Zat Besi dan Peran Pentingnya Dalam Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak
Anemia akibat kekurangan zat besi (Pic source: Pixabay) |
“Duh,
anakku kena anemia, Wi. Kenapa ya? Padahal dia makannya banyak. Kok bisa kena
ya,” curhat sahabatku pada suatu hari.
“Haduh, iya,
kok bisa ya. Gimana anemianya? Bisa cepat disembuhin kan?” kataku balik
bertanya.
“Kata
dokter anemia ringan, Wi, karena kekurangan zat besi. Tolong do’ain aja ya Wi,
supaya anemia Zia bisa diobati,” jawab sahabatku.
Iya, semoga Zia lekas sembuh ya. Kamu juga, semangat ya ngerawat Zia nya. Jaga badan kamu juga,” kataku.
---
Itulah
percakapanku dengan salah seorang sahabat via telepon seluler beberapa waktu
yang lalu. Zia, anak keduanya didiagnosis anemia karena kekurangan zat besi.
Sedih rasanya ketika mendengar kabar ini, karena saya mengenal Zia sejak dia
lahir. Yang bikin saya heran, sebenarnya apa sih penyebab dari anemia ini?
Sepertinya makan banyak gak menjamin anak terlepas dari risiko terkena anemia
ya?
Semua
pertanyaanku ini akhirnya terjawab ketika aku mengikuti sebuah talk show bertajuk
“Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia, dan Dampaknya
Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju”. Acara yang diselenggarakan oleh Danone
Specialized Nutrition ini dilaksanakan via Zoom Webinar pada hari Kamis, 17
Desember 2020.
Pada talkshow yang dipandu oleh Dr. dr. Ray Basrowi, MKK selaku Medical Director Danone Specialized Nutrition ini hadir dua orang narasumber yang ahli di bidang nutrisi dan tumbuh kembang anak, yaitu dr. Nurul Ratna Mutu Manikam, M.Gizi, SpGK dan Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si, Psikolog. Lalu hadir juga dua selebriti Indonesia yang menjadi bunda 2 anak, yaitu Alyssa Subandono dan Tya Ariestya.
Danone Indonesia selenggarakan webinar edukasi terkait pentingnya zat besi untuk tumbuh kembang anak (Pic source: pribadi) |
Di awal
acara, Bapak Arif Mujahidin selaku Corporate Communications Director Danone Indonesia
menyampaikan bahwa setiap bangsa pasti memperhatikan perkembangan anak-anak,
karena anak-anak inilah yang nantinya akan menentukan masa depan bangsa.
Kegiatan
webinar ini terselenggara sebagai salah satu bentuk kontribusi Danone Indonesia
dalam mendukung tumbuh kembang anak. Tujuannya adalah untuk mendorong pemahaman
masyarakat terkait permasalahan kesehatan anak, serta mengajak seluruh orangtua
agar bisa memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan gizi harian
anak, termasuk pemenuhan zat besi dan dapat terserap dengan baik.
Bpk Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia (Pic source: pribadi) |
“Isu-isu
terkait anak menjadi perhatian kami di Danone Specialized Nutrition, karena
Danone secara global merupakan perusahaan yang peduli terhadap isu kesehatan.
Danone juga memiliki kepedulian yang besar untuk mendukung anak agar bisa
menjadi Anak Generasi Maju,” sambut Bapak Arif.
Anak-anak masuk dalam kelompok rentan yang harus dilindungi bersama. Salah satu perlindungan yang paling penting adalah dengan mengetahui akar permasalahan yang menjadi potensi penghambat tumbuh kembang anak tersebut, sehingga bisa dilakukan pencegahan sejak dini. Diperlukan kerjasama dari semua pihak, untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia bisa terpenuhi haknya untuk maju dan terus berprestasi. #semangatgenerasimaju
“Semoga
anak-anak Indonesia dapat menjadi generasi yang unggul dan mampu berkompetitif
secara internasional di era Indonesia Emas. 100 tahun setelah kemerdekaan,
yaitu di tahun 2045,” ujar Bapak Arif lagi.
