BCA Kembali Berikan Donasi Pada Perdami untuk Menanggulangi Masalah Buta Katarak di Indonesia
By Dewi Sulistiawaty - November 14, 2017
Bicara
mengenai katarak, saya jadi inget waktu saya kecil dulu di kampung ibu, sering sekali
saya berjumpa dengan orang yang sudah lanjut usia, dengan kondisi mata yang
mengeruh di bagian tengahnya. Dulu saya pikir itu adalah semacam kotoran yang
masuk ke dalam mata orang tersebut, hehe makhlumlah waktu itu saya masih kecil
dan belum tahu banyak mengenai penyakit katarak.
Menginjak
bangku SMP barulah saya tahu bahwa mata yang keruh di bagian tengah mata
tersebut merupakan sebuah penyakit yang dinamakan katarak. Katarak menurut
istilah kedokteran adalah kekeruhan yang terdapat pada lensa mata, yang terjadi
karena penambahan cairan lensa, dan atau karena denaturasi protein lensa. Kondisi
lensa mata yang keruh menyebabkan cahaya sulit untuk mencapai bagian retina,
sehingga menyebabkan mata tidak mampu melihat dengan jelas.
Kalau
dilihat waktu dulu, penderita katarak banyak saya temui pada orang dengan usia
lanjut. Ternyata memang, usia merupakan faktor risiko terbesar seseorang
terkena katarak. Namun dalam beberapa kasus, katarak tidak saja terkena pada
orang yang lanjut usia. Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan seseorang
bisa terkena penyakit katarak, yaitu kekurangan gizi, radiasi sinar UVB, cedera
pada bagian mata, kebiasaan hidup yang tidak sehat (minuman beralkohol, merokok),
diabetes, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, serta faktor genetik.
Nah,
waktu itu (saat saya masih kecil), saya sempat tanyakan sama nenek tersebut,
apakah matanya sakit? *poloskan anaknya XD. Kata si nenek sih nggak, cuma
pandangannya agak kabur gitu. Saat saya tanyakan ke nenek saya (yang Alhamdulillah
nggak terkena katarak), mengapa mata nenek tersebut seperti itu, nenek saya cuma
bilang karena kurang makan makanan yang bergizi. Trus nenek nasehatin saya
supaya rajin makan sayur, biar matanya bisa sehat terus, hehehe…
Jadi
selain karena faktor genetik, sebenarnya katarak itu bisa dicegah ya. Salah
satu caranya adalah dengan menghindari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari
katarak itu sendiri. Intinya sih adalah dengan menjaga pola hidup sehat dalam
keseharian, seperti mengatur pola makan yang bergizi seimbang, menghindari
rokok dan minuman beralkohol, istirahat yang cukup, serta menjaga kesehatan
mata, dengan cara menggunakan kacamata hitam saat cuaca sedang terik.
Jika
mata mulai terasa sensitif saat terkena cahaya, atau sulit melihat di
keremangan, pandangan menjadi ganda, ukuran lensa kacamata yang sering berubah,
apa yang dilihat seperti ada semburat kuning atau cokelat, atau warna yang
dilihat menjadi tidak jelas, maka sebaiknya segera periksakan mata pada dokter
mata atau ahli lensa kacamata, karena ada kemungkinan itu merupakan gejala dari
penyakit katarak. Memeriksakan diri sedini mungkin, dapat mencegah mata dari
penyakit katarak yang lebih berat.
Bagaimana
jika mata sudah terkena katarak? Walaupun mata masih bisa dibantu dengan
bantuan kacamata saat mata terkena katarak ringan, namun lama kelamaan katarak
ini akan terus berkembang, sehingga jalan satu-satunya untuk mengobatinya
adalah dengan cara operasi katarak. Pada operasi tersebut, lensa mata yang
keruh akan diangkat dan digantikan dengan lensa plastik bening.
Berdasarkan
data dari WHO, lebih dari 314 juta orang di dunia menderita gangguan
penglihatan, dan 45 juta diantaranya mengalami kebutaan. Yang menjadi perhatian
kita adalah, ternyata lebih dari 90% dari angka tersebut, ditemui di negara-negara
berkembang dengan iklim tropis, salah satunya adalah Indonesia. Jika merunut
data dari Kemenkes, diperkirakan kasus buta katarak di Indonesia terus
meningkat tiap tahunnya, yaitu sebesar 250 ribu orang per tahunnya.
Perhimpunan
Dokter Ahli Mata Indonesia (Perdami) sendiri, melalui Seksi Penanggulangan Buta
Katarak (SPBK) nya, sudah berusaha untuk mengurangi angka ini, dengan
memberikan bantuan pada penderita katarak. Namun keterbatasan peralatan seperti
alat untuk melakukan operasi katarak menjadi penghambat bagi SPBK-Perdami untuk
mengatasi penyakit katarak di Indonesia. Bantuan dari pemerintah sendiri belum
mampu melengkapi kebutuhan akan alat operasi katarak, yang harganya memang
selangit tersebut. Untuk itu dibutuhkan bantuan dari pihak lain, seperti dari
organisasi dan pihak swasta.
Melihat
hal ini, BCA tergerak untuk memberikan bantuan lewat program Bakti BCA nya pada
Perdami. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya BCA memberikan donasi pada
Perdami. Tahun lalu, BCA juga sudah pernah menyumbangkan 2 buah mikroskop senilai
500 juta rupiah, dan pada tahun sebelumnya lagi 13 alat bantu operasi serta 2
alat biometri senilai 450,45 juta rupiah. Namun karena melihat bahwa Perdami
masih kekurangan peralatan untuk melakukan operasi katarak, maka BCA pun
kembali tergerak untuk membantu Perdami, khususnya pada SPBK-Perdami.
