Setiap
anak itu cerdas. Masing-masing dari mereka memiliki kecerdasan dan keunikan
yang berbeda. Ada yang menonjol di bidang matematika, ada yang di bidang seni,
bahasa, fisik, dan lain sebagainya. Intinya, sebagai orangtua, sebaiknya kita mendukung
dan mengasah bakat serta minat yang dimiliki setiap anak.
Itulah
salah satu alasan yang mendasari sebuah perusahaan farmasi terbesar di Asia
Tenggara, yakni Kalbe Farma untuk menyelenggarakan
program Kalbe Junior Scientist Award atau disingkat KJSA. Program ini bertujuan
untuk mendukung bakat yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia, khususnya di bidang
sains.
KJSA
pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011, bertepatan dengan perayaan HUT
ke-45 Kalbe Farma. Ratusan peserta dari berbagai sekolah antusias mengikuti
ajang ini. Bahkan di tahun 2018, KJSA diikuti oleh 1306 peserta dari 383
sekolah.
Talkshow KJSA 2019 |
Tahun
2019 ini KJSA kembali digelar. Kick off
KJSA 2019 dilakukan pada hari Kamis, 18 Juli 2019 di Green House Working Space,
Multivision Tower, Jakarta Selatan. Selain kick
off KJSA 2019, pada acara ini diselenggarakan juga talkshow bertemakan “Memacu
Karya Sains Anak Berbasis Digital”, yang dibagi dalam dua sesi.
Pada sesi
pertama menghadirkan dua orang narasumber, yaitu Bapak Onno W. Purbo, Ph.D
sebagai Pakar Teknologi Informasi dan Dewan Juri KJSA 2019, serta Bapak Dewis
Akbar yang merupakan seorang pengajar anak-anak tentang teknologi informasi dan
juga pendiri Lab Komputer Mini.
Sedangkan
pada sesi kedua menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu Fira Fatmasiefa yang
merupakan Alumni KJSA 2011, Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng. Ph.D
sebagai Peneliti Utama/ Profesor Riset di Pusat Penelitian Fisika LIPI dan juga
Ketua Juri KJSA 2019, serta Ibu Melina Karamoy sebagai Head of Corporate
Communication and Sustainability PT. Kalbe Farma Tbk.
KJSA
merupakan sebuah program lomba karya sains nasional, yang diperuntukkan bagi siswa
siswi tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah. Tujuan utama dari KJSA adalah
untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap ilmu pengetahuan sejak dini,
serta untuk membantu para peneliti-peneliti cilik dengan memberi ruang bagi
mereka untuk menemukan permasalahan yang terjadi di sekitar mereka, lalu
memecahkan permasalahan tersebut dalam bentuk karya sains digital.
Di awal
acara Bapak Pre Agusta selaku Direktur PT. Kalbe Farma Tbk mengatakan bahwa
program KJSA ini diselenggarakan karena sesuai dengan salah satu komitmen
Kalbe, yaitu selalu berinovasi. Inovasi ini akan lebih baik lagi jika bisa
dikembangkan sejak usia dini. Dalam rangka itulah Kalbe sangat konsen untuk
menanamkan inovasi sejak usia dini.
Bpk Pre Agusta |
“Harapannya
dari usia dini baik hingga besarnya memang menjadi ilmuwan-ilmuwan yang
tangguh, yang tidak saja berguna bagi Kalbe namun juga berguna bagi nusa dan
bangsa. Salah satu contohnya adalah Fira, yang merupakan alumni dan juga
pemenang dari KJSA 2011,” jelas Bapak Agusta.
Bapak
Agusta menjelaskan lagi bahwa ada sedikit perbedaan antara KJSA tahun 2019 ini
dengan KJSA tahun-tahun sebelumnya. Di tahun ini pada 20 finalis akan diberikan
mentoring, sehingga hasil karyanya akan menjadi lebih baik lagi. Karena tahun
ini merupakan tahun dengan era digital, maka tema yang diusung pada KJSA 2019
ini adalah KJSA Goes Digital.
Dalam talkshow
sesi pertama, Bapak Onno mempresentasikan topik berjudul Pengaruh Perkembangan
Teknologi Digital terhadap Dunia Sains. Ketika berkunjung ke beberapa negara
lain, Bapak Onno melihat bahwa anak-anak setingkat sekolah dasar di negara tersebut
sudah diperkenalkan dengan ilmu pemograman. Beliau berharap dengan adanya KJSA
ini, bisa menunjukkan pada dunia bahwa anak-anak Indonesia juga mampu dan tak
kalah hebat dengan anak-anak di luar sana.
Bpk Onno |
Bapak
Onno kemudian menjelaskan bagaimana caranya Information Technology (IT) dapat digunakan
untuk membantu anak-anak dalam berinovasi dan berkarya. Fungsi utama dari IT
sendiri menurut Bapak Onno ada tiga, yaitu bisa digunakan sebagai sumber
referensi/ ide, sebagai tempat berkarya, dan sebagai tool untuk berkarya.
Beberapa tool yang bisa digunakan untuk berkarya
yang direkomendasikan oleh Bapak Onno diantaranya adalah App Inventor2,
Scratch, dan ObjectBlock. App Inventor2 dan Scratch direkomendasikan untuk anak
sekolah dasar dan menengah karena tidak begitu sulit diaplikasikan, sedangkan
untuk ObjectBlock direkomendasikan untuk anak sekolah menengah atas karena tool-nya yang lumayan sulit.
