Berikan Si Kecil Nutrisi Terbaik di 1000 Hari Pertama Kehidupannya
By Dewi Sulistiawaty - Februari 27, 2018
Nutrisi
yang baik dan tepat sangat penting di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) si
kecil lho! Mengapa? Karena di 1000 HPK inilah terjadinya pembentukan dan
perkembangan organ-organ penting di dalam tubuh si kecil. Sejak kapan sih 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK) mulai dihitung? 1000 HPK dimulai sejak dari fase
kehamilan (0-270 hari) hingga si kecil berusia 2 tahun (730 hari).
Untuk
mengetahui lebih detail lagi mengenai nutrisi dan pentingnya bagi pertumbuhan
dan masa depan si kecil, saya pun menghadiri talkshow kesehatan yang
diselenggarakan oleh Nutrisi Untuk Bangsa, pada hari Selasa, 20 Februari 2018
kemarin. Talkshow yang berlangsung di Hotel Santika Taman Mini Indonesia Indah
Jakarta ini dilaksanakan dalam rangka Hari Gizi 2018. Selain talkshow, dalam
acaranya ini juga ada cooking demo,
dan konsultasi kesehatan gratis bagi para peserta yang hadir.
Diskusi Nutrisi Terbaik di Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan |
Dengan
mengangkat Tema “Menyediakan Gizi Terbaik dalam Periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK)”, maka talkshow ini pun menghadirkan para narasumber yang
sangat kompeten di bidangnya, seperti Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, Dr.PH,
dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dan
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), DR. dr. Yustina Anie
Indriastuti, MSc, SpGK, dan Dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK dari PDGMI.
Sebelum
acara dimulai, para peserta yang datang dapat memeriksakan kesehatannya serta
berkonsultasi dengan ahli gizi secara gratis. Sambil menunggu giliran, peserta
bisa berfoto dulu di photo booth. Hasil pemeriksaan saya, seperti berat badan,
tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), rangka otot, persen lemak, dll, maka
ahli gizi menyarankan saya untuk lebih banyak lagi bergerak aka olahraga, hihi
*tutup muka pake mouse XD. Baiklah,
mulai saat ini saya musti rajin olahraga nih :D Abaikan masalah kesehatan saya
ini ya, berat soalnya, biar saya saja, wkwkwk.
Bpk. Arif |
Tak
berapa lama kemudian talkshow pun dimulai, diawali dengan sambutan dari Bapak
Arif Mujahidin, selaku Corporate Communication Director Danone Indonesia.
Menurut Bapak Arif, pentingnya pemberian nutrisi di periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan ini mungkin sudah sering didengar. Namun isu ini memang sebaiknya
terus digaungkan mengingat semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan,
serta masih banyaknya permasalahan yang menyangkut 1000 HPK ini di Indonesia.
Dalam
presentasinya, Prof. Endang mengatakan bahwa pada 8 minggu pertama masa
kehamilan, merupakan masa yang sangat kritis, karena pada masa itulah kumpulan
sel-sel yang ada di dalam rahim akan berubah menjadi cikal bakal organ-organ
tubuh, mulai dari otot tulang, otak, jantung, ginjal, dll. Nah, kebanyakan
wanita baru mengetahui mereka hamil setelah lewat masa 8 minggu tersebut. Makanya,
sebelum hamil dianjurkan bagi seorang ibu sudah menerapkan pola makan gizi
seimbang, agar tidak sampai kelewatan masa kritis ini.
Prof. Endang |
“Setelah
lahirpun, walau semua organ sudah terbentuk sempurna, tapi masih perlu
pematangan, terutama pada dua tahun pertama setelah kelahirannya. Semua organ
yang menjadi tinggi badan, otak yang mempengaruhi kecerdasan, yang menjadi jantung
dan ginjal, yang berpengaruh pada penyakit-penyakit tertentu, itu terbentuk
pada 2 minggu pertama kehidupan, dan disempurnakan pada minggu-minggu berikutnya,
dan dimatangkan pada 2 tahun pasca kelahiran,” papar Prof. Endang.
