Kenali Ankylosing Spondylitis dan Psoriatic Arthritis Beserta Gejalanya
By Dewi Sulistiawaty - Maret 24, 2019
Pernah
mendengar tentang Ankylosing Spondylitis dan Psoriatic Arthritis? Jujur, saya
baru mendengarnya pada saat menghadiri acara konferensi pers yang membahas tentang
keduanya. Di lidah saya kedua istilah ini awalnya agak sulit untuk diucapkan.
Untunglah keduanya mempunyai singkatan, yaitu AS untuk Ankylosing Spondylitis,
dan PsA untuk Psoriatic Arthritis. Lantas apakah AS dan PsA ini?
AS adalah penyakit kronis yang menyebabkan tulang belakang mengalami peradangan. Penyakit ini juga bisa membuat rusuk tulang belakang melebur, sehingga penderita sulit bergerak dan menjadi bungkuk.
Arthritis adalah peradangan pada salah satu atau beberapa persendian tubuh. Sedangkan psoriatic adalah kondisi autoimun yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak merah pada kulit, dengan kerak berwarna putih di bagian atasnya akibat pembentukan sel kulit yang berlebihan dan sangat cepat. Jadi PsA adalah suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh itu sendiri, dan menyebabkan nyeri pada sendi dan gejala-gejala lain.
Konferensi pers "Agen Biologi Sebagai Perawatan Inovatif untuk Ankylosing Spondylitis dan Psoriatic Arthritis" |
Pada
konferensi pers yang diselenggarakan oleh Novartis pada hari Kamis, 21 Maret
2019 di DoubleTree by Hilton Hotel Jakarta tersebut menghadirkan beberapa narasumber
diantaranya, dr. Rudi Hidayat, SpPD-KR, seorang Spesialis Penyakit Dalam
Konsultan Reumatologi RSCM, Jorge Warner, selaku Presiden Direktur Novartis
Indonesia, serta dr. Adhiatma Gunawan dan drg. Rio Suwandi yang merupakan
pasien AS dan PsA.
Heran ya,
mengapa penyakit AS dan PsA bisa menyerang kedua dokter ini? Ternyata walaupun
belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab timbulnya AS dan PsA,
namun diduga faktor genetik adalah sebagai pemicunya. Makanya kedua penyakit
ini tidak memandang usia. Serta ada fakta juga yang menyatakan bahwa penyakit
AS lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Jika dibandingkan antara
penderita pria dan wanita adalah 3 banding 1.
AS dan
PsA sangat mempengaruhi kondisi fisik dan juga kesehatan penderita. Tidak hanya
penderita sendiri, kondisi ini juga berdampak pada keluarga penderita, baik
secara psikologi maupun secara finansial. Sayangnya, kehadiran AS dan PsA yang ada
di sekitar kita ini masih banyak yang belum menyadarinya.
Kondisi
inilah yang akhirnya membuat Novartis tergerak untuk menyelenggarakan acara ini,
dengan tujuan agar semakin banyak masyarakat yang mengetahui informasi tentang
penyakit AS dan PsA, serta untuk mendukung para penderita AS dan PsA agar bisa
mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Pada sesi bincang-bincang, dr. Adhi dan drg. Rio menceritakan tentang penyakit AS dan PsA yang menyerang mereka. dr. Adhi mengatakan bahwa beliau baru mengetahuinya saat didiagnosa terkena AS pada tahun 2012. Sebelumnya beliau malah sempat didiagnosa rematik. Gejala awal yang dirasakan dr. Adhi adalah tubuh terasa kaku, nyeri di persendian, serta punggung terasa sakit, terutama di bagian tulang punggung dan bahu.
Pada sesi bincang-bincang, dr. Adhi dan drg. Rio menceritakan tentang penyakit AS dan PsA yang menyerang mereka. dr. Adhi mengatakan bahwa beliau baru mengetahuinya saat didiagnosa terkena AS pada tahun 2012. Sebelumnya beliau malah sempat didiagnosa rematik. Gejala awal yang dirasakan dr. Adhi adalah tubuh terasa kaku, nyeri di persendian, serta punggung terasa sakit, terutama di bagian tulang punggung dan bahu.
dr. Adhi |
“Jujur,
saya sebagai seorang dokter pun awalnya juga tidak terlalu aware mengenai penyakit AS dan PsA. Saya pikir ini penyakit biasa
saja. Karena seperti yang kita ketahui, ini bukan suatu penyakit yang umum
dibicarakan. Dulu kepala saya sangat sulit digerakkan, seperti menoleh.
