Manfaat Menulis di Atas Kertas bagi Tumbuh Kembang Anak
By Dewi Sulistiawaty - Mei 10, 2018
Adikku pernah curhat mengenai
nilai ulangan anaknya yang rendah. Nilainya rendah bukan karena nggak bisa
menjawab soal-soal, tapi karena gurunya yang nggak bisa membaca tulisan anaknya.
Karena ketika ditanya langsung, anaknya bisa menjawab soal tersebut dengan
benar. Adikku memang tidak menyalahkan gurunya (yang nggak bisa membaca jawaban
anaknya), karena tulisan anaknya memang “cakar ayam” menurutnya, dan dia
sendiri pun sering kesulitan membaca tulisan tangan anaknya.
Keponakanku itu memang anak zaman now yang lekat banget dengan gadget. Paling males diminta menulis di atas kertas, dengan alasan tangannya capek, pegal, dan setumpuk alasan lainnya. Makanya tulisan tangannya begitu, “berliku-liku macam aliran sungai” XD Adikku pun udah berupaya bagaimana caranya mengajak anaknya ini agar suka menulis, tapi masih belum berhasil. Memang rada susah juga ya kalau nggak tau trik dan tip agar anak jadi senang menulis. Apalagi saat saya mendapatkan informasi bahwa menulis tangan ternyata bermanfaat juga bagi tumbuh kembang anak.
Talkshow SiDU Membangun Generasi Cerdas Indonesia Melalui Kebiasaan Menulis |
Oya, nanti akan saya tuliskan
bagaimana Fayana bisa begitu senang dan semangatnya menulis hingga saat ini
bisa mengeluarkan 42 buku ya. Karena selain Fayana, juga hadir Ibu Nurman
Siagian, seorang Pakar Edukasi Anak, Ibu Melly Kiong, seorang Praktisi Mindful
Parenting dan Penulis beberapa buku parenting best seller, serta Bapak Martin Jimi, selaku Consumer Domestic
Business Head SiDU.
Talkshow ini adalah rangkaian dari
program ‘Ayo Menulis Bersama SiDU’ yang digagas oleh Asia Pulp & Paper (APP)
Sinar Mas melalui produk buku tulis SiDU. Program ‘Ayo Menulis Bersama SiDU!’ merupakan
sebuah gerakan nasional yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan menulis
dengan tangan. Yah, menulis di atas kertas sudah mulai ditinggalkan (khususnya oleh generasi
milenial) sejak kehadiran perangkat digital yang menawarkan kemudahan dengan
berbagai aplikasi yang dapat menunjang segala
aktivitas penggunanya.
Ibu Nurman |
Kemendikbud juga pernah melakukan
riset yang disebut AKSI (Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia) yang hasilnya
adalah kompetensi rata-rata nasional hanya 27%. Ini menunjukan bahwa 73%-nya masih
dalam kategori kurang. Apa yang menyebabkan kompetensi anak-anak di Indonesia masih
rendah ya? Menurut Ibu Nurman, ini mungkin disebabkan oleh pemahaman anak-anak terhadap
apa yang dipelajarinya masih rendah, serta cara menyampaikan argumen yang juga kurang.
Orangtua, guru, dan mitra
pendidikan lainnya mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kompetensi
anak. Mirisnya, berdasarkan studi yang dilakukan Kemendikbud, ternyata
kompetensi guru di Indonesia juga sangat rendah, yaitu hanya 44,5, dengan angka
idealnya adalah 70. Kebanyakan guru di Indonesia mengalami kesulitan dalam
menulis rencana pelaksanaan pembelajarannya. Biasanya guru ini tinggal copy paste apa yang sudah ada dalam
kurikulum nasional tanpa diproses lagi untuk disesuaikan dengan kebutuhan anak
didiknya. Tentu saja kondisi guru ini mempengaruhi kemampuan siswanya, karena
gurunya sendiri tidak mengerjakannya dengan baik.
Untuk itu orangtua atau keluarga
sebaiknya jangan hanya mengandalkan guru saja, tapi juga memberikan dukungan di
rumah. Sebagai orangtua mestinya ikut terlibat dalam meningkatkan kompetensi
anak-anaknya. Kompetensi anak tidak hanya dilihat dari nilai akademik atau
kognitifnya saja, namun juga dari sisi karakternya. Nah, salah satu cara untuk
membentuk karakter pada anak adalah dengan menumbuhkan kebiasaan menulis.