Jika
periode 1000 HPK ini tidak dilalui dengan baik, maka akibatnya terhadap
kecerdasan dan kesehatannya akan bersifat permanen. Akan sulit untuk
memperbaikinya, dan ini akan berpengaruh pada 2 generasi berikutnya. Akibat
jangka panjang dari kurangnya gizi di 1000 HPK ini diantaranya adalah
kecerdasannya yang rendah, stunting atau tumbuh pendek dari ukuran normal, sert
berisiko tinggi menderita Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti diabetes,
penyakit jantung, stroke, dan hipertensi. Sedangkan dampak jangka pendek dari
gizi kurang baik di 1000 HPK ini adalah perkembangan otak yang tidak optimal,
pertumbuhan janin yang tidak sempurna, serta terganggunya program metabolisme
tubuhnya.
Menurut
Prof. Endang lagi, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dengan jumlah balita
stunting terbanyak di dunia. Jadi kalau diibaratkan 4 dari 10 anak balita
Indonesia itu menderita stunting. Stunting terjadi akibat gangguan atau
hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh, sehingga tubuh tumbuhnya
lebih pendek dari standar usianya. Status gizi anak yang kurang baik, seperti kurangnya
asupan adekuat, makanan yang kurang higienis, keamanan pangan yang dikonsumsi
(seperti mengandung pengawet, dll), pola asuh yang salah, serta seringnya anak terkena
penyakit, merupakan beberapa penyebab anak tumbuh stunting.
“Status
gizi itu membutuhkan peran kita semua. Tidak cukup hanya tenaga kesehatan dan
pemerintah saja, tapi semua masyarakat bisa berperan. Pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat dipengaruhi
oleh ibunya. Makanya saat ini pemerintah merekomendasikan program-program untuk
remaja putri, agar jangan sampai anemia dan kurus, agar nantinya saat hamil,
bayinya mendapatkan zat gizi yang cukup dari ibunya,” jelas Prof. Endang.
Upaya
yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan selalu menjaga
asupan adekuat yang bergizi seimbang, mulai dari ibu pra-hamil. Bukan dari masa
pra-hamil saja sebenarnya, tapi sejak masih remaja, hingga jadi calon
pengantin. Upayakan agar tidak hamil di usia yang masih remaja, karena pada masa
itu pertumbuhannya masih belum selesai (seperti tinggi badan dan panggul).
Selalu terapkan pola makan bergizi seimbang, pola hidup bersih dan sehat, jaga agar
status gizi tetap baik, serta upayakan agar tubuh tidak terkena anemia.
Nah,
untuk ibu hamil, jaga agar makan bumil adekuat dengan gizi seimbang, memiliki
pertambahan berat badan yang baik selama hamil, serta rutin cek kesehatan untuk
mendeteksi dan mencegah diri dari penyakit bumil. Khusus untuk bayi usia 0-6
bulan, berikan ASI Eksklusif, dan upayakan tidak terkena penyakit infeksi.
Caranya adalah dengan memberikan imunisasi lengkap, serta menjaga kebersihan
bayi dan pengasuhnya. Jika bayi sudah lewat usia 6 bulan, berikan MPASI, dengan
tetap memberikan ASI hingga menginjak usia 24 bulan.
Apasih
Gizi Seimbang itu? Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat gizi, dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman makanan, aktivitas fisik, perilaku
hidup bersih, serta mempertahankan berat badan normal, untuk mencegah gizi
kurang dan gizi lebih. Hal ini diutarakan oleh DR. Tirta Prawita Sari, MSc,
SpGK dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), atau yang kerap
disapa DR. Wita.
Jika
dulu kita (baca: saya :D) mengenal konsep 4 sehat 5 sempurna, maka saat ini
pemerintah menerapkan konsep Gizi Seimbang. Apa yang membedakan kedua konsep
ini? Pada konsep 4 Sehat 5 Sempurna hanya
menekankan pada jenis bahan pangan , yaitu nasi, lauk pauk, sayuran,
buah, dan susu. Sedangkan pada konsep Gizi Seimbang, lebih menekankan pada
keanekaragaman makanan dalam jumlah dan proporsi tertentu, serta upaya menjaga
status gizi normal. Ada penambahan air putih, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
dan aktivitas fisik pada konsep Gizi Seimbang.
DR. Wita |
“Di
dalam Gizi Seimbang ada 4 pilar, yaitu mengkonsumsi beranekaragam pangan,
perilahu hidup bersih dan sehat, melakukan aktivitas fisik, dan memantau berat
badan normal, karena berat badan adalah indikator bagi kita untuk makan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika tubuh kita besar, berarti kita
makan melebihi apa yang dibutuhkan tubuh, Jika terlalu kurus, berarti kita
makan kurang dari apa yang dibutuhkan tubuh,” ungkap DR. Wita.