Sekarang perkembangannya sudah lumayan baik,” jelas dr. Adhi.
drg. Rio
ternyata lebih lama lagi mengetahui bahwa dirinya terkena PsA, yaitu 17 tahun
yang lalu atau sekitar tahun 2002. Awalnya sejak mulai kuliah dimana serangan
pertama terjadi di kulit. Lama-kelamaan nyeri terasa hingga ke persendian kaki.
Saat memeriksakan diri ke dokter, barulah drg. Rio mengetahui bahwa dirinya
terkena PsA.
drg. Rio dengan ruas jari yang nampak membengkak karena PsA |
“Gejala
awalnya itu mungkin di mulai 5 tahun sebelum saya mengetahui terkena PsA ya. Cuma
waktu itu sama seperti dr. Adhi, saya pikir itu sakit biasa seperti asam urat
atau kolesterol. Tapi kok ya nggak sembuh-sembuh. Setelah diperiksa ternyata
PsA,” ungkap drg. Rio.
dr. Rudy |
Sebagai
seorang Spesialis Rheumatology. dr. Rudy pun menjelaskan dengan lebih rinci
lagi mengenai AS dan PsA. AS dan PsA merupakan penyakit yang termasuk dalam
kelompok penyakit rematik. Jadi dalam rematik ini terdapat lebih dari 100 jenis
penyakit, diantaranya autoimun, infeksi, asam urat, lupus, dsb. Nah, AS dan PsA
termasuk dalam bagian rematik autoimun.
Gambar tulang belakang dalam kondisi normal dan setelah AS |
Ankylosing Spondylitis (AS)
Ankylosing
artinya adalah menyatu, sedangkan spondylitis artinya tulang belakang yang
meradang. Jadi bisa diartikan bahwa Ankylosing Spondylitis adalah penyakit autoimun
yang menyebabkan radang, terutama di tulang belakang. Tulang belakang di sini
mulai dari leher, pinggang, pinggang bawah, sampai ke tulang ekor. Namun dalam
fase tertentu, yang bukan bagian dari tulang belakang pun bisa ikut meradang,
seperti tangan, bahu, lutut, panggul, atau pun engkel.
Psoriatic Arthritis (PsA)
Arthritis
artinya adalah radang di sendi, sedangkan psoriatic adalah autoimun yang
menyerang ke kulit. Jadi Psoriatic Arthritic adalah radang di sendi pada mereka
yang sudah menderita autoimun yang menyerang kulit. Berbeda dengan AS, maka
pada PsA titik yang diserangnya lebih banyak di persendian perifer, seperti
tangan dan kaki.
Penyebab dan gejala Ankylosing Spondylitis dan Psoriatic Arthritis
Penyebab AS
dan PsA adalah kombinasi dari beberapa faktor, seperti faktor genetik,
kekebalan tubuh, dan faktor lingkungan. Namun faktor genetik diduga berperan
besar terhadap timbulnya AS dan PsA. Kedua penderita, baik AS dan PsA cenderung
positif memiliki gen HLA-B27. Namun itu tak berarti mereka yang memiliki gen
HLA-B27 pasti terkena AS dan PsA, karena kenyataannya banyak juga orang yang memiliki gen
ini yang tidak terkena AS dan PsA.
“Jika
sudah didiagnosa AS atau PsA, kita harapkan segera dilakukan penanganan secepat mungkin. Saya juga gak mau ngasih harapan berlebihan atau kepastian
kesembuhan pada pasien AS dan PsA. Istilahnya harus bisa dikontrol atau
mencapai target remisi. Mengapa? Karena kalaupun bisa dihilangkan keluhannya, next time bisa kambuh lagi. Karena
memang ini merupakan autoimun dan faktor genetik yang dominan, sehingga kita
tidak bisa menghilangkan sama sekali faktor penyebabnya,” papar dr. Rudy.
