Festival
Literasi Sekolah merupakan sebuah kegiatan atau lomba untuk siswa SMA/ MA
se-Indonesia yang memiliki minat dan bakat untuk mengembangkan kemampuan
menulis cerpen, syair, komik, dan meme melalui pembuatan karya. Tahun ini
merupakan tahun ketiga diselenggarakannya Festival Literasi Sekolah (FLS).
Festival Literasi Sekolah 2019 |
FLS yang
diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini bertujuan untuk
membentuk karakter para siswa. Jadi dalam FLS ini para siswa tidak saja dilatih
kemampuan menulis dan berkeseniannya, tapi juga dilatih kepekaan afektif dan
estetisnya, sehingga dapat memperkuat rasa percaya diri mereka.
Untuk
kamu yang duduk di bangku SMA/ MA negeri ataupun swasta, kelas 10 -12 di tahun
ajaran 2019/2020, serta bukan merupakan juara pada kategori yang sama atau
kategori yang lain dalam FLS di tahun-tahun sebelumnya, maka kamu bisa ikutan
FLS 2019.
Untuk
tahun ini FLS 2019 mengangkat tema khusus “Indonesia Romantis”. Tema yang
mengajak para siswa untuk mengungkapkan cinta dengan cara mereka masing-masing
kepada orangtua, guru, teman, sahabat, lingkungan sosial, alam, serta
Indonesia. Sedangkan untuk tema besarnya adalah “Mengambangkan Kemandirian dan
Menumbuhkan Inovasi”.
Kegiatan
FLS 2019 berlangsung selama 4 hari, di mulai dari tgl 26 Juli hingga 29 Juli
2019. FLS 2019 terdiri dari dua acara besar, yaitu lomba literasi dan festival
literasi. Untuk pelaksanaan lomba literasi tersebar di daerah Jakarta,
Tangerang, dan Bogor. Sedangkan untuk festival literasi diselenggarakan di
Plaza Insan Berprestasi, Kompleks Kemendikbud RI, Jakarta.
Untuk
lomba literasi tahun ini melibatkan 704 siswa, mulai dari jenjang SD, SMP, SMA,
SMK, dan SLB se-Indonesia. Mereka akan berlaga pada 25 jenis lomba. Ada lomba
menulis cerpen, menciptakan komik digital, dan vokasi moda literasi bergerak.
Untuk siswa SMP ada kegiatan wisata edukasinya. Tujuannya untuk menanamkan
motivasi dan menambah wawasan para siswa. Mereka juga diberi kesempatan untuk
berbagi ilmu dan pengalaman.
Infonya ada
sekitar 4 ribu lebih naskah yang masuk ke Kemendikbud. Mulai dari cerpen
sebanyak 1.077 naskah, puisi sebanyak 944, pantun 630, dan storytelling sebanyak 671 peserta. By the way, FLS 2019 ini tidak terbatas pada literasi baca-tulis
saja, namun juga mencakup literasi digital, finansial, sains, numerasi, serta
literasi budaya dan kewargaan.
Ada
berbagai aktivitas dan kegiatan yang dilaksanakan dalam FLS 2019. Di area Plaza
Insan Berprestasi Kemendikbud, ruangannya dibagi menjadi empat bagian, yaitu
Panggung Utama, Pojok Literasi, Ruang Serbaguna Perpustakaan, dan Ruang Teater
Perpustakaan Kemendikbud.
Ketika
saya berkunjung ke FLS 2019 di Kemendikbud pada hari Sabtu, 27 Juli 2019
kemarin, nampak kalau sebagian besar acara dilaksanakan secara paralel. Jadi
pengunjung bisa memilih acara mana yang sesuai dengan minat masing-masing.
Di
samping kanan pintu masuk Plaza Insan Berprestasi terlihat beberapa karya siswa
yang ikut serta dalam Lomba Vokasi Moda Literasi Bergerak, diantaranya ada ada
Sepeda Pintar, Cak Hali (Becak Hammock Library), dan Bilik Baca Tokoh di
Sumatera Barat. Di samping stand tersebut terdapat denah kegiatan FLS 2019.
Karya siswa yang mengikuti Lomba Vokasi Moda Literasi Bergerak |
Denah Kegiatan FLS 2019 |
Beberapa
langkah dari pintu masuk Plaza Insan Berprestasi yang sudah disulap menjadi
ruangan untuk FLS 2019, nampak sebuah pohon harapan. Di depannya terdapat
sebuah papan yang berisi pesan literasi dari Mendikbud.
Pesan Mendikbud |
“Gerakan literasi bukan sekedar gerakan membaca. Tetapi membaca untuk memahami serta mengkritisi dan memberikan pendapat lain dari apa yang telah dibaca.”
Begitu
pesan yang ditulis Pak Menteri di papan tersebut. Di pohon harapan yang banyak
digantungi kertas-kertas kecil juga penuh dengan tulisan yang berisi harapan
dari adik-adik siswa yang datang ke FLS 2019.
Di tengah
ruangan terdapat Panggung Utama. Di samping kiri terdapat stand Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Lembaga Pemerintahan, Mitra,
Penerbit dan Aplikasi, serta Komunitas Literasi. Sedangkan di bagian kanan
terdapat stand Pendidikan Khusus dan Sekolah Menengah Kejuruan.
Saat di
panggung utama memulai kegiatan diskusi dan bincang-bincang mengenai Literasi
Abad ke-21, saya pun melipir ke sana. Tema diskusi pagi itu adalah Generasi
Milenial, Bonus Demografi dan Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan
Kontemporer.
