Love Your Nerve, Cegah Neuropati dengan Deteksi Dini

By Dewi Sulistiawaty - Maret 28, 2019


Love Your Nerve. Bekerja menggunakan gawai selama berjam-jam secara terus menerus, ternyata tidak saja dapat merusak mata, tapi juga berdampak pada kesehatan sel saraf tepi lho! Hayo ngaku, siapa yang biasanya tahan menggunakan hape sampai berjam-jam. Jujur, saya sendiri gak bisa lepas dari gawai, karena pekerjaan yang mengharuskan saya untuk selalu berinteraksi dengan layar gadget. Tapi biasanya saya tidak terus menerus menatap layar hape. Sesekali saya mengistirahatkan mata dan jari jemari jika merasa sudah lelah.

Informasi tentang kerusakan mata yang disebabkan oleh gadget, bisa baca Tips Menjaga Mata Agar Tetap Sehat.

Dalam artikel ini saya akan menuliskan tentang bagaimana penggunaan gadget dalam waktu yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pada sel saraf tepi atau yang disebut juga neuropati. Fenomena penggunaan gawai yang dapat memicu neuropati ini dibahas pada acara Media Briefing: “Love Your Nerve with Neurobion” pada hari Rabu, tgl 27 Maret 2019 di The Hermitage Hotel, Jakarta.

Talkshow "Love Your Nerve with Neurobion"
Narasumber yang hadir pada acara ini adalah Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K) yang ahli dalam bidang neuropati serta merupakan Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat. Lalu ada Ibu Fita Maulani, selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Internet of Things Indonesia, dan Ibu Anie Rachmayani, selaku Consumer Health Associate Director of Marketing PT. P&G PHCI Indonesia.

Di awal acara Ibu Fita menjelaskan bahwa dari 63 juta generasi millennial di Indonesia (usia 20 – 35 tahun), 94,4% diantaranya telah terkoneksi dengan internet. Sekitar 13,4% senior millennial dan 6,5% junior millennial ini menghabiskan waktunya untuk mengkonsumsi internet sekitar 7 sampai 10 jam per hari.

Bisa dikatakan bahwa saat ini internet bukan saja menjadi gaya hidup, namun sudah menjadi bagian dari hidup kita. Hal ini juga ditunjang oleh pemerintah yang ke depannya akan menargetkan Indonesia untuk tumbuh menjadi negara dengan konsep digital economy. Sehingga bisa diduga bahwa nantinya penggunaan internet di Indonesia akan semakin masif lagi.

Ibu Fita
“Data dari APJII tahun 2017, 54% dari total penduduk Indonesia telah terhubung dengan internet. 50,08% dari pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone/ tablet untuk mengakses internet. Apalagi saat ini fitur-fitur di smartphone yang makin canggih, bisa nonton, chatting, mengirim email, dsb. Belum lagi sekarang kebanyakan komunikasi terkait pekerjaan sering dilakukan via aplikasi chatting di smartphone, sehingga tren penggunaan smartphone ini jadi semakin meningkat,” ujar Ibu Fita.

Selain smartphone dengan berbagai fiturnya yang menarik dan canggih, akses internet yang semakin lancar juga menyebabkan orang semakin mudah dan nyaman  menikmati kehidupan hanya dari sebuah smartphone. Segala aktivitas mulai dari berbelanja, order makanan, transaksi perbankan, pesan tiket, semua dilakukan dari smartphone. Itulah sebabnya mengapa waktu penggunaan smartphone bisa sampai berjam-jam gitu.

Semakin banyak kemudahan yang didapatkan dari smartphone, maka semakin meningkat pula lamanya waktu penggunaan smartphone ini. Bahkan ada yang sampai kecanduan, dimana mereka tidak bisa lepas semenit saja dari gadget. Hal ini tentu berpengaruh juga terhadap kesehatan. Salah satunya adalah neuropati.

