H2 Tepung Kelapa, Salah Satu Solusi untuk Mencegah Diabetes

By Dewi Sulistiawaty - Februari 03, 2018

Sebaiknya kurangi konsumsi makanan yang mengandung gula, garam, dan minyak. Itulah informasi yang nempel di benak saya, info yang selalu diberikan oleh nutritionists di berbagai acara dengan topik kesehatan yang saya hadiri. Pun saya juga pernah membaca di web Kemenkes mengenai hal yang sama. Mengapa ketiga zat ini musti dikurangi konsumsinya ya? Padahal dulu, seingat saya, pemerintah menggiatkan masyarakatnya untuk mengkonsumsi garam beryodium.

Itu dulu, saat pemerintah berupaya untuk menanggulangi penyakit menular di masyarakat. Syukurlah, saat ini angka penderita penyakit menular terus menurun. Namun hal sebaliknya yang terjadi malah angka penderita penyakit tidak menular yang meningkat. Berubahnya gaya hidup di masyarakat dianggap sebagai penyebab tingginya angka penderita Penyakit Tidak Menular (PTM).

Segala kemudahan yang didapat saat ini menjadikan gaya hidup pun berubah, seperti mager aka malas bergerak. Mau makan, tinggal beli di resto cepat saji yang menjamur dimana-mana. Malas ke resto, tinggal pesan lewat jasa pesan antar makanan. Makanan saat ini yang banyak mengandung minyak atau lemak jenuh berlebihan, pemanis buatan, pengawet, dan lain sebagainya, membuat tubuh manusia penuh dengan timbunan toksin dan beratnya kerja organ tubuh. Nah, inilah yang menyebabkan timbulnya PTM.  

Berdasarkan data dari Kemenkes, saat ini PTM, seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, dan hipertensi menduduki angka tertinggi penyebab kematian di Indonesia. Untuk itulah pemerintah menganjurkan agar kita membatasi konsumsi gula, garam, dan minyak. Mengkonsumsi gula berlebihan bukannya menambah energi, tapi malah membuat pankreas bekerja lebih keras, dan kelelahan. Garam berlebih pada tubuh pun dapat mengacaukan fungsi tubuh dalam mengatur kandungan air. Sedangkan minyak atau lemak berlebih, dapat mempersempit pembuluh darah.

Bagi yang sudah terbiasa dengan pola hidup dan pola makan yang kurang baik, mungkin akan terasa berat untuk mengubahnya (tunjuk diri sendiri, huhu). Tapi memang, jika ingin sehat, kebiasaan ini harus diubah perlahan-lahan. Misalnya dengan mengurangi porsi makanan kurang sehat yang biasa kita konsumsi, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya benar-benar dihilangkan. Nah, saat ini ada nih produk yang bisa mengurangi kadar gula pada makanan. Namanya H2 Tepung Kelapa. Hah? Tepung kelapa? Kok bisa?



Saya mengetahui produk H2 Tepung Kelapa saat menghadiri acara Diskusi Kesehatan Bersama H2 Health & Happiness di Akasaka Tei Resto, pada hari Rabu, 31 Januari 2018 kemarin. Diskusi ini bertajuk Cegah Diabetes dengan CERDIK, dengan sub tema “Makan Enak, Risiko Terkendali”. Salah satu narasumbernya sudah sering saya jumpai di beberapa event kesehatan lain, yaitu dr. Cindiawaty Josito, MARS, MS, SpGK. Beliau merupakan Ahli Gizi Klinis, dan sering menjadi narasumber untuk kegiatan kesehatan.

Sedangkan narasumber lainnya adalah drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH, yang merupakan Kepala Subdirektorat Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolisme, Direktorat P3TM, Kemenkes; Dr. Didah Nur Faridah, selaku Kepala Pengembangan Layanan Analisa Pangan, IPB; serta Bapak FX Widiyatmo, sebagai Deputy Director Corporate Business Development PT. Kalbe Farma, Tbk.