Ibu Melly |
Selain mengasah daya ingat,
menulis tangan juga dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi. Salah
satu cara untuk meningkatkan komunikasi antara dirinya dan anaknya, Ibu Melly
menerapkan metode ‘Mocil’ atau Memo Kecil di rumah. Misalnya dengan menyelipkan
Mocil di lunch box si kecil agar
makanannya dihabiskan. Tentu saja tulisan di memo dibikin yang lucu dan semenarik
mungkin agar anak tidak bosan, contohnya di bawah memo di selipkan teka teki
lucu. Yang pasti ini dibutuhkan komitmen dari orangtua hingga anak-anaknya terbiasa
menulis. Jika disimpulkan ada 3 manfaat yang didapatkan dari menulis, yaitu meningkatkan
daya ingat, makin kreatif, dan cerdas.
Kebiasaan menulis sebaiknya
diajarkan pada anak sejak usia dini. Tentu saja membiasakan menulis pada anak
ini mesti dengan cara yang menyenangkan, agar anak tidak merasa ‘dipaksa’ untuk
melakukannya. Terkadang dari tulisan-tulisan kecil yang ditulis anak, orangtua
dapat melihat bakat terpendam yang ada pada si kecil. Misalnya Najwa, yang
ternyata suka menggambar. Kemampuan menggambarnya terus meningkat dari waktu ke
waktu secara otodidak. Najwa menuangkan ide, kreativitas, dan imajinasinya
di atas kertas. Beberapa kali ia membuat komik versinya lalu mengumpulkan
menjadi sebuah buku kecil. Tak lupa ia membuat sendiri cover untuk komiknya
tersebut :D Alhamdulillah, bakatnya ini diimbangi juga dengan kemampuannya
dalam menerima pelajaran di sekolah (walaupun ia sering bilang lebih suka sains
daripada math XD)
Melihat betapa masih rendahnya tingkat
kompetensi anak di Indonesia inilah yang menjadi dasar bagi APP Sinar Mas
melalui produknya SiDU, untuk bisa berpatisipasi meningkatkan angka tersebut
dengan menggelar sebuah gerakan nasional, yang disebut “Ayo Menulis Bersama
SiDU!” Gerakan ini sudah digelar sejak bulan April 2018 kemarin, dengan melibatkan
20 ribu siswa dari 100 sekolah dasar yang ada di wilayah Jabodetabek.
Buku "Ayo Menulis Bersama SiDU" |
Bapak Martin |
Nah, sekarang saya akan membahas
mengenai Fayana, si kecil (atau remaja ya :D) yang sudah menerbitkan 42 buku,
dan memperoleh penghargaan Tunas Muda Pemimpin Indonesia dari Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kesukaan Fayana menulis bermula
dari hobinya membaca. Sejak usia 1 tahun, orangtua Fayana sering membacakan
buku cerita untuk Fayana. Dari situlah Fayana senang membaca buku. Saat berusia
7 tahun Fayana mulai hobi menulis cerita-cerita pendek di buku tulis.
Di usianya
yang ke-8 tahun, Fayana mendapatkan tawaran untuk ikut sebuah lomba menulis.
Walaupun awalnya ia kurang pede dan niatnya cuma iseng karena melihat lawannya
adalah anak yang usianya lebih besar dari dirinya, namun ternyata Fayana mampu
meraih juara 2 dalam lomba tersebut. Itulah yang menjadi buku pertama bagi Fayana.
Fayana |
Menulis itu berbeda dengan
mengetik. Menulis di atas kertas dapat merangsang perkembangan motorik halus pada anak, dan
ada proses yang harus dilalui saat belajar menulis huruf dengan baik dan bagus.
Dengan begitu, menulis di atas dapat meningkatkan daya ingat anak terhadap
huruf-huruf yang telah ditulis dan dipelajarinya. Daya kreativitasnya pun akan terus
terasah karena anak ingin menampilkan tulisan yang lebih bagus lagi, ia
termotivasi untuk mengeluarkan ide-ide dan imajinasinya dalam tulisan. Ini
tentu saja berpengaruh pada tingkat kecerdasannya. Hayuk jadikan anak kita
generasi yang cerdas, salah satu caranya adalah melalui kebiasaan menulis di atas kertas :)
Foto : Pribadi
0 comments