“Dari
mata turun ke hati”, “Dari matamu…matamu, kumelihat…”,“Mata indah bola
pingpong”, “Tatap matamu bagai busur panah”, dan masih banyak lagi deh lagu-lagu
lainnya yang memasukkan “mata” sebagai unsur yang menarik dalam tiap liriknya
:D
Ibaratnya
dari mata seseorang itu, kita bisa melihat apa yang ada di dalam hati dan
pikirannya. Semua tergambar dari pancaran matanya. Misalnya kalau lagi happy,
bola matanya akan terlihat bersinar, kalau lagi sedih matanya akan terlihat tak
bercahaya gitu, bahkan ada yang pandangan matanya kelihatan kosong, seperti
orang yang lagi banyak pikiran.
Begitu
pun sebaliknya, dari mata pula kita bisa melihat dunia. Bisa dibayangkan hidup
tanpa mata, semuanya gelap, tak ada satupun yang bisa dinikmati secara visual.
“Mata merupakan jendela dunia”. Begitu ungkapan yang sering kita dengar. Makanya
bersyukurlah dengan nikmat mata sehat yang telah diberikan Sang Pencipta sejak
kita lahir. Mensyukurinya bisa dengan cara merawat apa yang telah diberikan-Nya.
“Mata
saya masih sehat kok! Apanya yang mau dirawat?”, ucap seorang tetangga yang
usianya masih belia.
Nah, mindset
seperti ini yang mesti diubah. Punya mata yang sehat, bukan berarti dibiarkan
begitu saja, tanpa dirawat. Nanti bisa saja karena kondisi tertentu atau
seiring dengan bertambahnya usia, fungsi mata jadi menurun atau rusak. Kondisi
seperti ini bisa diminimalisir dengan merawatnya sedini mungkin. Gak harus menunggu
kesehatan matanya terganggu dulu, baru dirawat dan diobati. Psst… segala
sesuatu yang telah rusak, jarang lho yang bisa dikembalikan lagi seperti
sediakala, termasuk mata.
Lalu
gimana sih caranya merawat mata agar tetap sehat? Dalam acara yang
diselenggarakan oleh Signify pada hari Kamis, 31 Oktober 2019 di Hotel Fairmont
Jakarta, saya mendapatkan informasi bagaimana caranya menjaga dan merawat mata dengan
baik dan benar.
Talkshow "Mata Sehat Mendukung SDM Hebat" (kiri-kanan) Bapak Burhan, dr. Rita, dr Tri, dan Ibu Lea |
Sebagai
seorang spesialis kesehatan, dr. Tri mengatakan bahwa 80% informasi yang kita
peroleh berasal dari mata. Itulah sebabnya mengapa mata diibaratkan sebagai
jendela dunia. Masalahnya gangguan mata sepertinya merupakan hal yang lumrah
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ini akibat kurang aware nya
masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mata. Padahal jika dibiarkan,
gangguan kecil pada mata bisa menyebabkan terganggunya penglihatan kita.
Menurut
dr. Tri masalah kesehatan mata secara global yang umumnya terjadi adalah
katarak, gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, glaucoma, retinopati
diabetic, AMD (degenerasi macula akibat usia lanjut), dan kebutaan anak. Nah,
gangguan ini ada yang ringan, yang bisa dibantu dengan penggunaan kacamata, dan
ada juga yang berat, yang dikategorikan sebagai kebutaan, yaitu mata yang tidak
mampu melihat benda dengan tajam dalam jarak kurang dari 3 meter hitung jari.
Berdasarkan
hasil survei Badan Internasional, dari 7,3 miliar populasi dunia, 253 juta
diantaranya mengalami gangguan pada penglihatannya. 55% diantaranya merupakan
penderita gangguan penglihatan berusia produktif, dan 89% penderita merupakan
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Melihat
kondisi ini, Badan Internasional WHO bekerja sama dengan International Agency
for the Prevention of Blindess (IAPB) melancarkan kampanye “Vision 2020: The
Right to Sight” untuk mencegah dan mengurangi angka penderita gangguan
penglihatan di dunia.
Bagaimana
di Indonesia sendiri? Ternyata angka penderita gangguan penglihatan masih
sangat tinggi, dan umumnya banyak terjadi di usia di atas 50 tahun. Apa yang
menjadi penyebabnya? Menurut dr. Tri, selain rendahnya tingkat kesadaran
masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mata, masalah sarana dan SDM
kesehatan mata juga diduga menjadi penyebab masih tingginya prevalensi kebutaan
di Indonesia.
Jika dulu
masalah gangguan mata umumnya terjadi pada usia lanjut, sekarang gangguan mata
bisa terjadi pada anak-anak. Apa penyebabnya? Karena gaya hidup yang berubah.
Aktivitas indoor, kurang bergerak, dan lama bermain dengan gadget merupakan
penyebab utamanya.
Makanya
tak heran anak-anak zaman now sudah berkaca mata, bahkan ada yang
usianya masih 3 tahun sudah bergantung dengan kaca mata. Mulai dari gangguan
refraksi, myopia (rabun jauh), hyperopia (rabun dekat), astigmatisme,
strabismus, hingga terjadi kelainan pada kongenital, seperti katarak. Yup,
anak-anak bisa terkena katarak. Miris ya :( Jika gangguan penglihatan pada anak
dibiarkan begitu saja atau tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan
ambiyopia (mata malas).