Diskusi literasi di Panggung Utama |
Acara dipandu
oleh Bapak Tikky Suwantikno yang merupakan seorang Pemerhati Pendidikan. Hadir
sebagai pemateri pada acara tersebut Dr. Sofian Lusa S.E., M.Kom selaku
Praktisi dan Akademisi Digital Ekonomi, Lutvianto Pebri Handoko, S.T., M.M.T
selaku CEO Aku Pintar, dan Athalla Hardian sebagai None Jakarta 2018.
Seperti
yang saya tuliskan di atas, bahwa beberapa acaranya berjalan secara paralel,
maka di bagian lain seperti di Pojok Literasi sedang berlangsung pula kegiatan
Literasi Budaya dan Kewargaan yang sedang Bedah Buku Nusantara dalam Piringku:
Merayakan Keberagaman Pangan Pokok.
Sedangkan
di Ruang Serbaguna Perpustakaan sedang membahas mengenai Literasi Digital
dengan tema Artificial Intelligence dan Internet of things serta Pemanfaatannya
Sehari-hari. Lalu di Ruang Teater sedang diputar Film Literasi Pelajar, yang
merupakan film karya peserta FLS SMK 2018.
Akhirnya
saya memilih untuk menyimak pembicaraan yang berlangsung di Panggung Utama. Di
awal diskusi, Lutvianto berbicara mengenai kontribusi teknologi dalam pemetaan
pendidikan di Indonesia. Menurutnya jika bonus demografi ini tidak diimbangi
dengan langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas SDM nya, bisa jadi lapangan
pekerjaan yang ada akan diambil oleh orang-orang dari negara lain.
Selanjut
Lutvianto mengatakan bahwa lebih dari 71 % pekerja di Indonesia bekerja tidak
sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Jadi bonus demografi walau
pekerjaan semakin banyak, tapi banyak yang bekerja tidak sesuai dengan
keinginannya. Untuk itulah dibutuhkan sebuah solusi bagaimana caranya mengatasi
permasalahan ini.
Lutvianto |
“Di sini
kami melalui aplikasi Aku Pintar ingin membantu adik-adik mulai dari SMP lalu
SMA hingga bisa menentukan pilihannya saat kuliah. Sehingga adik-adik tak
merasa terpaksa saat memilih jurusan. Kami juga membantu para mahasiswa agar
bisa menjadi mahasiswa unggulan,” jelas Lutvianto.
Bpk Sofian |
Bapak
Sofian kemudian melanjutkan bahasan mengenai bagaimana caranya menjawab permasalahan
talent di era ekonomi digital ini. Menurut beliau bonus demografi Indonesia
harusnya bisa membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju lagi. Caranya
adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan skill SDM.
Kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk mengubah model pelatihan tersebut.
Di akhir
diskusi, Athalla yang saat ini sedang menuntut ilmu di jurusan Psikologi
Universitas Indonesia berbagi pengalamannya saat bersekolah dulu. Dulu Athalla
bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Namun saat duduk di bangku SMA,
Athalla memilih jurusan IPS yang notabene gak sesuai dengan cita-citanya.
Pilihannya ini berubah saat ekpektasinya mengenai jurusan IPA tak seperti yang
dibayangkannya, khususnya untuk pelajaran kimia, yang ternyata agak sulit
baginya.
Athalla, None Jakarta 2018 |
“Saat itulah
saya bingung, saya berada di situasi yang bimbang untuk memilih jurusan. Akhirnya
saya memutuskan untuk berdiskusi dengan kedua orangtua saya. Hingga kemudian
saya memilih jurusan IPS, dan sekarang saya bisa masuk ke jurusan Psikologi UI.
Saran saya untuk adik-adik semua, galilah potensi diri kita sendiri, cobalah untuk
bereksperimen. Manfaatkan dengan baik semua hal atau source yang ada di sekitar kalian. Jangan takut untuk bertanya,”
ujar Athalla.
Acara
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Saya yang masih penasaran dengan karya
adik-adik yang ada di stand kemudian melipir ke luar dari panggung utama.
Secara urut saya menyisiri stand-stand yang ada, mulai dari stand SD, SMP, SMA,
stand Kemendikbud, Mitra, Penerbit dan Aplikasi, Lembaga Pemerintahan, Komunitas
Literasi, hingga stand Pendidikan Khusus dan SMK.
Stand di FLS 2019 |
Berbagai kegiatan dan aktivitas di FLS 2019 |
Sempat
takjub saat melihat karya adik-adik di stand Pendidikan Khusus. Karya mereka
sangat-sangat bagus, tak kalah dengan anak normal lainnya. Sayang, produk atau
karya yang dihasilkan adik-adik ini tidak diperjual belikan, hanya dipamerkan
saja. Semoga mereka semua nanti bisa sukses ya. Menjadi agen perubahan untuk
bangsa ini dan juga diri mereka sendiri.
Karya adik-adik di Pendidikan Khusus |
Kegiatan FLS
2019 telah ditutup pada hari Senin, 29 Juli 2019 kemarin. Di akhir kegiatan FLS
ini diumumkan juga nama-nama pemenang lomba FLS 2019 SMA, mulai dari kategori
Cerpen, kategori Komik, kategori Meme, dan kategori syair. Selamat ya adik-adik
semua. Sukses untuk kalian semua. Semangat terus belajar yaa! :)
Foto-foto: pribadi
22 comments