Anak Generasi Maju menyambut Indonesia Emas 2045
(Pic source: cosmopolitanfm)
Anemia Defisiensi Besi dan Efeknya Terhadap Kesehatan
Kualitas
anak Indonesia, terutama anak-anak balita menjadi faktor kunci dalam membentuk Generasi
Emas 2045. Ternyata dalam upaya meningkatkan kualitas anak bangsa ini,
tersembunyi berbagai ancaman yang bisa menyerang anak-anak, salah satunya
adalah permasalahan gizi, termasuk juga di dalamnya masalah kekurangan zat
besi.
Menurut
dr. Nurul, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM,
hingga sekarang Indonesia masih terperangkap dengan masalah anemia, salah
satunya anemia karena defisiensi zat besi, yang mencapai 50% hingga 60% dari
keseluruhan faktor penyebab anemia.
Kesehatan
ibu hamil perlu dijaga dengan baik agar terhindar dari anemia. Jika ibu hamil mengalami
anemia, maka anak yang dikandungnya bisa berisiko mengalami anemia juga. Dari
data Riskesdas Kemenkes RI tahun 2013 tercatat bahwa jumlah ibu hamil yang
mengalami anemia mencapai 37,1%. Angka ini terus mengalami kenaikan hingga di
tahun 2018 mencapai 48,9%. Kemungkinan masalah ini disebabkan oleh faktor
edukasi, penyakit, atau bisa juga karena susahnya akses ke tenaga kesehatan.
Dari data
tersebut juga didapatkan informasi bahwa 84,6% dari ibu hamil yang mengalami anemia
ini berusia 15-24 tahun. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu hamil berusia
muda ini mengalami anemia, diantaranya faktor ketidakmampuan mereka dalam mempersiapkan
kehamilan, kurangnya edukasi, serta tingkat pemahamannya yang kurang akan
pentingnya zat besi untuk mencegah anemia dan dampaknya ke depan pada bayi yang
dikandungnya.
“Prevalensi anemia pada kehamilan secara global adalah sekitar 38%. Ini artinya nilai prevalensi anemia pada kehamilan di Indonesia lebih tinggi sekitar 10% dibandingkan nilai secara global,” jelas dr. Nurul.
Kondisi Anemia pada Anak
Anak akan
memasuki masa kritis terjadinya anemia pada usia 6 bulan – 3 tahun, yaitu pada
saat anak sudah mulai dikenalkan dengan makanan selain ASI. Pada usia ini,
kebutuhan anak akan zat besi semakin meningkat, karena terjadinya pertumbuhan
sel saraf pada otak anak. Zat besi merupakan salah satu komponen penting dalam
pembentukan sel saraf di otak. Anak-anak di usia ini pun mengalami pertumbuhan
yang cepat.
Anak bisa
berisiko mengalami anemia karena kurangnya pemenuhan zat besi dalam makanan
yang dikonsumsinya. Ini bisa terjadi pada anak yang pilih-pilih makanan atau picky
eater, yang tidak suka mengkonsumsi makanan yang bersumber dari hewani. Tak
heran jika 47% anak di dunia mengalami anemia, bahkan 50-60% nya disebabkan
oleh defisiensi zat besi.
“Dari
data Rikesdas Kemenkes diketahui bahwa anak yang paling banyak mengalami anemia
itu yang berusia 1-2 tahun. Kemudian anak usia 2-3 tahun, dan selanjutnya disusul
anak yang usianya lebih tua. Di data tersebut juga nampak bahwa jumlah anak
perempuan dan anak laki-laki yang mengalami anemia itu berimbang. Jadi baik
perempuan maupun laki-laki sama-sama berisiko mengalami anemia,” papar dr.