Pernah
mendengar tentang “Mata Lelah”? Sepertinya saya sering mengalaminya, huhu. Mata
Lelah atau Asthenopia biasanya disebabkan karena lamanya mata menatap layar
komputer, gadget, ataupun buku. Selain itu mata juga bisa lelah saat dipaksa
untuk melihat dalam cahaya redup dan atau cahaya yang sangat terang, serta
kurangnya frekuensi berkedip pada mata. Biasanya ini akibat keasyikan menatap
layar gadget/ komputer/ buku hingga lupa berkedip, yang menyebabkan mata
menjadi kering dan perih.
Tanda-tanda
dari mata lelah adalah penglihatan ganda dan penglihatan buram, mata berair,
silau, pegal di sekitar alis, pelipis, dahi, atau leher, hingga sakit kepala.
Nah, bagi kamu yang sering berinteraksi dengan yang namanya komputer ataupun
gadget, sebaiknya lakukan istirahat secara berkala, menempatkan sumber cahaya
jauh dari layar komputer, berikan filter anti-silau pada layar komputer, pasang
tirai pada jendela, serta periksakan mata dan koreksi gangguan pada refraksi
dengan memilih model kaca mata yang tepat.
Tak hanya
dari pencahayaan saja, namun posisi duduk dan posisi layar komputer/ gadget
juga dapat mempengaruhi kenyamanan mata. Disarankan jarak layar dengan mata
minimal 50 cm, dengan letak bagian tengah layar 10-20 derajat (5-6 inci) di
bawah garis pandang. Atur posisi postur tubuh untuk menghindari nyeri otot
leher, punggung, bahu, dan kepala (posisi ergonomis).
dr. Tri
juga menjelaskan bahwa untuk membuat mata nyaman, yang bisa berefek pada
kesehatan penglihatan, sebaiknya perhatikan pemakaian bola lampu atau bohlam.
Sebaiknya gunakan bohlam yang tidak berkedip, tidak silau, cahayanya menyebar
merata, terang secara optimal, kontras adekuat, warna-warna terlihat dengan
baik, serta tidak ada efek stroboscopic-nya.
Selain
itu, baik orang dewasa maupun anak-anak perlu menggunakan pencahayaan yang baik
saat melakukan kegiatan sehari-hari. Ajaklah anak-anak untuk lebih sering
melakukan kegiatan outdoor. Karena cahaya alami dari matahari akan lebih baik
untuk kesehatan mata. Hindari paparan sinar UV-B, rokok, serta kemungkinan cedera
saat bekerja dengan menggunakan pelindung mata.
Itu salah
satu cara untuk menjaga kesehatan mata dari luar ya. Sedangkan dari dalam,
tubuh butuh asupan nutrisi yang cukup dan seimbang agar bisa melakukan
fungsinya dengan baik, termasuk organ mata.
Sebagai
pakar nutrisi, dr. Rita menyampaikan bahwa untuk menutrisi mata dibutuhkan
Vitamin A dan protein hewani. Info menarik yang baru saya ketahui adalah, bahwa
ternyata wortel bukanlah sumber Vitamin A. Tapi wortel merupakan pro Vitamin A,
yang dapat diubah di dalam tubuh menjadi Vitamin A. Jadi yang lebih dibutuhkan
untuk menutrisi mata adalah Vitamin A, protein, dan zink.
Tips
menjaga kesehatan mata menurut dr. Rita adalah dengan menyayangi mata,
menggunakan penerangan yang cukup dalam setiap aktivitas, khususnya membaca,
serta rutin memeriksakan mata. Lalu berikan bonus makanan sehat untuk mata,
seperti tomat, kiwi, wortel, dll. Btw, dari dr. Rita saya mengetahui
bahwa mengkonsumsi wortel sebanyak-banyaknya ternyata mata jadi sehat ya. Mengkonsumsi
satu zat gizi yang terlalu banyak atau berlebihan, bisa menjadikannya radikal
bebas di dalam tubuh, yang nanti malah dapat mengganggu kesehatan. Begitupun
sebaliknya.
Ngomong-ngomong
tentang bohlam yang nyaman di mata, Signify yang merupakan brand pemimpin dunia
di bidang pencahayaan, sudah cukup lama mengeluarkan produk bohlam Philips LED
yang nyaman di mata. Bahkan Signify menghadirkan khusus bohlam Philips LED
EyeComfort dengan kualitas cahaya yang tinggi dan baik untuk kesehatan mata.
Bapak
Burhan kemudian menjelaskan bagaimana kriteria lampu yang nyaman di mata, yaitu
yang tidak berkedip, tidak bikin silau, tidak berisik, cahayanya menyebar merata,
aman dari cahaya biru, dapat menampilkan warna dengan baik, dan tidak ada efek
stroboskopik (kemampuan untuk menghilangkan distorsi dalam persepsi gerak).
Bohlam
Philips LED EyeComfort terinspirasi dari susunan biji bunga matahari, sehingga dengan
mengaplikasikan pada Philips LED, cahaya yang dihasilkan dapat tersebar secara
merata. Bapak Burhan mengatakan bahwa dengan teknologi ini, bohlam Philips LED
EyeComfort mampu memenuhi semua kriteria lampu yang nyaman di mata.
Mr. Rami Hajjar |
Kita berterima
kasih dengan anugerah mata yang membuat kita bisa melihat dunia, mata pun akan
berterima kasih pada kita dengan membuatnya nyaman. “…with EyeComfort and Interlaced
Optics product range, your eyes will thank you!
Memperingati
Hari Penglihatan Sedunia 2019 (World Sight Day 2019), Signify yang peduli dengan
kesehatan mata masyarakat dunia, bekerja sama dengan Perdami untuk mendukung
visi pemerintah menciptakan SDM Hebat. Dengan mata yang sehat, akan tercipta
SDM yang hebat.
Foto: pribadi
0 comments