Pernahkah kakimu mengalami
kesemutan saat duduk bersila dalam waktu yang lama? Atau anggota tubuh seperti
tangan dan kaki yang sering kram? Jika iya, sebaiknya waspada ya, karena ini
merupakan gejala awal dari neuropati. Tahu kan dengan neuropati? Sering mendengar
tapi belum begitu mengerti apa itu neuropati? Baiklah, saya akan menjelaskan
apa dan bagaimana caranya mengenali gejala neuropati.
Penjelasan lengkap mengenai
neuropati ini saya dapatkan dari dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok
Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat. Dokter yang sekaligus merupakan
seorang konsultan neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/ RSCM
menyampaikannya pada talkshow yang bertemakan “Kenali Gejala dan Dampak Fatal
Neuropati”. Acara yang diselenggarakan oleh Neurobion ini dilaksanakan pada
hari Selasa, 31 Juli 2018 di Conclave Coworking Space, Jakarta.
dr. Manfaluthy |
Menurut dr. Manfaluthy, semua
orang berisiko terkena neuropati. Bahkan 1 dari 3 orang sudah mulai mengalami
gejala neuropati sejak usia 26 hingga 30 tahun. Jadi apa sih neuropati itu? Neuropati
adalah kondisi dimana terjadi gangguan dan kerusakan pada saraf tepi. Neuropati
ini biasanya menimpa orang yang memiliki gaya hidup yang kurang sehat, serta
aktivitas yang sering dilakukan berulang-ulang. Misalnya bermain gadget,
mengendarai motor dalam jarak jauh, mengetik di komputer, dll.
Gejala neuropati yang menimpa
tiap penderita berbeda-beda, tergantung dari saraf tepi apa yang kena. Bisa
saja yang kena adalah saraf sensorik, atau saraf motorik, atau saraf otonom,
atau bisa juga campuran dari ketiganya. Namun pada umumnya gejala awal yang
bisa dirasakan adalah sering kesemutan, kebas, kram, lanjut ke tahap rasa nyeri
seperti terbakar, otot terasa kaku, kulit kering/ mengkilap, hingga mati rasa.
Nah, seringkali orang suka
mengabaikan gejala awal yang menimpanya, seperti kesemutan. Padahal bisa saja
ini akan berlanjut ke tahap yang lebih berat lagi jika tidak ditangani sedini
mungkin. Memang sih menurut dr. Manfaluthy jika baru kesemutan saja berarti
belum ada kerusakan yang terjadi pada saraf tepi, tapi itu sudah mengindikasikan
ada gangguan fungsi pada sarafnya.
Dari data yang dipaparkan oleh
dr. manfaluthy, ternyata prevalensi gejala neuropati itu cenderung lebih tinggi
terdapat di kota besar, hingga lebih dari 50% nya lho!. Wah, kenapa ya? Ini karena
masyarakat yang hidup di kota besar kebanyakan memiliki gaya hidup yang kurang
sehat. Makanan cepat saji, kurang gerak, tingginya aktivitas menggunakan
komputer dan gadget, berkendara menembus kemacetan selama berjam-jam, menggunakan
sepatu hak tinggi, menjadi penyebab risiko timbulnya gejala neuropati.
Ternyata neuropati berisiko
terjadi pada penderita diabetes, minuman beralkohol, usia lanjut, defisiensi
vitamin, khususnya vitamin B1, dan B2, gaya hidup yang tidak sehat, dan
aktivitas dengan gerakan berulang. So,
sebaiknya mulailah secara bertahap mengurangi gaya hidup yang kurang sehat, pun
jika diharuskan mengetik dalam waktu berjam-jam, sesekali istirahatkan jari
jemari dari keyboard dan lakukan gerakan yang dapat melancarkan peredaran darah
ke tangan.
Seperti yang dituturkan oleh dr. Manfaluthy,
bahwa pada awalnya penderita neuropati hanya mengalami gangguan fungsi pada
saraf tepinya tanpa ada kerusakan pada struktur. Namun jika diabaikan gejala
awal ini akan lanjut ke tahap moderate,
berupa gangguan fungsi saraf disertai kerusakan pada selubung saraf. Jika
gejala yang terjadi masih dibiarkan, maka neuropati akan lanjut pada proses severe, yaitu gangguan fungsi hati dan
disabilitas dengan kerusakan sebagian besar struktur saraf. Duh, jika sudah
begini gimana ya? :(
Bisakah neuropati ini diobati?
