Keseruan Kegiatan Festival Literasi Sekolah 2019

By Dewi Sulistiawaty - Juli 31, 2019


Festival Literasi Sekolah merupakan sebuah kegiatan atau lomba untuk siswa SMA/ MA se-Indonesia yang memiliki minat dan bakat untuk mengembangkan kemampuan menulis cerpen, syair, komik, dan meme melalui pembuatan karya. Tahun ini merupakan tahun ketiga diselenggarakannya Festival Literasi Sekolah (FLS).

Festival Literasi Sekolah 2019
FLS yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini bertujuan untuk membentuk karakter para siswa. Jadi dalam FLS ini para siswa tidak saja dilatih kemampuan menulis dan berkeseniannya, tapi juga dilatih kepekaan afektif dan estetisnya, sehingga dapat memperkuat rasa percaya diri mereka.

Untuk kamu yang duduk di bangku SMA/ MA negeri ataupun swasta, kelas 10 -12 di tahun ajaran 2019/2020, serta bukan merupakan juara pada kategori yang sama atau kategori yang lain dalam FLS di tahun-tahun sebelumnya, maka kamu bisa ikutan FLS 2019.  

Untuk tahun ini FLS 2019 mengangkat tema khusus “Indonesia Romantis”. Tema yang mengajak para siswa untuk mengungkapkan cinta dengan cara mereka masing-masing kepada orangtua, guru, teman, sahabat, lingkungan sosial, alam, serta Indonesia. Sedangkan untuk tema besarnya adalah “Mengambangkan Kemandirian dan Menumbuhkan Inovasi”.

Kegiatan FLS 2019 berlangsung selama 4 hari, di mulai dari tgl 26 Juli hingga 29 Juli 2019. FLS 2019 terdiri dari dua acara besar, yaitu lomba literasi dan festival literasi. Untuk pelaksanaan lomba literasi tersebar di daerah Jakarta, Tangerang, dan Bogor. Sedangkan untuk festival literasi diselenggarakan di Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kemendikbud RI, Jakarta.

Untuk lomba literasi tahun ini melibatkan 704 siswa, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB se-Indonesia. Mereka akan berlaga pada 25 jenis lomba. Ada lomba menulis cerpen, menciptakan komik digital, dan vokasi moda literasi bergerak. Untuk siswa SMP ada kegiatan wisata edukasinya. Tujuannya untuk menanamkan motivasi dan menambah wawasan para siswa. Mereka juga diberi kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalaman.

Infonya ada sekitar 4 ribu lebih naskah yang masuk ke Kemendikbud. Mulai dari cerpen sebanyak 1.077 naskah, puisi sebanyak 944, pantun 630, dan storytelling sebanyak 671 peserta. By the way, FLS 2019 ini tidak terbatas pada literasi baca-tulis saja, namun juga mencakup literasi digital, finansial, sains, numerasi, serta literasi budaya dan kewargaan.

Ada berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilaksanakan dalam FLS 2019. Di area Plaza Insan Berprestasi Kemendikbud, ruangannya dibagi menjadi empat bagian, yaitu Panggung Utama, Pojok Literasi, Ruang Serbaguna Perpustakaan, dan Ruang Teater Perpustakaan Kemendikbud.


Ketika saya berkunjung ke FLS 2019 di Kemendikbud pada hari Sabtu, 27 Juli 2019 kemarin, nampak kalau sebagian besar acara dilaksanakan secara paralel. Jadi pengunjung bisa memilih acara mana yang sesuai dengan minat masing-masing.

Di samping kanan pintu masuk Plaza Insan Berprestasi terlihat beberapa karya siswa yang ikut serta dalam Lomba Vokasi Moda Literasi Bergerak, diantaranya ada ada Sepeda Pintar, Cak Hali (Becak Hammock Library), dan Bilik Baca Tokoh di Sumatera Barat. Di samping stand tersebut terdapat denah kegiatan FLS 2019.

Karya siswa yang mengikuti Lomba Vokasi Moda Literasi Bergerak

Denah Kegiatan FLS 2019
Beberapa langkah dari pintu masuk Plaza Insan Berprestasi yang sudah disulap menjadi ruangan untuk FLS 2019, nampak sebuah pohon harapan. Di depannya terdapat sebuah papan yang berisi pesan literasi dari Mendikbud.

Pesan Mendikbud

“Gerakan literasi bukan sekedar gerakan membaca. Tetapi membaca untuk memahami serta mengkritisi dan memberikan pendapat lain dari apa yang telah dibaca.”

Begitu pesan yang ditulis Pak Menteri di papan tersebut. Di pohon harapan yang banyak digantungi kertas-kertas kecil juga penuh dengan tulisan yang berisi harapan dari adik-adik siswa yang datang ke FLS 2019.


Di tengah ruangan terdapat Panggung Utama. Di samping kiri terdapat stand Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Lembaga Pemerintahan, Mitra, Penerbit dan Aplikasi, serta Komunitas Literasi. Sedangkan di bagian kanan terdapat stand Pendidikan Khusus dan Sekolah Menengah Kejuruan.

Saat di panggung utama memulai kegiatan diskusi dan bincang-bincang mengenai Literasi Abad ke-21, saya pun melipir ke sana. Tema diskusi pagi itu adalah Generasi Milenial, Bonus Demografi dan Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan Kontemporer.