Secara
simbolis, penyerahan donasi diselenggarakan di Gedung Menara BCA, pada hari
Senin, tanggal 13 November 2017. Hadir pada acara ini Bapak Jahja Setiaatmadja,
selaku President Director BCA, Dr. Elvioza SpM(K) selaku Ketua Perdami DKI
Jakarta, Ibu Inge Setiawati selaku Executive Vice President CSR BCA, Bapak
Sapto Rachmadi selaku Senior Vice President CSR, Dr. Rita Polana SpM sebagai Sekretaris
I Perdami DKI Jakarta, serta Dr. Syska SpM(K) sebagai Ketua SPBK-Perdami DKI
Jakarta.
Penyerahan Donasi Bakti BCA Secara Simbolis pada SPBK-Perdami DKI Jakarta |
Dalam
acara tersebut Bapak Jahja mengatakan bahwa kegiatan ini sudah merupakan acara
rutin bagi BCA, untuk terus membantu kegiatan penanggulangan buta katarak di
Indonesia. Sebagai negara yang beriklim tropis, masyarakatnya banyak melakukan
aktivitas di luar ruangan, dimana cuaca sangat terik, sehingga mata sering
terpapar sinar UV dari matahari. Pengetahuan masyarakat yang masih minim
mengenai kesehatan mata, menyebabkan masyarakat Indonesia masih jarang yang
menggunakan kacamata hitam untuk melindungi matanya dari sinar matahari.
Bapak Jahja |
Maka
tak heran jika angka penderita katarak di Indonesia terus meningkat hingga puluhan
ribu tiap tahunnya. Masih banyak para penderita buta katarak yang belum
terjamah oleh tenaga kesehatan, yang mungkin saja disebabkan oleh masalah akses
dan juga perekonomian masyarakat. “Sebab itu kita tersentuh untuk terus
mendukung kegiatan ini, dalam bentuk program CSR kita, yaitu dengan menyerahkan
1 unit Phacoemulsification Cataract Machine Intuitiv AMO, serta 3 set alat
pendukung operasi katarak senilai 659,5 juta rupiah pada SPBK-Perdami DKI
Jakarta,” jelas Bapak Jahja.
Selanjutnya
Bapak Jahja mengatakan bahwa di angkatan militer negara kita juga ada semacam kapal
rumah sakit, dan pesawat Hercules yang bisa mengangkut perlengkapan untuk
operasi katarak ke tempat-tempat yang jauh di luar kota. Bapak Jahja pun
memberikan saran bahwa Perdami juga bisa melakukan kerjasama dengan angkatan
militer ini, sehingga peralatan bisa
diangkut ke daerah lain. Dengan begitu akan lebih banyak lagi penderita buta
katarak di daerah pelosok pun bisa terbantu. Bapak Jahja berharap bantuan yang
diberikan oleh BCA dapat membawa kebaikan bagi penderita buta katarak di Indonesia,
dan pencanangan Indonesia Bebas Buta Katarak di Tahun 2020 bisa terwujudkan.
Amiin :)
Dr. Elvioza |
Dr.
Elvioza selaku Ketua Perdami DKI Jakarta mengucapkan terima kasihnya pada BCA,
yang sudah tergugah dan mau memberikan bantuan pada Perdami, dalam bentuk alat
mesin katarak, untuk mengatasi kebutaan karena katarak. Menurut Dr. Elvioza,
sebenarnya katarak itu secara logika tidak harus menyebabkan kebutaan, karena
katarak itu bisa dieliminasi atau diatasi dengan satu-satunya cara yaitu operasi. “Merawat orang buta itu jauh lebih besar biayanya dibandingkan dengan
mengatasi kebutaan itu sendiri. Selain orang buta tersebut menjadi tidak
produktif, orang yang berada di sekitarnya juga bisa ikut-ikutan tidak
produktif karena sibuk merawat orang buta tersebut,” jelas Dr. Elvioza.
Jadi
angka kebutaan ini bisa berdampak besar bagi tingkat produktivitas di
Indonesia. Untuk itulah dengan cara menurunkan angka kebutaan ini, diharapkan
dapat meningkatkan angka produktivitas bangsa kita. Perdami secara professional
dan keahlian dirasa sudah cukup siap untuk berperan serta dalam menanggulangi buta
katarak. Namun untuk mengatasi masalah buta katarak ini tidak hanya butuh
tenaga ahli saja, tapi juga butuh peralatan dan sarana pendukung lainnya, yang
butuh biaya yang tidak sedikit. Makanya bantuan yang diberikan oleh pihak
swasta, dalam hal ini BCA, sangat membantu Perdami untuk menanggulangi penderita
buta katarak di Indonesia. Ketua Perdami DKI Jakarta berharap kerjasama dengan
BCA ini bisa terus berlanjut.
Pempublikasian
informasi mengenai bantuan yang diberikan oleh BCA pada Perdami ini bukanlah
sekedar bentuk pamer atau biar terlihat keren di mata masyarakat. Namun murni
untuk membantu kesehatan masyarakat Indonesia, dan ingin agar kegiatan ini dapat
dilihat oleh perusahaan-perusahaan lainnya, sehingga mereka bisa tergugah untuk ikut
membantu juga. Sekedar ajakan saja terkadang tidak mampu ‘memanggil’ perusahaan
lain ini, namun jika sudah dapat menggugah hati mereka, tentu akan lebih baik
lagi ya. Jika pemerintah, organisasi, dan perusahaan swasta bisa bahu membahu,
saling membantu, tentu masalah buta katarak di Indonesia bisa diatasi dengan
cepat dan baik pula.
Foto : Pribadi
Sumber referensi : alodokter
Sumber referensi : alodokter
0 comments