Beberapa
waktu lalu, Media Perkebunan, sebuah media yang fokus membahas tentang pembangunan
sub sektor perkebunan tanah air, yang berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan,
Kementerian Pertanian RI, menyelenggarakan Seminar Nasional, yang disertai
dengan Pameran Pupuk dan Benih Unggul Kelapa Sawit. Seminar dilaksanakan selama
2 hari, yaitu Rabu, 21 Februari dan Kamis, 22 Februari 2018, di Menara 165
Convention Center, Jakarta Selatan.
Seminar
berlangsung dari pagi hingga sore hari, dengan menghadirkan narasumber yang
kompeten di bidangnya, serta dihadiri juga oleh para pemangku kepentingan kelapa
sawit, yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Tema yang diusung pada seminar
nasional kali ini adalah “Kiat Sukses
Replanting & Meningkatkan Produktivitas Sawit Secara Berkelanjutan”. Berbagai
isu penting, seperti replanting, Good
Agricultural Practices (GAP), mekanisme, serta sistem pembiayaan, akan dibahas
dalam seminar ini.
Usai
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan berdo’a bersama, acara dibuka
oleh Bapak Ir. Gamal Nasir, MS selaku Pemimpin Umum Media Perkebunan. Menurut
Bapak Gamal, seminar ini dihadiri oleh sekitar 250 orang peserta, yang terdiri
dari para pengusaha kelapa sawit, petani, perguruan tinggi, asosiasi kelapa
sawit, para pemerhati perkebunan kelapa sawit, serta media.
Bpk. Gamal Nasir |
“Seminar
ini sangat penting, mengingat saat ini kebun petani yang layak teknis untuk direplanting
adalah sekitar 2 juta hektar dari 4,7 juta hektar kebun sawit kita. Bapak
presiden dalam setiap kesempatan memerintahkan agar segera replanting kebun
sawit rakyat. Seperti yang kita ketahui, hanya didapat sekitar 2 ton CPO per
hektar pertahunnya. Seharusnya kita
dapat mencapai 6 ton per hektar pertahunnya,” ungkap Bapak Gamal.
Hasil
yang sedikit ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti banyaknya tanaman
sawit yang sudah tua, serangan hama, dan lain sebagainya. Belum lagi ada bibit
yang berasal dari benih asalah sehingga produk yang dihasilkan kurang
berkualitas. Untuk itulah, dalam seminar ini dihadirkan juga narasumber yang
kompeten, yang akan membahas mengenai teknis pembibitan, bioteknologi, pemupukan,
dan pengendalian hama penyakit.
Bapak
Gamal berharap seminar ini dapat bermanfaat bagi semua peserta yang hadir, dan
juga bagi kesejahteraan petani sawit di Indonesia, sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan selama ini. Acara kemudian dilanjutkan dengan penyerahan 6000 alat
panen Tandan Buah Segar (TBS) secara simbolis oleh Dirjen Perkebunan. Penyerahan
diterima oleh 5 perwakilan asosiasi petani sawit, yaitu Ketua Asosiasi Petani
Kelapa Sawit, Ketua Asosiasi Aspektir Riau, Ketua SAMADE, Ketua KUD Sadar
Sejahtera Lubuk Linggau, dan Ketua KUD Musi Banyuasin.
Penyerahan alat panen TBS secara simbolis |
Dalam
sambutannya, Bapak Ir. Bambang, MM, Direktur Jenderal Perkebunan menyampaikan
bahwa kelapa sawit Indonesia saat ini menghadapi berbagai permasalahan.
Berbagai isu negatif sengaja dihembuskan untuk menjatuhkan industri kelapa
sawit kita. Mulai dari isu internasional, seperti isu lingkungan, isu sosial,
serta isu HAM. Isu ini merupakan bagian dari persaingan komoditi.
Dirjen Perkebunan |
“Kita
butuh dukungan dari semua pihak, karena sawit Indonesia sedang menghadapi
tantangan yang luar biasa. Harusnya kita wajib untuk melindungi sawit ini,
karena di saat energy dari fosil mulai habis, maka energi dari sawit akan
menjadi solusi untuk mengatasinya. Sawit merupakan sumber minyak nabati energi
baru terbarukan, yang dapat menghasilkan pangan dan juga energi,” papar Bapak
Bambang.
