisi yang belum
optimal dengan tingkat produktifitas rendah. Hal ini disampaikan oleh Bapak
Bambang saat membuka acara diskusi. Harusnya kelapa ini bisa lebih ditingkatkan
lagi potensinya jika dipelihara dengan baik. Belum lagi kondisi kelapa yang
kebanyakan sudah tua, sehingga perlu dilakukan peremajaan.
Untuk pengembangannya,
Bapak Bambang berpendapat bahwa untuk kelapa yang sudah ada dan walaupun sudah
tua, perlu diintensifkan lagi. Kecuali untuk kelapa yang berasal dari benih
yang kurang baik, yang memang perlu peremajaan. Kelapa ini bisa dimanfaatkan
sebagai naungan untuk tanaman kakao, kopi, dll. Lalu untuk kebun-kebun kelapa
yang sebelumnya terkena serangan hama penyakit atau petir, bisa dihidupkan
kembali.
Bapak Bambang |
“Kalau tiga hal ini
kita lakukan untuk mencapai 5 juta hektar sebagai semangat kita di Festival
Kelapa Indragiri Hilir, saya kira tidak susah untuk kita selesaikan tanpa harus
mencari tambahan ruas area yang lain. Kakao kita ada 1,7 juta hektar. Ini bisa
kita tanam kelapa sebagai naungan. Dengan pendekatan setengah populasi, berarti
ada minimal sekitar 500 ribu hektar kelapa yang bisa kita tanam, belum lagi
kopi. Namun untuk melaksanakan gerakan penanaman kelapa dengan skala besar saat
ini, kita masih terkendala pada ketersediaan benih,” ungkap Bapak Bambang.
Perlu dilakukan
identifikasi terhadap benih kelapa yang ada di berbagai daerah, yang memiliki potensi
besar dan kualitas yang baik. Kemudian memetakan
kekuatan benih yang tersedia secara nasional tersebut, dan sumber-sumber yang
memang mungkin bisa dilepaskan dalam waktu singkat, maka segera direalisasikan
pelepasan varietasnya. Lalu digunakan untuk memperkuat kesiapan benih untuk
pengembangan ataupun peremajaan kelapa secara nasional.
Selanjutnya Bapak
Bambang mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap tanaman kelapa. Kondisi kelapa sangat
membanggakan saat ini dengan meningkatnya permintaan kelapa, dan ditandai
dengan tingginya nilai ekspor terhadap kelapa. Namun ternyata hal ini menjadi persoalan
baru, karena industri dalam negeri menjadi kekurangan bahan baku. Tidak mungkin
juga kita menghentikan atau menurunkan ekspor kelapa, karena butuh perjuangan
yang tidak sedikit hingga akhirnya kita bisa mengekspor kelapa ke luar negeri.
Menurut Bapak Bambang,
untuk ekspor kelapa tetap kita pelihara. Sedangkan persoalan kebutuhan kelapa
untuk industri dalam negeri perlu ditanggulangi dengan cara meningkatkan produksi
produktivitas kelapa sekaligus mutunya, serta meningkatkan sinergitas antar
industri dan petani, supaya petani memiliki keyakinan dan kepercayaan untuk
menjual dan memenuhi pasokan kelapa pada industri.
“Permintaan dari
beberapa pihak yang menginginkan agar ekspor kelapa agak dikurangi, mungkin
saja bisa dilakukan dengan cara penetapan biaya keluar, tapi dengan ketentuan
sejumlah nilai keluar yang diperoleh dari hasil perdagangan kelapa ini sebaiknya
digunakan untuk mengembalikan kejayaan kelapa Indonesia,” ujar Bapak Bambang.
Dalam kondisi pangsa
pasar kelapa yang menguat ini, kita masih dihadapkan pada persoalan kemampuan
dalam menghasilkan produk-produk kelapa yang bisa mensejahterakan petani. Para
petani kita masih puas pada tataran menjual kelapa dalam bentuk butiran atau
kopra. Sebenarnya banyak produk lain yang bisa dihasilkan dari kelapa, yang
memiliki nilai jual lebih tinggi, misalnya sabun atau produk kecantikan, produk
kesehatan, atau produk rumah tangga lainnya.
Para petani kelapa Indonesia
tersebar di seluruh rumah tangga penduduk. Pembinaan dan penguatan kelembagaan
petani yang belum terjalin dengan baik, menyebabkan keputusan bisnis untuk
menghasilkan produk kelapa belum seragam secara nasional. Jika hal ini sudah
terorganisir secara nasional, maka kelapa bisa memberikan manfaat ekonomi yang
lebih besar pada semua petani kelapa di Indonesia.