Diskusi literasi di Panggung Utama
Acara dipandu oleh Bapak Tikky Suwantikno yang merupakan seorang Pemerhati Pendidikan. Hadir sebagai pemateri pada acara tersebut Dr. Sofian Lusa S.E., M.Kom selaku Praktisi dan Akademisi Digital Ekonomi, Lutvianto Pebri Handoko, S.T., M.M.T selaku CEO Aku Pintar, dan Athalla Hardian sebagai None Jakarta 2018.

Seperti yang saya tuliskan di atas, bahwa beberapa acaranya berjalan secara paralel, maka di bagian lain seperti di Pojok Literasi sedang berlangsung pula kegiatan Literasi Budaya dan Kewargaan yang sedang Bedah Buku Nusantara dalam Piringku: Merayakan Keberagaman Pangan Pokok.

Sedangkan di Ruang Serbaguna Perpustakaan sedang membahas mengenai Literasi Digital dengan tema Artificial Intelligence dan Internet of things serta Pemanfaatannya Sehari-hari. Lalu di Ruang Teater sedang diputar Film Literasi Pelajar, yang merupakan film karya peserta FLS SMK 2018.

Akhirnya saya memilih untuk menyimak pembicaraan yang berlangsung di Panggung Utama. Di awal diskusi, Lutvianto berbicara mengenai kontribusi teknologi dalam pemetaan pendidikan di Indonesia. Menurutnya jika bonus demografi ini tidak diimbangi dengan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas SDM nya, bisa jadi lapangan pekerjaan yang ada akan diambil oleh orang-orang dari negara lain.

Selanjut Lutvianto mengatakan bahwa lebih dari 71 % pekerja di Indonesia bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Jadi bonus demografi walau pekerjaan semakin banyak, tapi banyak yang bekerja tidak sesuai dengan keinginannya. Untuk itulah dibutuhkan sebuah solusi bagaimana caranya mengatasi permasalahan ini.

Lutvianto
“Di sini kami melalui aplikasi Aku Pintar ingin membantu adik-adik mulai dari SMP lalu SMA hingga bisa menentukan pilihannya saat kuliah. Sehingga adik-adik tak merasa terpaksa saat memilih jurusan. Kami juga membantu para mahasiswa agar bisa menjadi mahasiswa unggulan,” jelas Lutvianto.

Bpk Sofian
Bapak Sofian kemudian melanjutkan bahasan mengenai bagaimana caranya menjawab permasalahan talent di era ekonomi digital ini. Menurut beliau bonus demografi Indonesia harusnya bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju lagi. Caranya adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan skill SDM. Kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk mengubah model pelatihan tersebut.

Di akhir diskusi, Athalla yang saat ini sedang menuntut ilmu di jurusan Psikologi Universitas Indonesia berbagi pengalamannya saat bersekolah dulu. Dulu Athalla bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Namun saat duduk di bangku SMA, Athalla memilih jurusan IPS yang notabene gak sesuai dengan cita-citanya. Pilihannya ini berubah saat ekpektasinya mengenai jurusan IPA tak seperti yang dibayangkannya, khususnya untuk pelajaran kimia, yang ternyata agak sulit baginya.

Athalla, None Jakarta 2018

“Saat itulah saya bingung, saya berada di situasi yang bimbang untuk memilih jurusan. Akhirnya saya memutuskan untuk berdiskusi dengan kedua orangtua saya. Hingga kemudian saya memilih jurusan IPS, dan sekarang saya bisa masuk ke jurusan Psikologi UI. Saran saya untuk adik-adik semua, galilah potensi diri kita sendiri, cobalah untuk bereksperimen. Manfaatkan dengan baik semua hal atau source yang ada di sekitar kalian. Jangan takut untuk bertanya,” ujar Athalla.

Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Saya yang masih penasaran dengan karya adik-adik yang ada di stand kemudian melipir ke luar dari panggung utama. Secara urut saya menyisiri stand-stand yang ada, mulai dari stand SD, SMP, SMA, stand Kemendikbud, Mitra, Penerbit dan Aplikasi, Lembaga Pemerintahan, Komunitas Literasi, hingga stand Pendidikan Khusus dan SMK.

Stand di FLS 2019
Berbagai kegiatan dan aktivitas di FLS 2019
Sempat takjub saat melihat karya adik-adik di stand Pendidikan Khusus. Karya mereka sangat-sangat bagus, tak kalah dengan anak normal lainnya. Sayang, produk atau karya yang dihasilkan adik-adik ini tidak diperjual belikan, hanya dipamerkan saja. Semoga mereka semua nanti bisa sukses ya. Menjadi agen perubahan untuk bangsa ini dan juga diri mereka sendiri.

Karya adik-adik di Pendidikan Khusus
Kegiatan FLS 2019 telah ditutup pada hari Senin, 29 Juli 2019 kemarin. Di akhir kegiatan FLS ini diumumkan juga nama-nama pemenang lomba FLS 2019 SMA, mulai dari kategori Cerpen, kategori Komik, kategori Meme, dan kategori syair. Selamat ya adik-adik semua. Sukses untuk kalian semua. Semangat terus belajar yaa! :)


Foto-foto: pribadi              

  • Share:

You Might Also Like

22 comments