Yup, topik yang dibahas kali ini khusus mengenai diabetes. Berarti mengenai kadar gula di dalam tubuh ya. Menurut dr. Cindi, beberapa orang beranggapan, bahwa kalau mereka tidak memiliki riwayat penyakit diabetes dalam keluarganya, berarti mereka aman dari serangan diabetes. Padahal selain faktor keturunan, diabetes dapat terjadi pada orang yang memiliki gaya hidup yang kurang sehat.

dr. Cindi
“Orang sering kurang menjaga pola makannya. Habis makan nasi, minum es teh manis, setelah itu makan lagi kue yang manis juga. Hingga tanpa disadari berat badannya naik. Ini belum ada indikasi diabetes lho ya. Berat badannya terus saja naik. Walaupun belum diabetes, namun ada indikasi berisiko terkena diabetes,” ujar dr. Cindi.

Jadi sebenarnya risiko terkena diabetes bagi mereka yang menjalankan pola hidup yang kurang sehat, lebih besar dibandingkan mereka yang terkena akibat faktor risiko keturunan. Orang yang terkena diabetes karena faktor keturunan, bisa dikurangi tingkat risikonya, apabila ia dapat menjaga pola hidup yang sehat dalam keseharian.

Nasi merupakan makanan pokok kita ya. Kalau nggak makan nasi, sepertinya belum makan saja :D Menurut dr. Cindi, sebaiknya konsumsi nasi yang mengandung karbohidrat kompleks, yang proses penyerapannya pelan, serta indeks glikemiknya rendah, seperti nasi dari beras merah. Nasi putih dengan kandungan karbohidrat sederhana, yang proses penyerapannya cepat, kurang baik bagi tubuh, dan bisa meningkatkan risiko terkena diabetes. Begitupun dengan teh manis, yang cepat diserap oleh tubuh.
  
Sesuai dengan prinsip gizi seimbang, maka semua zat gizi musti kita konsumsi, namun dalam kadar yang cukup dengan kebutuhan tubuh masing-masing. Sebaiknya pilihlah protein yang rendah lemak. Begitupun dengan lemak, konsumsinya jangan terlalu berlebihan. Jadi zat gizinya harus seimbang semua, baik karbohidrat, protein, dan lemak, serta jangan lupa untuk mengkonsumsi sayur dan buah-buahan. Kebanyakan orang suka lupa atau malas mengkonsumsi sayur dan buah. Padahal sayur dan buah sangat bagus bagi kesehatan.

Oya, tadi saya menuliskan tentang indeks glikemik ya. Sebenarnya apasih indeks glikemik itu? Indeks glikemiks adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan. Semakin tinggi indeks glikemik suatu pangan, berarti jika pangan ini dikonsumsi, akan semakin cepat pula naiknya gula darah. Jadi indeks glikemik yang tinggi pada suatu pangan, kurang baik dikonsumsi oleh tubuh kita.  Pangan dengan indeks glikemik yang rendah, berarti penyerapannya pelan, tingkat kekenyangannya jauh lebih lama, sehingga kita tidak akan mencari-cari camilan lagi dalam waktu yang lumayan lama setelah makan.

drg. Dyah pun menjelaskan bahwa saat ini diabetes menduduki peringkat ketiga angka kematian tertinggi di Indonesia, setelah stroke dan penyakit jantung. Diabetes jika tidak terkontrol bisa menjadi penyumbang terjadinya stroke. Jadi jika penderita diabetes tidak segera disembuhkan dan diobati sesuai dengan standarnya, maka akan terjadi komplikasi.

drg. Dyah
“Sebenarnya 80% PTM ini dapat ditanggulangi dengan cara mengendalikan faktor risiko bersama, misalnya karena diet tidak sehat. Diet tidak sehat adalah diet dengan gizi yang tidak seimbang. Seperti komposisi antara karbohidrat, protein, dan seratnya yang tidak sesuai. Sebaiknya separuh piring makan kita berisi serat, seperempatnya karbohidrat, dan seperempatnya lagi adalah protein. Jadi yang bagus itu adalah diet seimbang,” papar drg. Dyah.  

Selain diet yang kurang sehat, faktor lainnya adalah karena kurangnya aktivitas fisik. Indonesia sebagai pengguna gadget tertinggi di dunia, menyebabkan masyarakatnya kebanyakan suka mager aka malas bergerak. Faktor risiko ketiga adalah karena kebiasaan merokok. Pun mereka yang sering terpapar asap rokok. 90% naiknya angka diabetes di Indonesia, berkorelasi erat dengan gaya hidup yang kurang sehat. Menurut drg. Dyah kenaikan angka penderita obesitas, korelasinya berbanding lurus dengan angka diabetes.

