SCG Indonesia Ajak Masyarakat untuk Bergaya Hidup Sirkular
By Dewi Sulistiawaty - Januari 26, 2020
Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada hari Rabu, 22
Januari 2020, saya mendapat undangan dari Komunitas Emak-Emak Blogger untuk
menghadiri acara SCG Welcoming Circular 2020 di The Kasablanka, Jakarta.
Acara yang diselenggarakan oleh SCG Indonesia ini ternyata
ingin memperkenalkan tentang konsep ekonomi sirkular (circular economy) pada seluruh peserta yang hadir,
serta mengajak peserta untuk bergaya hidup sirkular melalui SCG Circular Way.
Hmm, apa tuh ekonomi sirkular? Ada yang sudah pernah baca atau dengar?
Pada acara tersebut hadir Ibu Pathama Sirikul selaku
Presiden Direktur PT. SCG Indonesia, Ibu Delicia Aprianne selaku Environmental
Consultant PT. SCG Indonesia, Ibu Dewi Kusmianti selaku Pelatih Project Niracle
di Desa Padasuka, Soreang, Bandung, serta Afyan Cholil Asy’ari yang merupakan
bagian dari Niracle Team dan penerima beasiswa SCG Sharing the Dream.
Untuk awalnya, baiknya saya menceritakan terlebih dulu
mengenai SCG ya. SCG (PT. Siam Cement Group) merupakan salah satu grup
konglomerasi terkemuka di Kawasan ASEAN, yang terdiri dari tiga bisnis utama,
yaitu Cement-Building Materials, Chemicals, dan Packaging.
Perusahaan dengan tagline “Passion for Better”
yang berpusat di Thailand ini telah berdiri sejak tahun 1913, dan mulai masuk
ke pasar Indonesia pada tahun 1995. Hingga saat ini SCG Indonesia telah
memiliki 29 perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan total
karyawan sekitar 8.300 orang.
Ibu Pathama |
Menurut Ibu Pathama, Indonesia merupakan negara yang
sangat penting bagi SCG, karena Indonesia memiliki pangsa pasar yang sangat besar
dan potensial. Beliau juga menyampaikan bahwa SCG Indonesia berfokus pada
prinsip berkelanjutan, dan terus memberikan kontribusinya pada masyarakat dan
komunitas di mana SCG beroperasi, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Indonesia.
Di Thailand, SCG menjadi pioneer untuk penerapan
ekonomi sirkular. Salah satu contohnya adalah dengan diadakannya sebuah forum
yang dinamakan SCG Sustainable Development (SD) Symposium. Dalam forum ini
pemimpin dari berbagai negara dan pemimpin organisasi internasional berkumpul
untuk membicarakan mengenai sirkular ekonomi, apa pentingnya untuk sebuah
negara, serta bagaimana cara mengimplementasikannya.
Sirkular ekonomi bisa dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari, dan menjadikannya sebagai gaya hidup yang sirkular, yaitu make-use-return.
Ibu Delicia percaya bahwa dengan menerapkan sustainable development
dalam kehidupan, tidak hanya akan memberikan dampak pada bisnis SCG saja, namun
juga berdampak ke lingkungan, sosial, serta perekonomian di masyarakat.
Talkshow mengenai ekonomi sirkular (kiri-kanan) Ibu Dewi, Afyan, Ibu Delicia, dan MC |
“Ekonomi sirkular ini bisa menjadi solusi untuk isu
yang ada saat ini, seperti penumpukan limbah, serta masalah lingkungan lainnya.
Dan ini bisa di mulai dari diri kita sendiri. Seperti kita mulai dari internal
SCG, dengan mengajak teman-teman kita untuk join dalam gaya hidup
sirkular,” ujar Ibu Delicia.
Prinsip 5R dalam Konsep Ekonomi Sirkular:
- Reduce,
yaitu mengurangi penggunaan bahan baku dari alam.
- Reuse,
yaitu mengoptimalisasi penggunaan bahan yang dapat digunakan kembali.
- Recycle,
yaitu menggunakan hasil dari proses daur ulang, atau dari
- Recovery, yaitu
proses pemulihan, atau dengan
- Repair/ refurbished, yaitu melakukan perbaikan.
Di kantor SCG sendiri, salah satu konsep ekonomi
sirkular yang sederhana diterapkan adalah dengan mengajak teman-teman di SCG
untuk memilah sampah organik dan non-organik saat membuangnya ke tempat sampah.
Dalam melaksanakan program sirkular ekonomi, SCG juga merangkul
banyak pihak, mulai dari pemerintah, komunitas, dan perusahaan lainnya untuk join
bersama SCG untuk bersama memberikan solusi ke lingkungan Indonesia.
Tiap tahunnya, SCG Indonesia juga rutin memberikan beasiswa
melalui program SCG Sharing the Dream pada pelajar SMA sederajat dan
universitas yang ada di Indonesia. Program yang sudah dilaksanakan oleh SCG sejak
tahun 2012 ini telah memberikan beasiswa pada sekitar 2.072 pelajar hingga saat
ini.
Salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa dari SCG
adalah calon penerima beasiswa harus membuat esai terlebih dulu, dengan tema
mengenai sirkular ekonomi. Nantinya penerima beasiswa akan dipilih berdasarkan
esai yang telah mereka susun. Diharapkan penerima beasiswa ini sedini mungkin dapat
menjadi agent of change.
Afyan, seorang mahasiswa ITB yang berhasil meraih beasiswa
dari SCG menceritakan tentang proyek sosial yang dikerjakannya bersama dengan 9
orang teman mahasiswa lainnya di Desa Padasuka, Soreang, Bandung.
Afyan mengatakan bahwa hampir 70% penduduk di Desa
Padasuka bermata pencaharian sebagai pekerja industri konveksi rumahan. Kain
perca sisa konveksi yang menumpuk mereka bakar, dan kemudian limbahnya dibuang
ke sungai.
Afyan dan temannya mencoba mencari solusi untuk permasalahan
limbah ini, dengan menerapkan konsep sirkular ekonomi. Afyan dan temannya lalu membentuk
sebuah tim yang dinamakan Project Niracle. Niracle Team kemudian berinisiatif
untuk membina warga di Desa Padasuka dengan mengolah kembali limbah tekstil
tersebut, sehingga dapat menjadi nilai tambah bagi warga. Tak hanya itu,
lingkungan pun dapat terjaga dengan baik, karena tidak ada lagi limbah tekstil
yang dibuang ke sungai. Inspiratif!
Afyan menceritakan bahwa bentuk beasiswa yang
diberikan oleh SCG salah satunya adalah dengan menyediakan tenaga ahli yang
dapat membantu melatih masyarakat di Desa Padasuka.
Ibu Dewi sendiri mengaku sangat senang bisa melatih warga
dalam project Niracle ini. Sampah yang dulu dibuang, sekarang bisa bernilai dan
bermanfaat. Bersama dengan para mahasiswa dari Niracle, Ibu Dewi terus memberi semangat pada warga
agar mau menggunakan kembali sampah yang sudah tidak terpakai menjadi barang
yang bermanfaat dan bisa menghasilkan nilai ekonomi buat mereka sendiri.
“Kita terus memberi semangat pada warga untuk mau
mengolah kembali limbah konveksi mereka, demi kebaikan wilayah mereka sendiri,
untuk memperbaiki lingkungan, serta bisa untuk memperbaiki ekonomi mereka juga.
Pokoknya mah, gimana caranya membangkitkan semangat warga agar tergerak untuk
ini,” jelas Ibu Dewi.
Dalam acara ini diperlihatkan salah satu hasil olahan
dari kain perca sisa konveksi yang biasanya dibuang oleh warga. Hasilnya sangat
cantik dan menarik. Saya gak menyangka kalau rangkaian bunga tersebut
dihasilkan dari limbah tekstil, sangat bernilai jual.
Hasil olahan dari limbah tekstil |
Itu baru salah satu contoh konsep ekonomi sirkular yang bisa diterapkan dalah keseharian. Masih banyak lagi contoh lainnya,
misalnya untuk sampah organik, bisa diolah menjadi kompos, dengan cara
menimbunnya di tanah. Pakaian bekas tak layak pakai bisa diolah menjadi kain
lap atau pernak pernik cantik lainnya (banyak ide lainnya yang bisa kamu lihat
di YouTube). Atau bisa di mulai dari hal sederhana seperti menggunakan plastik secara
bijak dan memilah sendiri sampah rumah tanggamu 😊
Di akhir acara, kami diajak untuk mengikuti workshop pembuatan
kreasi daur ulang dari bahan bekas. Yup, kami diajarkan cara membuat tassel.
Awalnya saya pikir bikin tassel ini rumit, ternyata nggak kok! Buktinya
saya dan teman-teman bisa membuatnya dengan mudah. Bahkan ada yang sampai membuat
beberapa buah tassel :D Tassel yang awalnya diperuntukkan untuk tote
bag, malah ada yang berkreasi untuk dijadikan anting dan asesoris jilbab.
Boleh juga, hehe….
Workshop membuat tassel dari bahan limbah tekstil |
Oya, ada info tambahan nih. Acara hari ini merupakan
pembuka dari acara besar yang akan diadakan pada tanggal 22 Februari 2020 nanti,
yaitu SCG SD Symposium Indonesia 2020: Circular Economy, Collaboration for
Action. Ini untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah dalam sebuah
forum global SCG SD Symposium.
Semoga hasil dari forum
nanti bisa memberi inspirasi dan menambah pengalaman bagi seluruh peserta yang
hadir mengenai konsep ekonomi sirkular ya (oya, jangan lupa di-share
ilmu yang diperoleh dari forum ini ya :D), sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan
dapat tercapai. Amiin….
Foto bersama |
Foto-foto: pribadi
18 comments