Sering
mengalami kesemutan? Atau kebas dan kram di salah satu anggota tubuh? Saya
pernah, misalnya saat duduk lama dengan posisi kaki bersila. Biasanya kaki saya
akan kesemutan. Meregangkan kaki saat bangun tidur pun kadang membuat kaki saya
kram atau naik betis kalau orang Melayu bilang. Kondisi ini saya sampaikan juga
pada saat melakukan pengecekan risiko neuropati di acara Diskusi Mengenai
Neurotropik dan Studi Klinis Terbaru NENOIN, di Hotel Borobudur Jakarta pada hari Jumat, 16 Maret 2018
kemarin.
Diskusi mengenai neuropati dan vitamin neurotropik |
Selain
mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gejala neuropati dan
riwayat penyakit yang mungkin saya alami, tenaga kesehatan yang memeriksa saya
juga melakukan beberapa tes fisik, seperti mengetuk bagian lutut saya dengan
palu karet dan tes menggunakan garpu tala. Hasilnya alhamdulillah, saya tidak
berisiko neuropati. Lalu bagaimana dengan gejala yang saya alami? Apakah ini
bisa jadi gejala neuropati? Sebenarnya apasih neuropati ini?
Neuropati
atau saraf tepi adalah kerusakan saraf yang disebabkan penyakit, gaya hidup,
trauma atau komplikasi dari suatu penyakit. Gejala dari penyakit neuropati ini
diantaranya adalah anggota tubuh yang terasa kebas, kram, kesemutan, kelemahan
otot, rasa sakit seperti terbakar, meningkatnya sensitivitas terhadap sentuhan,
berkurangnya kepekaan terhadap rasa sakit, dan kehilangan sensasi. Gaya hidup
yang tidak sehat menjadi salah satu penyebab terjadinya neuropati. Selain itu
faktor usia, aktivitas yang sering dilakukan berulang-ulang, menderita
diabetes, menderita hemodialisa, serta kekurangan vitamin B1, B6, dan B12
(vitamin neurotropik) juga menjadi penyebab seseorang bisa berisiko terkena
neuropati.
Vitamin
B1 berfungsi sebagai sumber energi bagi saraf, vitamin B6 untuk meningkatkan
transmisi saraf, dan vitamin B12 berguna untuk memulihkan dan menjaga sel saraf
dari kerusakan. Nah, setiap vitamin B ini ternyata terbukti dapat memperbaiki
kerusakan sel saraf tepi lho! Makanya kombinasi ketiga vitamin B ini sering
disebut sebagai vitamin neurotropik. Pernyataan ini bukan sekedar dugaan
belaka, namun sudah dilakukan penelitian atau studi klinis terkait vitamin neurotropik
ini.
Studi
klinis mengenai kesehatan saraf tepi yang dilakukan oleh PERDOSSI dengan dukungan PT. Merck, Tbk ini disebut Studi Klinis NENOIN 2018. NENOIN merupakan
singkatan dari Neurobion Non Interventional. Menurut dr. Manfaluthy Hakim,
Sp.S(K), selaku Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI
Pusat, mengkonsumsi vitamin neurotropik menunjukkan hasil yang baik terhadap
gejala neuropati, bahkan mulai terlihat pada minggu kedua setelah pemakaian
secara rutin. 12 minggu setelahnya ditemukan bahwa kualitas hidup responden
makin meningkat, karena gejala neuropatinya yang mulai berkurang.
dr. Manfaluthy |
“Setiap
gangguan fungsi saraf akan menimbulkan gejala, mulai dari rasa kesemutan, baal
atau kebas, kram, hingga mengalami kelumpuhan. Ini menunjukkan tingkat
kerusakan dari sarafnya. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengobati hal ini? Ada
dua cara untuk mengobatinya, yaitu dengan cara menghilangkan gejalanya, atau
dengan cara mengobati penyebabnya. Dari Studi Klinis NENOIN 2018 ini dihasilkan
bahwa vitamin neurotropik yaitu kombinasi vitamin B1, B6, dan B12 dapat
mencegah dan juga mengurangi gejala kerusakan saraf tepi yang dialami oleh
responden. Pemberian vitamin neurotropik ini diterima dengan baik oleh tubuh
responden, tanpa ada efek samping yang bermakna,” papar dr. Manfaluthy.
Informasi
lengkap mengenai vitamin neurotropik kemudian disampaikan oleh Prof. Dr. Rima
Obeid dari Saarland University Hospital, Jerman. Prof. Rima merupakan seorang
pakar vitamin yang telah banyak melakukan riset mengenai vitamin B. Menurut
beliau vitamin B memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita.
Prof. Rima |
“Vitamin
B12 adalah vitamin yang mudah larut dalam air. Kekurangan vitamin B12 ini bisa
terjadi pada mereka yang kurang atau tidak mengkonsumi makanan yang bersumber
dari hewani, karena vitamin B12 banyak terdapat pada daging. Selain itu bisa
juga terjadi pada mereka yang menderita penyakit tertentu, serta pada orang
berusia lanjut karena tubuhnya yang sulit mengabsorsi vitamin B12,” jelas Prof.
Rima.
Vitamin
B12 sangat penting bagi metabolisme, menghasilkan energi, dan juga pembentukan
DNA di dalam tubuh kita. Orang yang kekurangan vitamin B12 dapat terganggu kesehatannya, hingga mengalami penyakit yang cukup parah, dan jarang yang bisa survive. Antara vitamin B1, B6, dan B12 tersebut saling mendukung.