Lanjut ke
Bapak Dewis yang merupakan seorang pengajar ilmu teknologi informasi pada anak
yang berlokasi di Garut. Daerah tempat tinggal sekaligus beliau mengajar ini
bisa dikatakan jauh dari jangkauan teknologi dan digital. Walaupun kondisi
mereka sepertinya tidak memungkinkan, namun kenyataannya anak didiknya mampu berkompetisi
dalam ajang lomba teknologi dan informasi se-Asia Pasifik di Cina.
Bpk Dewis |
“Saya
sudah mengajarkan anak-anak SD coding
sejak 5 tahun lalu, tahun 2014. Karena saya melihat kalau anak-anak di luar
negeri sudah diajarkan coding ini sejak kecil. Jadi mengapa anak-anak di Garut
ini gak bisa. Mereka sama-sama anak-anak, pasti mereka juga mampu. Tinggal kita
arahkan saja dan berikan kesempatan pada anak-anak ini. Tak perlu harus dengan modal
besar untuk bisa berkarya. Berkarya bisa di mulai dari hal yang sederhana dan
murah, serta lakukan dengan fun,”
urai Bapak Dewis.
Salah satu karya anak didik Bpk Dewis |
Bapak
Dewis berharap anak-anak diajarkan ilmu pemograman dan coding sejak dini agar tidak ketinggalan dan mampu bersaing dengan
dunia luar. Beliau juga mengharapkan ilmu teknologi informasi ini bisa tersebar
secara merata di seluruh daerah yang ada di Indonesia. Jadi tidak hanya di kota-kota
besar saja, namun hingga ke daerah-daerah pinggiran dan pelosok desa.
Talkshow KJSA 2019 sesi kedua |
Nah, di
sesi kedua ada Fira, alumni KJSA 2011 yang berbagi pengalamannya saat mengikuti
KJSA 2011, serta kegiatan apa saja yang dilakukannya sekarang. Fira merupakan Pemenang
Karya Terbaik bidang Teknologi Terapan di KJSA 2011. Saat itu Fira bersama
dengan adiknya Bramasto Rahman Prakoso mengusung karya dengan nama “Wet Alarm
for Baby”.
Fira yang
waktu itu bersekolah di SDS Pertiwi Medan sangat excited saat terpilih sebagai salah satu finalis yang akan lanjut
berlaga di Jakarta. Karya yang dibuat Fira bisa dibilang sederhana,
terinsiprasi dari wali kelas adiknya yang sering absen karena anak wali kelas
tersebut sering sakit. Masalah inilah yang kemudian ingin dipecahkan oleh
mereka berdua, hingga terciptanya alat yang mereka namakan “Wet Alarm for Baby”.
Fira dengan segudang prestasi |
“Karena
kami khawatir pada wali kelas dan adik bayi, timbullah rasa keingin tahuan kami.
Kami memikirkan bagaimana caranya memecahkan permasalahan tersebut. Jadi ide
itu datang dari pemikiran yang sederhana sekali. dan ini bisa menjadi solusinya,”
ujar Fira.
Hebatnya,
hingga sekarang Fira masih aktif melakukan berbagai macam proyek penelitian.
Berbagai penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional pun diraihnya. Berkat
prestasi dan partisipasinya di bidang sains, Fira berhasil mendapatkan beasiswa
di University of California, Berkeley. Keren ya!
Prof. Nurul |
Prof. Nurul
mengatakan bahwa dalam KJSA ini anak-anak dilatih untuk mampu melihat
permasalahan-permasalahan sosial yang ada di sekitar atau lingkungannya. Lalu mereka
menemukan ide-ide yang orisinal, yang kemudian dilatih untuk diwujudkan dalam
bentuk produk inovasi. Produk inilah yang kemudian dipamerkan dalam KJSA. Prof.
Nurul berharap anak-anak ini bisa menjadi generasi penerus yang mampu menjadi
solusi bagi bangsanya.
Setelah
KJSA 2019 resmi dibuka, ternyata di akhir acara ada peluncuran buku KJSA juga,
yang berisi catatan perjalanan KJSA 2011-2018. Ibu Melina mengatakan bahwa Kalbe
tumbuh dan besar dari sains. Untuk itulah Kalbe ingin mencetak anak-anak yang
cinta sains dari sejak usia dini.
Ibu Melina dan Buku KJSA |
“8 tahun
perjalanan KJSA, Kalbe ingin mencetak legacy
dengan membuat sebuah karya. Buku ini sebagai bentuk apresiasi dan semangat,
terutama bagi anak-anak di seluruh Indonesia. Judul bukunya adalah “Membuat Karya
untuk Hidup lebih Baik”. Di dalamnya berisikan berbagai karya dari anak-anak
KJSA dari tahun 2011 hingga 2018. Buku ini bisa didapatkan di toko-toko buku
terdekat,” pungkas Ibu Melina.
Bagi
adik-adik yang ingin ikut KJSA 2019, bisa baca info cara pendaftarannya di www.kalbe-kjsa.com. Ada beberapa cara pendaftarannya,
bisa dengan cara online via website kalbe-kjsa.com, bisa juga dengan mengirimkan
hasil karya via email ke kjsa@tempo.co.id atau kalbe.jsa@gmail.com. Ada yang
belum jelas dan ingin ditanyakan? Silakan hubungi nomor telpon 021 536 0409
ext. 314 atau 0812 9000 3304. Pendaftaran ditutup tgl 15 September 2019 ya. Yuk,
ikutan! :)
Foto-foto: pribadi
0 comments