Namum
begitu, tidak dipungkiri juga bahwa kelapa sawit rakyat masih membutuhkan
pembenahan. Sawit rakyat baru 25% yang baru tersertifikasi ISPO dari total sawit
yang ada. Ini perlu didorong agar sawit rakyat bisa ISPO semua. Diperlukan
perbaikan lagi terhadap tata kelolanya, yang dapat membantu para petani sawit,
sehingga tidak ada lagi orang yang mengatakan ‘tidak’ untuk kelapa sawit
rakyat. Jadi, janganlah membenci sawit rakyat ini. Saran dan kritikan membangun
tentu sangat diperlukan untuk perbaikan dan kemajuan industri sawit Indonesia.
Begitupun
kerjasama antara pelaku industri dengan petani sawit. Tidak ada industri kelapa
sawit yang bisa memberikan keuntungan, tanpa ada sinergi yang baik dengan para
petani sawit. Sebaiknya harus saling menguntungkan kedua belah pihak ya, jangan
hanya pelaku industri saja. Bapak Bambang berharap agar sawit Indonesia bisa
terus maju, dan pelaksanaan replanting
bisa segera terwujud. Selanjutnya Dirjen Perkebunan pun secara resmi membuka
kegiatan Pameran dan Seminar Nasional.
Dirjen Perkebunan mengunjungi salah satu booth di ruang pameran |
Pameran Pupuk dan Benih Unggul Kelapa Sawit |
Seminar Nasional |
Seminar
Sesi I dimoderatori oleh Bapak Rusman Heriawan, dengan menghadirkan 3
narasumber lainnya, yaitu Bapak Bambang dari KUD Musi Banyuasin, Bapak Mudarisman
dari KUD Sadar Sejahtera – Lubuk Linggau, serta Bapak Wawan dari Badan
Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Diskusi diawali oleh Bapak
Bambang, Ketua KUD Musi Banyuasin, yang menceritakan pengalaman replanting sawit dalam presentasinya.
Ketua
KUD Musi Banyuasin mengatakan bahwa KUD mereka sudah mendapatkan saluran
pembiayaan peremajaan kelapa sawit dari BPDPKS, yang diperuntukkan bagi sekitar
933 petani sawit, dengan total lahan seluas 2032 hektar. Latar belakang replanting yang dilakukan oleh KUD Musi
Banyuasin adalah karena rata-rata sawit yang mereka kelola sudah berusia genap
25 tahun. Sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menghasilkan tbs dengan harga
yang tinggi. Ini tentu saja memunculkan masalah bagi kelembagaan petani di
sana.
Ketua KUD Musi Banyuasin |
“Untuk
mengurangi masalah ini, makanya kami sepakat untuk melakukan replanting. Tahun
2016 itu sedang gencar-gencarnya sosialisasi bantuan replanting. Makanya kami
tangkap itu sebagai peluang. Kami mengakui sebagai pengusaha di bidang kelapa
sawit, baik petani maupun perusahaan, dampaknya cukup besar bagi masyarakat,
dari budidaya kelapa sawit ini,” jelas Ketua KUD Musi Banyuasin.
Jika
replanting tidak dilakukan dan
direncanakan dengan baik oleh para pelaku perkebunan, termasuk di dalamnya para
pemangku kepentingan, regulasi, dan yang terkait dengan budidaya kelapa sawit, mustahil
sawit di Musi Banyuasin dapat diremajakan. Namun ada beberapa masalah yang akan
terjadi saat replanting ini, seperti
para petani yang biasanya mempunyai penghasilan yang cukup baik, lalu tiba-tiba
saja penghasilannya terputus. Ini tentu saja musti dicarikan solusinya. Sebagai
informasi, empat KUD di Musi Banyuasin, dalam waktu kurang dari 2 bulan, sudah
dapat melepaskan lahan seluas 1600 hektar untuk replanting sawit.
Selanjutnya
Bapak Mudarisun, Ketua KUD Sadar Sejahtera Lubuk Linggau yang menceritakan tentang
KUD Sadar Sejahtera, dengan sistem kemitraan yang menurutnya sangat
menguntungkan.
Bpk. Mudarisun |
“Awalnya
saya tidak kepikiran sama sekali bakal bisa sukses seperti saat ini. Bisa
menyekolahkan anak hingga S2. Semuanya berkat kelapa sawit, dan juga berkat kerjasama
kemitraan yang sangat baik antara KUD Sadar Sejahtera dengan PT. Djuanda Sawit
Lestari,” ujar Bapak Mudarisun.
