Apakah kamu punya pengalaman
dalam menembus batas keberanianmu? Oh, kamu pernah melakukan uji nyali di
tempat angker, dan berhasil? Atau kamu menerobos lampu merah, padahal ada
polantas di sana *ckck kalo ini gak perlu dicontoh ya. Mungkin banyak lagi
pengalaman lainnya yang menurutmu itu telah melampaui batas keberanianmu ya. Setiap
orang memiliki berbagai macam pengalaman yang menurutnya mereka itu menembus
batas keberaniannya, tapi menurut yang lain hal tersebut biasa saja. Nah,
begitu pun dengan pengalaman saya dalam melampaui batas keberanian yang saya
miliki.
Siapa bilang bermain di dunia
media sosial tak membawa dampak positif. Itulah yang terjadi pada saya. Kebiasaan
bermedia sosial telah menghantarkan saya untuk mengelola akun media sosial
salah satu kementerian. Bangga? Banget! Siapa sangka, di ‘usia cantik’ saya
bisa mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan dan sesuai dengan passion saya, yaitu media sosial. Itukah
pengalaman menembus batas yang ingin saya bagi? Ow, tidak, itu baru awal dari
perjalanan saya bekerja pada salah satu instansi pemerintah paling berpengaruh
di semua kementerian itu.
Usai melaksanakan tugas mengelola
akun media sosial, ternyata pekerjaan tersebut lanjut, dan saya diajak untuk bersama
dengan tim lainnya dalam mengelola majalah internal salah satu kedeputian di
kementerian tersebut. Saya pun dipercaya untuk menjadi salah satu reporter
majalah. Di sinilah keberanian saya mulai diuji. Walaupun sebagai blogger saya
sering menghadiri berbagai event lalu menuliskannya di blog. Menjadi reporter
untuk majalah pemerintahan agak berbeda. Bukan saja menghadiri event, tapi saya
juga harus bisa dan berani mewawancarai narasumber untuk majalah tersebut.
Mewawancarai? Oh, no. Itu bukanlah keahlian saya.
Jangankan mewawancarai narasumber, bicara di depan mereka saja mungkin lidah saya
bisa kelu. Bukannya kenapa, karena narasumbernya kebanyakan adaalah para
petinggi di kementerian lembaga. Apalagi saya termasuk orang yang lebih senang
bekerja di belakang layar. Menurut saya, mewawancarai merupakan pekerjaan depan
layar, wekeke. Namun karena punya teman-teman tim yang baik, saya pun di
awalnya ditemani saat wawancara, hingga kemudian terbiasa. Thank’s team! :*
Doorstop Menteri PPN waktu itu |
Itu saja? Tentu tidak, sampai
suatu saat saya diminta mewawancarai beberapa narasumber yang berada di daerah
timur Indonesia. Jika ke daerah tersebut ada temannya, bagi saya nggak masalah
ya. Ini saya mesti ke sana sendiri, mengunjungi daerah timur yang belum pernah
saya jejaki sama sekali. Takut? Iya. Karena selama ini saya biasanya hanya
mondar mandir sendiri antara Sumatera – Jawa. Ini ke timur Indonesia, yang
menurut saya memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda dengan wilayah barat. Jangan
ejek saya dengan mengatakan, bagaimana jika saya mesti ke luar negeri sendiri,
sementara menjelajah di negeri sendiri saja tidak berani XD Pikiran saya berkecamuk
saat itu. Duh! Kalau saya ingat-ingat, konyol juga tingkah saya kala itu XD
Jadilah saya mesti memberanikan
diri berangkat sendirian ke sana. Apa yang membuat saya takut? Awalnya saya
takut tersesat. Gimana kalau saya bertemu dengan sopir taksi yang jahat? Kalau
saya kenapa-kenapa gimana? Trus makanannya. Saya denger daerah yang saya
kunjungi ini terkenal dengan makanan sea
food-nya, wicis saya nggak suka. Nanti saya makan apa di sana kalau sajian
makanan di hotel itu semua, trus nggak ada tempat makanan lain yang jualan dekat
hotel. Duh, bisa kurus saya balik dari sana ntar. Mending kurus, kalo sakit
gimana?