Seperti yang disampaikan oleh dr. Manfaluthy atau yang akrab disapa dr. Luthy, bahwa neuropati dapat mengenai bagian sensorik, motorik, otonom, dan campuran. Nah, bagi mereka yang terlalu lama menggunakan gawainya, maka bagian tubuh yang berisiko terkena neuropati adalah tangan dan lengan, terutama siku. Padahal saraf tepi ini sangat penting fungsinya bagi tubuh, karena merupakan penghubung organ tubuh dengan saraf pusat.


Pada acara ini juga digambarkan contoh yang mudah mengenai saraf tepi, yaitu dengan cara langsung menyentuh kaktus menggunakan telapak tangan, dan satunya lagi dengan menggunakan sarung tangan. Pada saat menyentuh kaktus (benda yang tajam) menggunakan sarung tangan, maka tangan akan merasa sedikit nyeri atau tidak nyeri sama sekali. Sedangkan saat menyentuh langsung akan terasa nyeri.

dr. Luthy
“Sistem saraf salah satunya adalah sistem sensorik yang berfungsi untuk proteksi atau mencegah agar jangan sampai kita terluka. Artinya saat ada benda tajam atau ada benda yang terlalu panas atau terlalu dingin yang mengenai kita, maka akan otomatis kita akan menghindar. Itu untuk mencegah agar jangan sampai terjadi kerusakan pada jaringan tersebut,” jelas dr. Luthy.

Jika terjadi neuropati, dimana sistem sensoriknya sudah tidak berfungsi, maka saat tubuh menyentuh benda-benda tajam atau panas/ dingin, tubuh tidak akan merasakan apa-apa. Padahal pada saat itu bagian tubuh tersebut sudah terluka. Jika hal ini kamu alami, maka waspadalah, karena itu merupakan salah satu tanda dari neuropati.

dr. Luthy memberikan contoh nyata seorang dengan neuropati berat, yang ketika berjalan, kakinya menginjak beling. Namun orang tersebut tidak sadar bahwa kakinya sudah terluka dan berdarah. Ini tentu saja sangat berbahaya, karena jika orang tersebut tidak menyadarinya dalam waktu lama dan tidak segera mengobatinya, maka kakinya bisa terkena infeksi atau bahkan kehabisan darah.

Menurut dr. Luthy kemajuan teknologi memang sangat bagus dan harus kita manfaatkan dengan positif. Namun harus dipertimbangkan juga dengan dampak yang dapat mencederai kita, karena apapun kemajuan itu pasti tujuannya adalah membawa kebaikan untuk kehidupan kita. Tapi jika kita tidak memahami dengan baik apa saja risikonya, serta tidak tahu bagaimana cara mencegahnya, maka itu akan membawa dampak yang merugikan bagi kita.

Saraf tepi bagi tubuh itu ibaratkan kabel pada peralatan elektronik, yang berfungsi sebagai penghubung dari komponen satu dengan komponen lainnya. Jika terjadi gangguan pada saraf tepi, maka dapat menyebabkan gangguan pada fungsi sensorik (kesemutan, baal/ kebas, nyeri), gangguan keterampilan karena organ tubuh tersebut jadi lemah atau tak berfungsi, serta gangguan rasa nyaman.

Gejala neuropati:

- Terasa kebas/ baal, hingga hilangnya rasa sensasi
- Sering kesemutan.
- Sering terasa kram.
- Lama kelamaan bagian anggota tubuh tersebut akan terasa nyeri hingga seperti terbakar.
- Otot terasa kaku.

Sebenarnya penyebab neuropati bukan saja karena gerakan yang dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang lama saja. Kata dr. Luthy, neuropati ini banyak jenisnya dan juga penyebabnya. Salah satunya adalah 70% dari penderita diatebes biasanya akan mengalami neuropati. Itu neuropati akibat penyakit, sedangkan neuropati yang dibahas kali ini adalah akibat jeratan atau cedera.


Daerah pada tubuh yang berpotensi terjadinya cedera pada pengguna gawai adalah leher, bahu, siku, pergelangan tangan, hingga telapak tangan dan jari jemari. Saat ini 1 dari 4 orang dengan usia di bawah 30 tahun sudah mulai merasakan kebas dan kesemutan. Jika sudah merasakan gejala seperti ini sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter, agar kemungkinan terkena neuropati dapat dicegah sedini mungkin.  