Nurul.
Efek Defisiensi Zat Besi
F Pada Ibu Hamil
Dampak
anemia pada ibu hamil adalah meningkatnya risiko kelahiran prematur, Berat
Badan Lahir anak Rendah (BBLR), mudah lelah, letih, dan lesu, berisiko terjadi
komplikasi pendarahan saat persalinan, ada keluhan pada jantung dan pembuluh
darah, tensi menurun, serta adanya pembesaran otot jantung.
F Pada Anak
Dampak kekurangan zat besi pada anak (Pic source: Pixabay) |
Jangka Pendek
-
Menurunnya kognitif/ kecerdasan (IQ)
-
Menurunnya fungsi otak. Seperti menurunnya atensi,
pendengaran, dan visual anak.
-
Menurunnya fungsi motorik. Misalnya anak jadi mudah
lelah dan tidak secekatan teman-teman seusianya.
Jangka
Panjang
-
Menurunnya performa anak di sekolah. Seperti
kurangnya kemampuan anak dalam berhitung, membaca, menulis, dan juga kemampuan bahasanya
berkurang.
-
Perubahan atensi dan sosial karena kurang tanggap
terhadap lingkungan sekitar. Misalnya anak jadi lambat atau lemot.
-
Perubahan perilaku. Misalnya anak jadi kurang
aktif bergerak, kurang atensi dan responsif, serta mudah lelah dan tidak ceria.
Anak yang mengalami anemia cenderung menjadi anak yang peragu, kurang percaya
diri, penakut, dan sulit diatur.
Menurut
dr. Nurul, defisiensi zat besi pada anak dapat dikoreksi, namun dampak yang telah timbul pada anak akan sulit bahkan tidak dapat diperbaiki lagi. Makanya sangat penting
bagi orangtua untuk mencegahnya sejak dini dengan memberikan asupan nutrisi
yang lengkap, terutama kebutuhan akan zat besi.
Peran Zat Besi pada Tumbuh Kembang Anak
F Zat besi
merupakan zat pembentukan komponen myelin saraf otak. Zat besi juga dapat
membantu pembentukan dan fungsi neurotransmitter di otak, serta menjadi
kofaktor enzim dan transporter serotonim, dopamin, dan norepinefrin.
F Zat besi
dapat membantu perkembangan motorik anak. Ini karena zat besi berfungsi untuk membawa
oksigen ke dalam sel, termasuk sel otot.
F Zat besi
dapat mendukung perkembangan perilaku dan emosi anak.
Gejala Anemia pada Anak
Umumnya
anak yang mengalami anemia akan mengeluh mudah pusing dan lelah, wajahnya kelihatan
pucat, serta berperilaku pika, seperti suka mengunyah benda tertentu yang bukan
makanan (es batu, kertas, dan tisu).
Sedangkan
jika dilihat dari hasil pemeriksaan di laboratorium, kadar Hb pada anak yang anemia
mengalami penurunan, cadangan zat besinya juga menurun, serta nampak gambaran
anemia defisiensi zat besi dari hapusan darah tepi.
Penyebab Kekurangan Zat Besi pada Anak
1. Terlambat memperkenalkan MPASI pada anak.
Sehingga anak kekurangan asupan zat besi yang dibutuhkan tubuhnya, yang kemudian
dapat berisiko anak mengalami anemia.
2. Pola konsumsi yang kurang asupan protein,
terutama yang bersumber dari hewani. Perlu diketahui bahwa makanan yang bersumber
dari protein hewani lebih kaya kandungan zat besinya dibandingkan yang
bersumber dari tumbuhan.
3. Kurangnya konsumsi fortifikasi zat besi dalam makanan dan formula pertumbuhan.
4. Pemberian suplementasi zat besi yang tidak
sesuai indikasi. Misalnya pemberian suplemen pada anak, padahal tidak tahu
kadar Hb nya berapa, atau bisa juga karena pemberian dosisnya yang tidak sesuai
dengan aturan pakai.