Untuk mencegah dan mengurangi angka penderita PTM di Indonesia, pemerintah melalui Kemenkes melancarkan gerakan “CERDIK”, yaitu Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet Seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres. Jadi jika ingin sehat, ya musti menjalankan pola hidup sehat, dan caranya adalah dengan menerapkan CERDIK dalam keseharian kita :)   

    
Bpk Widi
Semua penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup, sebenarnya tidak ada obatnya, kecuali gaya hidupnya tersebut diubah. Secanggih-canggihnya obat, jika gaya hidupnya tidak diubah menjadi lebih baik dan sehat, obat tersebut tidak akan mempan. Pendapat ini dilontarkan oleh Bapak Widi. Memang benar juga sih. Kata Bapak Widi lagi, di H2 Health & Happiness sendiri punya slogan yang kurang lebih sama dengan gerakan CERDIK, yaitu FENUS. FENUS adalah singkatan dari Food, Exercise, Nutraceuticals, dan Stress Reduction.

Kalbe Farma yang prihatin melihat tingginya angka penderita diabetes di Indonesia, kemudian mengeluarkan produk H2 Tepung Kelapa. Negeri kita ini kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya adalah kelapa. Kalbe Farma pun ingin memaksimalkan kekayaan alam yang ada ini, dengan bekerjasama dengan IPB, untuk melakukan analisa terhadap kandungan indeks glikemik pada nasi yang dicampur dengan tepung kelapa. Seperti yang dikatakan oleh Mba Evelin dari Kalbe Farma, bahwa tujuan penganalisaan ini adalah agar kelapa yang melimpah di negeri kita ini, bisa dimanfaatkan untuk kesehatan masyarakat Indonesia.
 
H2 Tepung Kelapa
Nasi + H2 Tepung Kelapa
Terlihat dan terasa sedikit berserat, namun tidak mengubah rasa nasi
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan di IPB, jika nasi dicampurkan dengan H2 Tepung Kelapa, maka indeks glikemik campuran dari kedua bahan ini akan menjadi rendah. Dr. Didah menjelaskan bahwa jika kita mengkonsumsi produk yang indeks glikemiknya rendah, maka gula dalam darah kita tidak cepat naik, dan ini tentu yang diinginkan oleh penderita diabetes. Tetapi walaupun indeks glikemik suatu produk rendah, jangan sampai mengkonsumsinya dengan porsi yang berlebihan pula. Karena ini dapat menambah beban glikemik.

Dr. Didah
“Jadi walaupun indeks glikemiknya rendah, tetap porsinya harus seimbang ya. Jika porsinya banyak, sama saja dengan meningkatkan gula darahnya. Kemarin kami juga meneliti terkait bagaimana nasi dengan tepung kelapa. Kalau nasi sendiri, indeks glikemiknya adalah sekitar 70. Ini termasuk angka yang tinggi. Angka standar indeks glikemik adalah 55. Nah, kemudian kita tambahkan tepung kelapa 25% pada nasi. Hasilnya adalah nilai indeks glikemiknya menjadi rendah, yaitu 49,” jelas Dr. Didah.

Tingginya serat pada tepung kelapa, yaitu hampir 22%, menyebabkan penyerapan dari glukosa jadi terhambat, karena terhalang oleh serat pangan, sehingga kadar gulanya turun. Cara mengolahnya hampir sama dengan membuat nasi uduk. Tambahkan tepung kelapa dengan takaran 25% pada beras putih saat memasak nasi. Bisa juga dengan cara ditabur di atas nasi. Ingat, porsinya tetap harus seimbang yes, jangan berlebihan juga:D. Trus makanannya juga musti beragam atau bervariasi.

Wah, H2 Tepung Kelapa bisa jadi solusi makan nasi putih, tanpa takut kadar gula bakal naik, mengingat nasi putih kan memiliki kadar glukosa yang tinggi ya. Jadi, jika dicampur dengan H2 Tepung kelapa, bisa aman dikonsumsi bagi penderita diabetes, dan bisa sebagai langkah pencegahan juga bagi yang masih sehat. Namun sebaiknya bagi penderita diabetes konsultasikan juga ke dokter mengenai berapa takaran atau porsi yang tepatnya ya. Soalnya kata Dr. Didah tadi, tetap harus seimbang, dan jangan sampai menambah beban glikemiknya :) 


Foto-foto : Pribadi

  • Share:

You Might Also Like

25 comments