Dampak neuropati:

- Luka.
- Penurunan berat badan.
- Penurunan kekuatan motorik.
- Penurunan sensasi rasa sehingga mudah terluka.
- Impotensi.
- Depresi.

Jika tingkat kerusakan pada saraf tepi masih kurang dari 50%, maka serabut saraf masih bisa dilakukan regenerasi, dengan cara pengobatan dini atau tindakan pencegahan untuk mencegah kerusakan saraf yang lebih parah lagi. Namun jika kerusakannya sudah lebih dari 50%, maka akan berisiko fatal dan tidak bisa diperbaiki lagi.

Untuk itu penting bagi kita mengenali gejala neuropati, dan mencegahnya sedini mungkin dengan cara deteksi dini, sehingga bisa dilakukan diagnosis awal dan tindakan pencegahan. Selain melakukan deteksi dini, neuropati juga dapat dicegah dengan cara rajin berolahraga, dan mengkonsumsi vitamin neurotropik yang mengandung vitamin B1, B6, dan B12.

Bicara mengenai vitamin neurotropik, PT. P&G PHCI Indonesia memiliki Neurobion, yaitu vitamin neurotropik yang dapat membantu mengurangi gejala neuropati. Seperti yang disampaikan oleh dr. Luthy bahwa pada Studi Klinis 2018 NENOIN (Penelitian Non-intervensi dengan vitamin neurotropik) membuktikan bahwa dengan mengkonsumsi kombinasi vitamin neurotropik secara rutin dan berkala, dapat mengurangi gejala neuropati.

Neurobion Forte dan Neurobion Putih
Ibu Anie menjelaskan bahwa Neurobion terdiri dari dua jenis, yaitu Neurobion Putih dengan kemasan biru dan Neurobion Forte dengan kemasan merah. Kemasan biru dengan tablet warna putih diperuntukkan bagi mereka yang masih mengalami gejala ringan neuropati dan berfungsi untuk pencegahan. Sedangkan Neurobion Forte dengan tablet berwarna pink berfungsi untuk mengobati neuropati.

Sebagai komitmennya untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan dapat menjalani hidup yang berkualitas, saat ini Neurobion menggelar sebuah kampanye yang terintegrasi, yaitu kampanye Total Solution. Kampanye untuk selalu menjaga kesehatan saraf dengan Solusi yang Tepat. Dalam kampanye ini dilakukan edukasi pada masyarakat mengenai neuropati, cek kesehatan, dan senam kesehatan saraf.

Ibu Anie
“Masyarakat bisa melakukan konsultasi dan pengecekan kesehatan saraf di NeuroMobi dan Neuropathy Check Point. Lalu bisa ikutan senam kesehatan saraf NeuroMove. Kampanye ini akan digelar di 15 kota besar di Indonesia. Kami ingin mengajak masyarakat untuk peduli dan waspada terhadap risiko neuropati, dengan melakukan deteksi dini, olahraga teratur, dan mengkonsumsi vitamin neurotropik yang tepat,” papar Ibu Anie.

Dari penjelasan di atas berarti sebaiknya kita mesti mengetahui gejala dari neuropati dan lakukan deteksi sedini mungkin, agar dapat segera dicegah dan dilakukan tindakan, sehingga neuropatinya tidak bertambah parah. Menjalankan pola hidup sehat di keseharian dapat membantu tubuh agar tidak mudah terserang berbagai penyakit. Bila perlu konsumsilah vitamin neurotropik jika sudah merasakan gejala dari neuropati.

Noted! Kemajuan teknologi harusnya membawa kebaikan bagi kita. Jangan sampai gadget malah menyebabkan gangguan kesehatan pada tubuh. Untuk itu penting mengetahui risiko yang terjadi jika menggunakannya dengan cara yang tidak benar. Yuk, Love Your Nerve, lawan neuropati sejak dini.

  • Share:

You Might Also Like

18 comments