5. Tidak patuh minum suplementasi. Misalnya dengan
alasan anak mual, kemudian pemberian suplementasinya dihentikan. Karena memang
pada umumnya minuman suplemen zat besi itu relatif kurang menyenangkan bagi
anak-anak.
6. Kemampuan penyerapan zat besi yang tidak
optimal. Hal ini bisa disebabkan karena pada saat mengkonsumsi suplementasi
dibarengi dengan makanan yang lain, yang dapat mengganggu penyerapan zat besi
di tubuh. Bisa juga karena penyakit yang mengabsorsi di usus anak, yang
menyebabkan tubuhnya tidak mampu menyerap zat besi secara optimal di usus.
Upaya Pencegahan Kekurangan Zat Besi
1.
Melakukan uji saring pemeriksaan hemoglobin.
Uji
saring bisa menggunakan metode apapun yang tersedia, misalnya ke laboratorium
atau ke dokter.
2. Mengkonsumsi
makanan yang mengandung sumber zat besi.
Sumber
zat besi paling banyak bisa ditemui pada protein hewani, seperti hati
sapi/ayam, daging merah (sapi, kambing), kuning telur, daging unggas (ayam, bebek),
ikan, udang, dan tiram. Lalu bisa
dilengkapi dengan protein nabati, seperti kacang-kacangan. (kedelai, kacang
hijau, dan kacang merah), sayuran hijau, dan biji-bijian.
3. Mengkonsumsi makanan/ minuman yang
difortifikasi zat besi.
Terkadang
sulit bagi anak-anak untuk bisa memenuhi kebutuhan zat besi untuk tubuhnya sebesar
11 gram/hari dari makanan yang dikonsumsinya sehari-hari. Ada anak yang
makannya masih sedikit, ada juga yang tidak mau makan, sehingga dapat dibantu
dengan pemberian makanan/ minuman yang sudah difortifikasi zat besi untuk anak.
Nutrient yang Dapat Membantu Penyerapan Zat Besi
1. Makanan yang mengandung protein, yang bisa diperoleh
dari protein hewani dan nabati.
2. Makanan yang mengandung vitamin C (Asam
Askorbat), yang bisa diperoleh dari sayur dan buah-buahan. Asam (askorbat/
vitamin C, sitrat, laktat) dan gula (fruktosa, sorbitol) mampu meningkatkan
penyerapan zat besi pada daging merah, unggas, dan ikan.
Vitamin
C merupakan zat paling penting yang dibutuhkan tubuh. Berikan makanan yang kaya akan vitamin C untuk
anak, karena vitamin C dapat membantu mengubah zat besi yang ada pada makanan
menjadi zat besi yang siap diserap ke dalam usus. #ironCuntukgenerasimaju
3. Makanan yang mengandung zat mineral Kuprum
(Cu), yang dapat diperoleh dari lobster, tiram, jamur shiitake, tahu, sayuran
hijau, kacang dan biji-bijian.
4. Makanan yang mengandung vitamin B6, B12, dan
asam folat. Zat ini bisa diperoleh dari ikan, hati ayam dan sapi, daging ayam
dan sapi, kerang, telur, dan susu.
5. Makanan yang mengandung Seng (Zn), yang bisa
didapatkan pada daging merah, daging ayam, lobster, telur, produk susu, kacang
dan biji-bijian.
Di akhir
paparan materinya dr. Nurul menyarankan, agar sebaiknya orangtua membatasi pemberian
makanan dan minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi pada anak yang sedang
mengalami anemia, diantaranya minuman yang mengandung tanin (teh dan kopi), asam
oksalat yang terdapat pada buah beri, coklat, dan teh, serta makanan yang mengandung
fitat, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan sayuran.