Kata dr. Manfaluthy hingga saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan
neuropati. Yang ada hanya obat untuk mengurangi rasa sakit dan gejala yang
terjadi. Untuk itulah penting bagi kita untuk mengenali gejala neuropati ini,
sehingga bisa dicegah sedini mungkin. Neuropati jika tidak dicegah dan
ditangani dengan tepat dapat memberikan dampak permanen pada penderitanya.
Fyi, saraf bisa melakukan regenerasi
lho! Jadi jika gejala neuropati dapat didiagnosa lebih awal, maka serabut saraf
bisa diregenerasi. Bicara neuropati, mestinya kamu pernah mendengar tentang
Neurobion kan? Atau kamu sudah mengkonsumsi vitamin neurotropik ini? Neurobion
yang sudah hadir sejak tahun 1973 ini memiliki komitmen untuk terus berinovasi
dan menjaga kualitas terbaik dari produknya.
Neurobion New Visual Identity (Source: vemale.com) |
Untuk itulah di tahun 2018 ini,
bersamaan dengan talkshow, Neurobion sekaligus meluncurkan tampilan
baru pada kemasan dan logonya. Neurobion tampil dengan warna yang lebih fresh dan modern. Logonya pun nampak
lebih unik dengan huruf N (kapital) yang di bagian dalamnya terdapat gambar
berupa dot-dot atau bulatan kecil yang saling terkoneksi. Menurut Holger
Guenzel, Direktur Divisi Consumer Health PT. Merck, Tbk logo baru ini merupakan
simbol dari kesehatan saraf.
Mr. Holger |
“Simbol saraf yang terkoneksi ini
sesuai dengan kampanye terintegrasi Neurobion, yang memberikan solusi total
bagi kesehatan saraf. Kami berkomitmen untuk mewujudkan kualitas hidup
masyarakat yang lebih baik, yang lebih sehat, dan berumur panjang,” ujar Mr. Holger.
Ibu Anie Rachmayani, selaku Head
of Marketing Consumer Health PT. Merck, Tbk menyampaikan bahwa kemasan, logo,
dan ikon baru Neurobion merupakan sebagai bagian dari komitmen Neurobion untuk
selalu memberikan inovasi dan produk terbaiknya pada masyarakat.
Ibu Anie |
Ada filosofi yang terkandung dari
simbol ikon N pada kemasan Neurobion, yaitu sebagai simbol dari ahli vitamin neurotropik
yang berkhasiat untuk meperbaiki fungsi saraf dan meningkatkan kualitas hidup,
sebagai simbol kesehatan saraf untuk mengingatkan kita betapa pentingnya
menjaga kesehatan saraf, serta sebagai simbol partner sejati untuk menjaga
kesehatan saraf.
Sedangkan menurut dr. Yoska, selaku
Medical Manager Merck Consumer Health, dengan tampilan visual Neurobion yang
baru ini tidak akan mengubah kandungan yang terdapat dalam vitamin neurotropik
Neurobion. Produk Neurobion terdiri dari 2 jenis, yaitu Neurobion Forte (pink)
dalam kemasan warna merah, dan Neurobion Putih dalam kemasan berwarna biru.
dr. Yoska |
Masing-masing memiliki fungsi, komposisi,
dan indikasi yang berbeda. Neurobion Forte berfungsi untuk mengobati neuropati
dengan gejala ringan hingga berat, maka Neurobion Putih berfungsi untuk
mencegah dan menghindari munculnya kembali gejala neuropati. Aman nggak sih
jika mengkonsumsi Neurobion dalam waktu yang lama? Menurut dr. Manfaluthy
vitamin neurotropik yang terdapat dalam Neurobion aman dikonsumsi dalam waktu
lama, karena Neurobion ini bersifat seperti vitamin. Baidewei biasakan untuk
mengikuti aturan pemakaian yang terdapat pada kemasannya ya :)
Untuk itu sebaiknya kita mengenali
gejala-gejala dari neuropati. Segeralah ke dokter jika salah satu gejala mulai terasa.
Penanganan yang cepat dan tepat dapat mencegah dampak lanjut dari neuropati.
Jagalah pola makan dan gaya hidup yang sehat dan seimbang ya. Karena gaya hidup
sehat sedikit banyak dapat mencegah agar tubuh terhindar dari berbagai macam
penyakit. Di dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat pula :)
Kemasan dan logo Neurobion resmi diluncurkan |
Foto-foto: Pribadi
0 comments