Upaya Memacu Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia
By Dewi Sulistiawaty - Mei 21, 2018
Indonesia merupakan negara dengan
mayoritas penduduknya beragama Islam. Hampir semua penduduk muslim Indonesia
menjalankan aktivitasnya berdasarkan kaidah Islam, mulai dari makanan, fashion, gaya hidup, dan juga kegiatan ekonomi
lainnya. Dengan begitu sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan
ekonomi syariahnya. Entah mengapa, sepertinya potensi ini belum terlihat atau
mungkin belum dikembangkan dengan baik, sehingga belum termanfaatkan secara
maksimal.
Ini bisa dilihat dari hasil
Survei Nasional dan Inklusi Keuangan 2016 yang dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) beberapa waktu lalu, bahwa tingkat inklusi keuangan syariah di
Indonesia baru sekitar 11.06%. Angka ini menunjukkan bahwa dari 100 orang, baru
11 orang yang menggunakan layanan keuangan syariah. Sedangkan untuk inklusi
keuangan non-bank, seperti asuransi syariah masih 1,92%. Sangat kontras jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Ini tentu
menjadi pertanyaan kita semua. Mengapa tingkat inklusinya masih sangat rendah.
Apa yang perlu dibenahi untuk memacu pertumbuhan inklusi keuangan syariah di
Indonesia?
Melihat hal ini, Republika
sebagai salah satu media nasional berkeinginan untuk membantu mencarikan solusi, bagaimana caranya meningkatkan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Salah
satu cara yang ditempuh adalah dengan mengumpulkan para tokoh ekonomi syariah
dan juga pemerintah, dalam gelaran dialog bertajuk Rembuk Republik “Memacu
Inklusi Keuangan Syariah”. Kegiatan ini berlangsung di Hotel JS Luwansa, Jakarta pada hari Senin,
14 Mei 2018 lalu. Dengan menggandeng, OJK, Bappenas, dan Prudential Indonesia sebuah
perusahaan jasa asuransi terbesar di Indonesia, Republika menghadirkan beberapa
narasumber yang kompeten di bidangnya.
Rembuk Republik |
Dalam sambutannya Menteri Bambang
menyampaikan bahwa sebagai Kepala Bappenas, beliau pun menjabat sebagai sekretaris
di Dewan Pengarah KNKS. Menurut beliau upaya bersama semua pihak untuk
memperkuat inklusi keuangan syariah tentu dapat memperkuat ekonomi syariah di
Indonesia. Walaupun indeks inklusi keuangan syariah di Indonesia terbilang
rendah, namun angka ini perlahan tumbuh secara stabil. Negara kita pun memiliki
jumlah lembaga keuangan syariah terbanyak, diantaranya ada 34 bank syariah, 58
operator takaful, 7 modal ventura, dan 5000 koperasi syariah.
Menteri Bambang |
Untuk memacu inklusi keuangan
syariah, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan, diantaranya Peraturan
Presiden No.82 tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif,
peluncuran masterplan arsitektur
keuangan syariah Indonesia, serta peluncuran Komite Nasional Keuangan Syariah
(KNKS). Adapun manfaat dari keuangan
yang inklusif adalah untuk dapat meningkatkan effisiensi ekonomi, mendukung
stabilitas sistem keuangan, mengurangi shadow banking, mendukung pendalaman
pasar keuangan, memberi potensi pasar baru perbankan, mendukung peningkatan
HDI, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, dan secara tidak langsung dapat
mengurangi kesenjangan.
Sedangkan Wakil Pemimpin Redaksi
Republika, Bapak Nur Hasan Murtiaji saat membuka acara mengatakan bahwa Republika
ingin memberikan berita atau konten-konten yang positif serta dapat menginspirasi
pembacanya, baik itu di media digital maupun di media cetaknya. Tidak cukup hanya
dengan menyebarkan konten di media saja, Republika pun merasa perlu untuk
melakukan kegiatan atau aktivasi secara off-air,
salah satunya seperti kegiatan Rembuk Republik. Kegiatan ini bertujuan untuk
melayani dan memberikan daya tambah pada masyarakat.
Bpk Nur Hasan |
Rencananya dalam acara Rembuk
Republik ini juga menghadirkan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ketua Umum MUI Ma’ruf
Amin. Namun karena beliau berdua berhalangan hadir, maka tanggapan beliau
mengenai acara dan juga keuangan syariah di Indonesia diberikan dalam bentuk testimoni
melalui video, yang ditampilkan pada saat acara tersebut.