Lalu tidak
disarankan juga bagi anak yang mengalami anemia untuk mengkonsumsi makanan
berserat, telur, serta mineral lainnya, seperti seng, kalsium, magnesium, dan
fosfor, karena dapat mengganggu penyerapan zat besi di dalam tubuh. Penting
bagi orangtua untuk lebih cermat memberikan zat besi yang dibutuhkan dan sesuai
untuk anak. Untuk informasi yang lebih lengkap dan tepat, sebaiknya konsultasikan dengan dokter ya, atau bisa juga bertanya melalui Sahabat Generasi Maju di generasimaju.co.id 😊
Optimalkan Tumbuh Kembang Anak
Bicara
mengenai Anak Generasi Maju yang nantinya akan menjadi Generasi Emas 2045, harus
dipastikan bahwa anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga
menjadi anak yang berkualitas baik pula. Untuk itu, selain memberikan asupan nutrisi
yang baik, tepat, dan seimbang, anak juga perlu diberikan stimulasi yang tepat
agar tumbuh kembangnya lebih optimal lagi.
Psikolog
Anna Surti atau yang akrab disapa Mbak Nina mengatakan bahwa dalam menstimulasi
anak, terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembangnya, yaitu
aspek Kognitif/ Bahasa (contohnya dapat berpikir cepat), Emosi/ Sosial (contohnya
percaya diri, dapat mengendalikan emosi dengan baik, aktif bersosialisasi, dan tangguh),
serta Fisik/ Motorik (contohnya tumbuh tinggi, fungsi gerakan tubuh berkembang
dengan baik).
5 Potensi Prestasi
1. Berpikir
Cepat
Kemampuan
anak untuk mengolah suatu informasi secara mendalam, kritis, cerdas, dan
kreatif.
2. Tumbuh
Tinggi
Perkembangan
tubuh menjadi tinggi, kuat, sigap, fleksibel, luwes, lincah, dan terampil.
Koordinasi motorik kasar dan motorik halus pada anak berkembang dengan baik.
3.
Percaya Diri
Keyakinan
anak tentang kemampuan dirinya, serta kemampuan anak untuk mengendalikan diri dan
mengatur emosinya. Percaya diri di sini bukanlah tentang kesukaan anak untuk tampil
di depan orang lain.
4. Aktif
Bersosialisasi
Kemampuan
berinteraksi dengan orang lain dengan menampilkan keterampilan sosialnya.
Contoh keterampilan sosial adalah berkenalan, mengantri, berbagi, serta menyelesaikan
permasalahannya dan temannya.
5.
Tangguh
Kemampuan
anak untuk mengatasi stres pada situasi menantang.
Dampak Jika 5 Potensi Prestasi Tercapai
1. Jika anak bisa berpikir cepat, maka anak bisa
fokus, tidak mudah terdistraksi, memiliki daya ingat yang baik, lancar
berpikir, kritis, dan kreatif.
2. Jika anak bertumbuh tinggi, maka ia akan menjadi
anak yang lincah, luwes, kuat, koordinasi motoriknya baik, dan bisa seimbang
yang merupakan cikal bakal dari konsentrasi.
3. Jika anak punya rasa percaya diri, maka ketika
anak berani mencoba, ia akan menjadi anak yang lebih produktif, lebih santai,
dan Bahagia.
4. Jika anak aktif bersosialisasi, maka anak akan
memiliki banyak teman, banyak dukungan, banyak kesempatan terbuka, dan saat
mencari pekerjaan nanti ia akan lebih mudah mendapatkannya karena memiliki banyak
akses.
5. Jika anak dapat mencapai ketangguhannya, maka
ia akan termotivasi, banyak mengalami keberhasilan, dan lebih berprestasi.
Dampak Jika 5 Potensi Prestasi Tidak Tercapai
1. Jika anak tidak bisa berpikir cepat, maka anak
cenderung mudah terdistraksi, pelupa, lambat paham, mudah tertipu, dan pikirannya
tertutup.