Perkenalan
Bapak Mudarisun dengan kelapa sawit diawali saat ia dan keluarganya datang
sebagai keluarga transmigran di daerah Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Saat
itu perekonomian sangat sulit, hingga akhirnya ada perusahaan yang masuk ke
daerah mereka, dan membawa angin segar bagi mata pencaharian penduduk
transmigran. Tak lama kemudian barulah berdiri koperasi di sana.
Pola
kemitraan di KUD Sadar Sejahtera Lubuk Linggau menggunakan sistem kemitraan
satu atap, yaitu semua bentuk pengelolaan kebun, baik organisasi, kerja kebun
kelapa sawit, administrasi, pengupahan, program kerja, standar kerja, serta
pupuk dan obat-obatan, semuanya dikelola oleh koperasi. Keuntungan dari
kemitraan satu pintu ini adalah pengelolaan kebun sesuai dengan standar,
pendapatan petani optimal, suplai pupuk dan obat-obatan dengan harga inti,
memperpanjang usia produksi tanaman, serta tidak memikirkan biaya pupuk,
obat-obatan, tenaga kerja, dll.
Ada
3 prinsip kemitraan PNDA menurut Bapak Mudarisun, yaitu 3S (Saling percaya,
Saling membantu, Saling menguntungkan), transparansi atau keterbukaan, dan
kesinambungan. Prinsip yang selama ini dijalin bersama, yang membuat mereka
berhasil hingga saat ini, dan mampu menghasilkan rata-rata 2.470.000 per hektar.
KUD Sadar Sejahtera pernah meraih Koperasi Awards Tahun 2014, dan juga penghargaan
untuk koperasi berprestasi tingkat nasional.
Bapak
Wawan kemudian menjelaskan lebih lanjut mengenai program pembiayaan replanting di perkebunan kelapa sawit. Untuk
menjamin tata kelola yang baik, ada 5 tahapan yang harus ditempuh dalam program
ini, yaitu proses verifikasi, perjanjian kerjasama, penyaluran dana, monitoring dengan evaluasi, serta pengembalian
pinjaman. Selama masa peremajaan, petani diharapkan tetap berpenghasilan melalui
aktivitas yang terkait dengan peremajaan atau non peremajaan. Program ini telah
diresmikan oleh presiden pada tgl 13 Oktober 2017 lalu, di Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan. Program ini akan terus berlanjut di berbagai
wilayah di Indonesia. Diharapkan program ini dapat meningkatkan kesejahteraan
petani.
Bpk. Wawan |
“Prinsip
utama pelaksanaan program replanting itu adalah legalitas, sustainability, dan
sertifikasi ISPO. Jadi petani musti memiliki legalitas terhadap lahan, bagi
yang belum akan dibantu untuk menyiapkannya. Lokasi pembukaan lahan pun musti
sesuai dengan kaidah konservasi, penerapan budidaya yang baik, pengelolaan lingkungan,
dan kelembagaan. Nah, untuk menjamin prinsip sustainability ini, petani musti mendapatkan sertifikasi ISPO,”
papar Bapak Wawan.
Bapak
Wawan berharap agar tata kelola peremajaan kelapa sawit ini dapat terus dibantu
untuk disosialisasikan. Program ini rencananya akan dilaksanakan di 20 provinsi.
Ke-20 provinsi ini merupakan area yang sangat luas, sangat menyita waktu dan
juga butuh energi yang tidak sedikit, jika sosialisasi hanya dilakukan oleh tim
BPDPKS saja. Jadi BPDPKS sangat mengharapkan bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, untuk bisa bahu membahu mensosialisasikan tata kelola replanting.
Sektor
sawit sangat penting bagi perekonomian nasional. Selain sebagai penghasil devisa
terbesar, juga menyerap jutaan tenaga kerja. Hampir separuh dari perkebunan
kelapa sawit dimiliki oleh petani rakyat. Makanya peran petani rakyat sangatlah
penting. Namun sayangnya, perkebunan sawit rakyat masih memiliki produktivitas
yang rendah. Program replanting sawit
rakyat merupakan solusi untuk mengatasi masalah ini. Ayo satukan langkah kita,
singkirkan segala halangan, untuk menjadikan sawit rakyat lebih maju lagi :)
Foto-foto : Pribadi
0 comments