Video testimoni Bapak Jusuf Kalla |
Bpk Boedi |
Pertumbuhan ini didukung dengan
total aset keuangan syariah Indonesia, yang tercatat sebesar 1.118 triliun
rupiah pada per 28 Februari 2018, atau setara dengan 8,22% aset keuangan
Indonesia secara keseluruhan, dan ini belum termasuk saham syariah. Pangsa
pasar yang dimaksud terdiri atas 14,16% instrumen pasar modal syariah, 5,8%
industri perbankan syariah, dan 4,89% aset yang terdapat pada industri keuangan
non-bank syariah. Pada sektor industri keuangan non-bank syariah sendiri
terdiri dari asuransi syariah, pembiayaan syariah, dan lembaga keuangan mikro
syariah, termasuk di dalamnya bank wakaf mikro dan industri fintech syariah.
OJK sendiri berupaya untuk
mendorong pembentukan Bank Wakaf Mikro di berbagai daerah, dengan mengikut
sertakan peran tokoh panutan masyarakat, seperti tokoh pemangku pesantren,
dibantu oleh para donator dalam bentuk bantuan dana melalui Lembaga Amil Zakat
Nasional (Laznas). Tujuan utama pembentukan Bank Wakaf Mikro dengan platform
lembaga keuangan mikro syariah adalah untuk menyediakan akses pembiayaan tanpa
agunan bagi masyarakat. Selain itu, untuk memperluas akses keuangan syariah di
masyarakat, OJK menganggap fintech
juga memegang peranan yang besar dalam meningkatkan indeks inklusi keuangan syariah
Indonesia.
Sesi dialog dalam Rembuk Republik |
Bpk Karim |
Bapak Karim mengungkapkan lagi
bahwa inklusi keuangan syariah bukan cuma berarti fintech, serta mereka yang anti riba diajak untuk ikut ke keuangan
syariah, namun harus didasari oleh filosofi equal
opportunities dan equal resources,
yaitu memiliki kesempatan dan sumber daya yang sama untuk semua.
Ada dua pendekatan yang bisa
dilakukan untuk inklusi keuangan, diantaranya yang pertama untuk memberikan
akses yang sama pada semua, sedangkan yang kedua dengan membedakan mana yang mampu
dengan yang tidak mampu (marginal),
dimana yang tidak mampu diberikan banyak kemudahan (affirmative policy). Kekeliruan dalam memilih pendekatan ini akan
mengakibatkan makin besarnya orang yang tidak mau ikut dalam inklusi keuangan.
Sebagai salah satu asuransi
syariah yang ada di Indonesia, PRUlink Syariah sudah hadir lebih dari 10 tahun
di Indonesia, dengan total aset 9,9 triliun rupiah per Desember 2017. Angka ini
terus tumbuh seiring dengan bertambahnya angka peserta baru sekitar 14% nya.
Prudential Indonesia juga memiliki lebih dari 100 ribu agen berlisensi syariah yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Mr. Jens |
PRUlink Syariah dengan
kampanyenya Syariah untuk Semua, fokus menyasar pada generasi milenial agar
lebih aware dalam berinvestasi,
karena dilihat masih kurangnya minat generasi zaman now terhadap investasi, termasuk asuransi. Gaya hidup halal yang
mulai jadi tren di masyarakat, baik itu untuk fashion, makanan, kosmetik, travel atau umroh, dan tentu juga
keuangan syariah. Fenomena ini menjadi perhatian bagi PRUlink Syariah. Untuk
mempermudah nasabahnya, PRUlink Syariah terus beinovasi dan meningkatkan
layanannya.
Untuk meningkatkan inklusi
keuangan syariah, Prudential Indonesia terus berupaya untuk
mengedukasi, memberikan pelatihan, juga pengembangan terhadap staf dan tenaga
pemasarnya, melakukan kerjasama atau kemitraan dengan stakeholder lainnya,
serta untuk mempromosikan serta mengedukasi konsep syariah pada masyarakat, Prudential
Indonesia terbantu dengan rekan media, baik yang digital maupun konvensional.
Bpk Irfan |
Syariah bukan hanya untuk muslim
saja, karena syariah bisa berlaku untuk semua kalangan. Salah satu cara untuk
memacu inklusi keuangan syariah adalah dengan bersinergi, bersama-sama
mengedukasi kebaikan produk dan layanan jasa keuangan syariah untuk menguatkan
perekonomian bangsa.
#PrudentialIndonesia #PRUlinkSyariah
Foto-foto : Pribadi
0 comments