Hingga saat ini Badan
Penelitian Tanaman Palma atau Balit Palma terus melakukan berbagai upaya dalam
mendukung penyediaan benih varietas unggul untuk peremajaan tanaman kelapa. Bapak
Ismail mengatakan bahwa sampai saat ini sudah banyak varietas unggul yang
dihasilkan. Tahun sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai negara dengan nilai produksi
kelapa yang paling tinggi. Namun pada tahun ini nilai produksi kelapa kita mulai
menurun, dan disalip oleh negara penghasil kelapa lainnya.
Balit Palma mencatat
bahwa rendahnya produksi kelapa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
adalah minimnya pemeliharaan tanaman kelapa, penggunaan benih kelapa asalan
sehingga dibutuhkan pendampingan bagi para petani, usia tanaman yang semakin
tua sehingga perlu dilakukan peremajaan, rusaknya beberapa kebun kelapa yang disebabkan
oleh hama penyakit dan bencana alam, serta rusaknya tanaman kelapa karena tata
air yang kurang baik.
Bapak Ismail |
“Saya rasa untuk
program pengembangan kelapa ada tiga cara, yaitu peremajaan, rehabilitasi, dan
perluasan. Ini membutuhkan ketersediaan benih yang cukup. Umumnya untuk
penyediaan benih, kita menggunakan butiran kelapa yang dipanen dari pohon yang
sudah ditentukan, dipilih, dan dilepaskan varietasnya. Kami rasa untuk pengembangan
menuju 5 juta hektar ini tidak akan cukup, jika pengembangannya dilakukan
dengan cara konvensional atau menggunakan butiran kelapa,” jelas Bapak Ismail.
Ada peluang lain untuk mempercepat
pengembangan benih kelapa, yaitu dengan cara non konvensional, melalui
pengembangan kultur jaringan, seperti yang telah dilakukan oleh negara Meksiko.
Saat ini Balit Palma belum mencoba melakukan pengembangan dengan cara non
konvensional ini. Namun diharapkan ke depan ada kerjasama antara pemerintah dan
swasta untuk membangun sebuah laboratorium, yang dapat membuat kultur jaringan kelapa,
sehingga bisa berhasil seperti kelapa sawit.
Ada 3 kategori varietas
untuk mendapatkan benih kelapa unggul dalam rangka mendukung Program Pembenihan
Tahun 2017-2018, yaitu Varietas Kelapa Unggul Nasional, Varietas Kelapa Unggul
Lokal, dan Blok Penghasil Tinggi (BPT) atau Pohon Induk Tertinggi (PIT). Balit
Palma sudah melepaskan benih Varietas Kelapa Unggul Nasional beberapa tahun
yang lalu. Untuk Varietas Kelapa Unggul Lokal, perlu dilakukan pemanfaatan
potensi yang ada di daerah-daerah, seperti di Indragiri Hilir, Gorontalo, dan beberapa
daerah lainnya, sehingga nantinya bisa dilepas sebagai kelapa unggul lokal.
Untuk bisa memenuhi
target benih kelapa tahun 2017-2018 yang masih kurang adalah dengan cara
menambah pohon induk sumber benih bina dan benih sebar, yang menjadi tugas dari
Ditjenbun dan Balit Palma untuk memilihkan pohon-pohonnya. Selain itu, kemudahan
prosedur untuk mendapatkan sertifikat bagi petani kelapa juga perlu menjadi
perhatian pemerintah, agar nantinya bisa digunakan sebagai bahan penelitian
oleh Balit Palma.
Tahun ini, perayaan
Hari Kelapa Dunia telah sukses dilaksanakan di Kabupaten Indragiri Hilir,
tepatnya pada tanggal 9-11 September 2016 lalu. Indragiri Hilir merupakan daerah
produksi kelapa terbesar di Indonesia, dengan luas lahan perkebunan kelapa
lebih 420 ribu hektar, baik yang dimiliki oleh rakyat maupun swasta. Perayaan
Fesitval Kelapa Internasional ini bertujuan untuk membangkitkan semangat para stakeholder kelapa, khususnya petani
kelapa, serta dapat menggerakkan ekonomi kelapa yang beberapa tahun belakangan
ini mulai menurun.
Seperti yang
disampaikan oleh Bapak Wardan, bahwa Indragiri Hilir merupakan salah satu
kabupaten yang ada di Provinsi Riau, yang memiliki potensi besar terhadap
tanaman kelapa. Selain itu, letaknya juga sangat strategis yaitu berada diantara
pengembang ekonomi Sijori (Singapura, Johor, dan Riau). Hampir 70% masyarakat
di Indragiri bermata pencarian sebagai petani kelapa.