Dampak yang terjadi pada anggota tubuh penderita AS dan PsA |
Gejala
yang dirasakan oleh penderita AS dan PsA hampir sama seperti yang dikatakan
oleh dr. Adhi dan drg. Rio tadi, yaitu rasa nyeri dan kaku di bagian tulang
belakang dan sendi lainnya, dan ini biasanya terjadi di pagi hari. Gejala yang
dirasakan terkadang hilang, dan muncul dalam rentang waktu tertentu.
Gejala
ini disertai juga dengan kondisi fisik yang mudah merasa lelah dan kehilangan
energi untuk beraktivitas, entesis atau peradangan yang terjadi di tempat
melekatnya ligamen dan tendon dengan tulang, serta artritis atau peradangan
sendi pada bagian tubuh lainnya.
Menurut
dr. Rudy, perawatan terhadap penderita AS dan PsA harus dilakukan sesegera
mungkin agar jangan sampai pada kondisi yang sangat merugikan, mulai dari nyeri,
terjadi kecacatan, hingga penurunan kualitas hidup. Mirisnya, penderita PsA ini
banyak terjadi pada pria dengan usia yang masih muda dan produktif, yaitu
sekitar 20 hingga 34 tahun. Sedikit berbeda dengan AS yang bisa terjadi pada
pria dan wanita dengan rentang usia yang agak lebar.
Perawatan dan pengobatan
- Minum
obat anti nyeri. Disarankan obat-obatan yang dapat mengendalikan radangnya,
seperti obat anti-reumatik DMARDS. Jika tidak mempan dengan obat konvensional,
bisa gunakan obat-obatan biologik.
- Rajin bergerak
bagi penderita AS, karena semakin didiamkan, keadaan sendi akan semakin kaku
dan nyeri. Bergerak juga dapat membantu mengurangi risiko kecacatan. Olahraga
yang disarankan adalah renang.
- Terapi
panas dan dingin bagi penderita PsA, atau fisioterapi bagi penderita AS.
- Injeksi
steroid untuk penderita PsA, atau obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID) untuk
meredakan nyeri dan mengurangi peradangan.
- Operasi penggantian
sendi bagi penderita AS dan PsA jika kondisi sendi sudah rusak parah.
Melihat
bagaimana besarnya dampak yang harus ditanggung oleh penderita AS dan PsA,
membuat Novartis sebagai perusahaan kesehatan inovatif tergerak untuk terus
berupaya menemukan pengobatan yang inovatif, untuk meningkatkan dan
memperpanjang hidup, serta dapat meningkatkan kualitas hidup para pasien.
Informasi ini disampaikan oleh Mr. Jorge Wagner dalam pidatonya.
Menurut
MR. Jorge, Novartis memiliki komitmen untuk terus memperluas aksesnya terhadap
obat-obatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Novartis juga berkomitmen untuk
selalu mengutamakan Continous Medical Education. Ini dibuktikan dalam 3 tahun
belakangan ini, Novartis Indonesia telah mendukung pelatihan bagi lebih dari 10
ribu tenaga kesehatan.
Mr. Jorge |
“Di tahun
2017, Novartis Indonesia telah meluncurkan SECUKINUMAB, sebuah terobosan
pengobatan baru dalam perawatan penyakit PsA, dan telah masuk dalam Formularium
Nasional. Sebagai Biologic Agent for AS and PsA, saya berharap Novartis dapat
berkolaborasi secara berkelanjutan dengan seluruh stakeholder yang ada, baik
pemerintah, asosiasi medis, pasien, serta rekan media dan blogger. Bersama kita
bisa bantu pasien untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,” pungkas
Mr. Jorge.
Saya
beruntung bisa hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan Novartis ini.
Pengetahuan saya jadi bertambah mengenai penyakit rematik, yang ternyata
jenisnya banyak sekali, termasuk di dalamnya AS dan PsA. Jadi tahu juga bahwa
penyakit ini tidak dapat dianggap enteng, karena dampaknya yang sangat besar
bagi penderita.
Hanya
bisa berdoa agar para penderita terus semangat untuk melakukan perawatan,
disiplin, dan mengikuti semua arahan dari
dokter. Bagi yang merasakan gejala yang sama seperti yang tertera di
atas, tak ada salahnya untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Seperti yang
dianjurkan oleh Kemenkes, agar rutin memeriksakan kesehatan, sehingga semua penyakit
dapat dideteksi sedini mungkin, dan segera dilakukan penanganan :)
Foto: pribadi
29 comments