Tubuh kita tidak akan dapat menggunakan asam folat dengan maksimal jika tidak
ada vitamin B12. Kehadiran vitamin B12 menjadi penunjang bagi vitamin-vitamin
lainnya.
Metabolisme
atau fungsi saraf juga sangat dipengaruhi dengan adanya vitamin B12 dalam tubuh.
Sehingga gangguan kesehatan yang sering terjadi jika tubuh kekurangan vitamin B12
biasanya adalah pada otak, seperti depresi, gangguan mood, dan demensia. Selain itu juga terjadi gangguan saat
pembentukan sel darah merah, seperti anemia. Kekurangan vitamin B12 pada ibu
hamil dan ibu menyusui bisa berdampak pada anaknya. Anak bisa mengalami
gangguan fungsi kognitif dan juga gangguan kesehatan lainnya. Sedangkan
kekurangan vitamin B12 yang terjadi pada pasien diabetes, maka fungsi lever-nya
pun akan terganggu, yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi
metabolisme lemak di dalam tubuh.
Selain
vitamin B12, vitamin B1 dan vitamin B6 pun memiliki banyak manfaat bagi tubuh.
Namun kombinasi ketiga vitamin B ini sangat diperlukan, karena vitamin ini
dengan fungsinya masing-masing, saling mendukung satu sama lainnya, misalnya efek
anti peradangan, efek anti nyeri, dan juga dapat memperbaiki fungsi saraf. Mengkonsumsi
vitamin B1, B6, dan B12 secara bersamaan dalam kombinasi vitamin neurotropik,
aplikasinya lebih tinggi, bahkan dapat memperbaiki kerusakan yang terjadi sel
saraf tepi.
PT.
Merck, Tbk yang berkomitmen untuk terus memberikan edukasi dan juga solusi
mengenai neuropati pada masyarakat luas, ikut berpatisipasi dalam studi klinis
NENOIN 2018 melalui produk Neurobion. Holger Guenzel, Direktur Divisi Consumer
Health PT. Merck, Tbk mengatakan bahwa sejak tahun 2012 Merck, PERDOSSI, dan media partner sudah bekerjasama untuk bisa mengenalkan neuropati pada
masyarakat Indonesia. Masih banyak masyarakat yang belum tahu dan aware mengenai neuropati ini.
Mr. Holger |
“Sejak
kerjasama ini, awareness masyarakat
pun mulai meningkat. Namun tentu saja perjalanan ini terus dilanjutkan agar
masyarakat makin peduli mengenai neuropati. Hari ini ada beberapa pembicara
yang nanti akan menjelaskan mengenai neuropati, bagaimana cara pencegahan dan juga
mengatasinya,” ujar Mr. Holger.
Ibu
Anie Rachmayani, Associate Director Marketing Consumer Health Division PT.
Merck, Tbk kemudian menjelaskan lebih lanjut mengenai solusi dan juga kampanye
yang dilakukan Merck sejak tahun 2014 untuk #LawanNeuropati di Indonesia. Tiap
tahunnya Merck selalu mengangkat tema yang berhubungan dengan neuropati. Pada
tahun 2014 dimulai dengan tema “Waspadai Gaya Hidup Neuropati”, tahun 2015
dengan “Latih Sarafmu, Kurangi Risiko Neuropati”, dan pada tahun 2016 hingga
sekarang barulah dengan tema yang sama, yaitu #LawanNeuropati.
Ibu Anie |
“Untuk
tahun 2018 ini kita kedepankan mengenai solusi dari neuropati, yaitu dengan
Kampanye Terintegrasi #LawanNeuropati. Tahun lalu kami bekerjasama dengan
PERDOSSI melakukan kampanye, didukung juga oleh Kemenkes, Menpora, dan Pemprov
DKI, dan melibatkan masyarakat luas. Kita melakukan senam kesehatan saraf, serta konsultasi dan pengecekan kesehatan saraf,” jelas Ibu Anie.
Kampanye
ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat untuk hidup sehat
lebih lama, dengan melakukan pencegahan dan deteksi dini neuropati. Dalam
kampanye ini masyarakat diberikan edukasi mengenai neuropati agar tingkat kesadaran
masyarakat semakin tinggi. Studi Klinis Non Intervensi (NENOIN) 2018 merupakan
salah satu wujud komitmen Merck untuk edukasi neuropati ini. Bantuan yang
diberikan Merck adalah dalam bentuk dukungan agar penelitian ini bisa terlaksana
dengan baik.
Nah,
penjelasan dari para pakar tadi bisa diartikan kalau saya bisa saja terkena neuropati
jika tidak melakukan gaya hidup sehat dalam keseharian, atau melakukan gerakan
berulang-ulang tanpa disertai dengan break
sejenak untuk membuat otot rileks dan melancarkan peredaran darah. Mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang, seperti protein hewani yang kaya akan vitamin B, buah
dan sayur, serta olahraga dan tidur yang cukup, juga dapat membantu tubuh agar
bisa melakukan fungsinya dengan baik dan optimal. Jika sudah terlanjur terkena
neuropati, mengkonsumsi vitamin neurotropik bisa menjadi salah satu solusi
terbaik untuk mengurangi gejala neuropati yang dirasakan, dan bahkan mungkin
bisa juga mengobatinya :)
Foto-foto : Pribadi
2 comments