Bapak Wardan |
“Sebelum bulan puasa
kemarin, harga kelapa sangat baik, yaitu mencapai 3.400/ kg per butirnya. Belum
pernah dalam sejarahnya, harga kelapa di Indragiri Hilir mencapai harga
sedemikian. Ini tentu berdampak baik bagi perekonomian para petani kelapa.
Harga ini mulai turun lagi menjelang lebaran, yaitu dikisaran 1.800/ kg per
butirnya. Namun saat perayaan Festival Kelapa Internasional kemarin, harga
kelapa kembali naik menjadi 2.200/ kg per butir. Mudah-mudahan saja harga
kelapa ini terus semakin membaik,” papar Bapak Wardan.
Namun begitu, masih
banyak persoalan yang dihadapi pemerintah daerah Indragiri Hilir terhadap
tanaman kelapa ini, seperti sekitar 100 hektar kebun kelapa rakyat yang sudah
tua dan rusak, serangan hama kumbang, brontispa, monyet, dan tupai, penerapan
teknologi dan penggunaan bibit unggul yang masih kurang, diversifikasi produk
turunan kelapa yang dihasilkan industri masih kurang banyak, serta pemanfaatan hasil
sampingan kelapa, seperti air kelapa, sabut kelapa, dan tempurung kelapa yang
masih belum optimal. Padahal banyak potensi yang dapat dihasilkan dari tanaman kelapa,
namun tidak mampu dikembangkan oleh masyarakat.
Menurut Bapak Wardan
diperlukan gerakan nasional penyelamatan kebun kelapa yang didukung oleh semua
pemangku kepentingan, yang meliputi aspek budidaya, teknologi, pemberdayaan,
pengelolaan, dan pemasarannya. “Diharapkan dengan penyelenggarakan Festival
Kelapa kemarin dapat memberi dampak dan pengaruh yang baik, sehingga dapat
menarik para investor untuk berinvestasi dalam rangka perbaikan kebun kelapa
kita,” pungkas Bapak Wardan.
Bupati Gorontalo yang juga
hadir dalam diskusi ini, ikut memberikan pendapatnya. Menurut beliau jangan
hanya Kementan dan Ditjenbun saja yang memiliki semangat untuk mengembangkan
kelapa, namun juga pemerintah daerah. Ada sekitar 95 kabupaten di Indonesia yang mempunyai
potensi terhadap tanaman kelapa. Dibutuhkan kolaborasi dari semua pihak agar
kejayaan kelapa bisa berkembang dengan baik.
Bapak Nelson |
“Maka baru-baru ini
kami sudah berunding, ingin membuat sebuah wadah bagi pemerintah daerah
penghasil kelapa, yang rencananya diberi nama KPK (Koalisi Pemerintah Daerah
Penghasil Kelapa). Dari situlah kita akan meneruskan potensi ini, didorong oleh
petani, industri, dan pemerintah pusat, juga perguruan tinggi. KPK ini rencananya
akan bertemu di Gorontalo pada bulan Oktober nanti,” papar Bapak Nelson.
Dari sudut pandang
industri, PT. Pulau Sambu mengatakan bahwa pihak industri merasa sudah seirama
dengan apa yang telah dipaparkan oleh para bupati. Sudut pandang yang
sebenarnya untuk memulihkan kembali kejayaan kelapa Indonesia adalah sudut
pandang yang luas, yang melihat ekosistem dari kelapa Indonesia itu sendiri.
Semua stakeholder diajak, dirangkul,
dan diberikan peluang untuk bersuara, karena pada prakteknya kesinambungan dari
apapun yang sudah dilakukan tidak akan terjadi, jika semua stakeholder tidak diperhatikan.
Pengalaman PT. Pulau
Sambu yang telah berdiri selama 50 tahun telah memberikan pesan, bahwa menjalin
hubungan yang dekat antara industri sampai pada para petani bukanlah sesuatu
yang mudah, karena memang sulit untuk menyatukan sudut pandang antara keduanya.
Untuk itulah, PT. Pulau Sambu menyambut baik keseriusan pemerintah maupun
partisipan swasta, yang sangat besar semangatnya untuk mengambil tindakan yang
konkrit terhadap pengembalian kejayaan kelapa Indonesia.
Sumber Foto : Pribadi
2 comments
Sedih banget ya kalo dengar Indonesia impor kelapa justru bukan dari negara penghasil kelapa hadeuhhhh ayo bangunnnnn bangkitkan kembali Kelapa Indonesia!
BalasHapusIyaa, soalnya kita sendiri penghasil kelapa terbanyak ya Teeh :(
Hapus