Mendekati hari keberangkatan pun
saya mulai menguatkan mental dan tentu saja prepare
barang-barang yang mesti saya bawa. Mulai dari perlengkapan mandi (karena saya
nggak tahu kondisi hotel tempat saya menginap, jadi sebaiknya disiapin aja),
beberapa pakaian ganti plus dalemannya, peralatan make-up tentu saja :D, berkas-berkas, buku catatan kecil plus
pulpen, laptop, kamera, charger, earphone, serta powerbank. Jangan heran
kalau saya juga membawa printilan lainnya, seperti cotton bud, tusuk gigi, gunting kuku, obat sakit kepala, minyak
kayu putih, dan Herbadrink Sari Jahe.
Herbadrink Sari Jahe |
Sepertinya saya nggak perlu
jelasin lagi kan ya, kalau jahe itu memang banyak sekali manfaatnya. Selain
sebagai bumbu dapur, jahe sangat bagus untuk kesehatan tubuh. Seperti yang saya
kutip dari msn.com, selain untuk menghangatkan tubuh, jahe bermanfaat untuk meredakan
nyeri dan peradangan di perut, seperti nyeri otot dan kram perut karena
menstruasi. Rempah yang satu ini juga berfungsi untuk menghilangkan jerawat, memiliki
efek anti-tumor, melancarkan peredaran darah, menormalkan kembali komposisi
kadar kolsterol dan gula darah, merangsang pertumbuhan rambut, mencegah ketombe
dan rambut rontok, serta menurunkan stres.
Makanya banyak orang yang suka
minum wedang jahe kan. Nah, saya juga begitu. Untuk menghangatkan dan menyegarkan
kembali tubuh, saya biasanya mengkonsumsi wedang jahe. Masalahnya, nggak semua
tempat menyediakan wedang jahe kan. Gimana kalau di sana nggak ada wedang jahe,
bisa berabe saya. Makanya dengan membawa Herbadrink Sari Jahe, saya sudah merasa
membawa wedang jahe bersama saya, hehe. Kenapa?
Karena Herbadrink Sari Jahe ini
terbuat dari bahan-bahan herbal atau alami dan diolah dari ekstrak murni sari jahe. Satu
lagi, Sari Jahenya tanpa endapan, tanpa pengawet, dan bebas gula. Jadi tentu
saja aman bagi kesehatan dan juga bagi penderita diabetes, serta bagi yang lagi
diet gula. Sebenarnya selain Sari Jahe, untuk jaga-jaga, saya membawa Sari
Temulawak dan Lidah Buaya juga, namun stok untuk Sari Jahe lebih banyak aja :D
Dan tahukah kamu? Ternyata
sesampainya di sana, kenyataannya tak separah yang saya pikirkan. Masyarakat di
sana sangat-sangat ramah, lebih ramah dari Jakarta malah wakaka. Mereka sangat
baik dan murah senyum. Hilang sudah rasa takut bakal tersesat dan hal-hal horor
lainnya yang ada di otak saya. Apalagi hotel tempat saya menginap ternyata letaknya
di seberang mal besar di kota tersebut, wicis di sana pasti terdapat berbagai resto
dan makanan cepat saji yang bisa saya pilih jika ternyata makanan di hotel tak
sesuai dengan selera. Lega? Banget! Namun begitu saya tetap minum Herbadrink Sari
Jahe karena cuaca di sana lagi musim hujan.
Menghangatkan tubuh dengan wedang jahe eh Herbadrink Sari Jahe |
Well, jika
kita menjalankan apa yang menurut pikiran kita berat dan menganggap belum tentu
bisa melaluinya, setelah dijalani ternyata nggak seberat itu juga kok. Buktinya
saya bisa melampui batas keberanian saya, yang mungkin bagi sebagian orang, hal
ini merupakan hal yang sepele. Yang penting memiliki persiapan yang matang aja,
dan tentu saja kondisi tubuh yang fit
dan sehat, agar apa yang akan kita lakukan tersebut bisa berjalan dengan lancar
:)
Foto-foto: Pribadi
0 comments