Jadi
jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh itu bervariasi, dan tidak sama satu
dengan yang lainnya. Ini disesuaikan dengan kelompok umur dan status gizi
seseorang. Yang penting diperhatikan saat makan adalah memastikan untuk mencuci
tangan terlebih dulu, membatasi konsumsi gula, garam, dan minyak, serta
mengatur proporsi bahan makanan dalam piring makan, dengan menggunakan konsep
Piring Makanku, yaitu setengah piring berisi sayur dan buah beraneka jenis dan
warna, seperempat piring berupa protein baik hewani dan nabati (seperti ayam,
daging, ikan, telur, tempe dan kacang-kacangan), dan seperempatnya lagi berupa
karbohidrat kompleks (seperti beras atau biji-bijian). Oya, lalu jangan lupa
untuk minum air putih sesuai kebutuhan tubuh ya :)
“Pada
dasarnya ibu hamil dan ibu menyusui membutuhkan tambahan energi sebesar 180 kilo
kalori pada trimester pertama kehamilannya. Lalu 300 kilo kalori pada trimester
kedua dan ketiga, serta 400 kilo kalori pada periode menyusui. Juga tambahan 20
gram ekstra protein. Yang tidak kalah pentingnya untuk bumil dan busui adalah
zat besi dan asam folat, karena keduanya sangat dibutuhkan dalam metabolisme
dan pertumbuhan sel tubuh. Zat besi yang bersumber dari makanan yang berasal
dari hewani lebih cepat dan lebih banyak diserap oleh tubuh dibandingkan dari
yang bersumber dari tumbuhan,” ujar DR. Wita lagi.
dr. Anie |
Untuk
anak yang sudah berusia lebih dari 6 bulan, sebaiknya diberikan MPASI, karena
ASI saja sudah tidak lagi bisa mencukupi kebutuhan gizinya. Biji-bijian/ umbi-umbian,
produk susu, telur, kacang polong/ kacang-kacangan, lauk pauk, sayur dan buah
yang kaya vitamin, serta produk sayur dan buah lainnya bisa diberikan sebagai bahan
MPASI pada anak. Setidak-tidaknya 4 dari 7 bahan makanan ini harus ada dalam
MPASI anak. “Energi adalah bagian yang tersulit dipenuhi dalam MPASI,” tutur
dr. Anie.
Tips
untuk membuat atau memberikan MPASI menurut DR. dr. Yustina Anie Indriastuti,
MSc, SpGK atau yang akrab disapa dr. Anie :
- Ambillah
sesuai kebutuhan, bisa dipanaskan dengan microwave atau dikukus sebentar
seperti ASI.
- Suapi
anak sedikit demi sedikit, sampai habis.
- Bila
tidak habis, langsung dibuang, jangan disimpan.
- Berilah
anak minum air putih untuk membersihkan sisa makanan.
- Setiap
pagi dan sore bersihkan mulut (gosok gigi).
Pemberian
MPASI pada anak usia 6-8 bulan bisa diberikan 2 kali sehari plus ASI, untuk
anak usia 9-23 bulan diberikan 3 kali sehari plus ASI, dan untuk anak yang
tidak mendapatkan ASI usia 6-23 bulan bisa diberikan 4 kali sehari. Berikan
anak jadwal makanan yang teratur, setiap hari 3 kali makanan utama, ditambahkan
dengan 2-3 kali makanan selingan/ snack.
Protein hewani merupakan bahan makanan yang sebaiknya selalu ada dalam MPASI.
Begitupun pemberian lemak dan minyak, yang penting untuk meningkatkan energi dense
dari MPASI, tanpa penambahan volume.
Diskusi
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, serta cooking demo dari Mba Tria, yang
merupakan pemenang Kreasi Resep Produk Danone. Mba Tria mendemokan kreasi
minuman yang dimenangkannya. Selanjutnya cooking demo bersama Chef Yuda
Bustara. Chef Yuda mempraktekkan cara membuat Ikan Salmon Tauco dan Green Juice.
Kreasi minuman menggunakan produk Danone oleh Mba Tria |
Cooking demo bersama Chef Yuda |
Foto-foto : Pribadi
0 comments