2. Gerakannya kaku, tidak seimbang, mudah capek,
lemas, canggung, dan susah untuk konsentrasi.
3. Pencemas, ragu-ragu, dan banyak masalah.
4. Minder, kesepian, sulit beradaptasi, bahkan
bisa sulit mendapatkan peluang-peluang baik yang ada di sekelilingnya.
5. Banyak permasalahan yang tidak terselesaikan, sering
mengalami kegagalan, dan semakin banyak hambatan yang dihadapi.
Cara Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak
Mbak Nina
yang saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Psikolog Klinis Jakarta lebih lanjut
menjelaskan, jika orangtua ingin anaknya bisa tumbuh dan berkembang dengan
optimal, maka kebutuhan nutrisinya juga harus terlengkapi dengan baik, termasuk
kebutuhan zat besinya.
Kekurangan
zat besi pada anak, dapat berdampak pada perkembangan psikologisnya, diantaranya:
-
Tumbuh kembang anak jadi terhambat.
Anak yang kekurangan zat besi akan mudah lelah, sehingga ia akan malas main. Ini tentu saja akan menghambat aktivitas bersosialisasinya. Akibatnya anak akan susah memiliki teman.
-
Kualitas tidurnya bermasalah.
Akibatnya anak akan mudah rewel,
kemampuan konsentrasinya terganggu, dan kecerdasannya tidak optimal.
-
Berisiko besar mengalami masalah kesehatan mental.
Salah satunya anak bisa mengalami
pika, yang tentu saja akan dianggap aneh oleh teman-temannya. Akhirnya anak
akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
-
Anak akan mudah marah dan mudah tersinggung.
Tidak ada orang yang suka dengan orang yang mudah marah. Jadi ini tidak saja akan mengganggu dirinya sendiri, namun juga orang yang ada di sekitarnya.
Cara Tepat Menstimulasi 5 Potensi Prestasi pada Anak
1. Stimulasi untuk Berpikir Cepat
Ajari anak bicara dengan jelas,
perbanyak kosa kata dengan membaca buku dan mengajaknya mengobrol, serta mengajak
anak bermain teka teki bersama.
2. Stimulasi untuk Tumbuh Tinggi
Pastikan gizi anak tercukupi
dengan baik, termasuk zat besi. Berikan juga anak ruang yang aman untuk
bergerak, serta perbanyak kesempatan anak untuk beraktivitas fisik.
3. Stimulasi untuk Percaya Diri
Berikan kesempatan anak memilih,
berikan pujian ketika anak menunjukkan perilaku baik, dan berikan kesempatan pada
anak untuk melatih kemampuan merawat diri.
4. Stimulasi untuk Aktif
Bersosialisasi
Gunakan bahasa utama dalam keseharian
saat berkomunikasi, dengarkan dan beri respon positif saat anak berinteraksi
dengan orang lain, serta ajak anak melakukan aktivitas permainan pretend
play atau roleplay.
5. Stimulasi untuk Tangguh
Beri kesempatan anak berusaha,
terutama ketika menghadapi situasi atau tugas yang menantangnya, di luar
kebiasaannya dan sulit baginya. Jadilah contoh pribadi tidak mudah menyerah, berani
mencoba, dan menggunakan cara sehat saat mengatasi masalah. Lalu jagan lupa
memberikan apresiasi ketika anak menunjukkan usaha.
Berbagi Cerita Bersama Alyssa dan Tya tentang Dampak Kekurangan Zat Besi pada Anak
Alyssa dan Tya berbagi pengalaman dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, termasuk kebutuhan zat besi anak-anak mereka |
Alyssa sendiri mengaku bahwa ia sebenarnya sudah mendapatkan informasi dari dokter spesialis anak, mengenai nutrisi apa saja yang harus diasupnya, mulai dari awal kehamilan hingga anak-anaknya lahir. Namun setelah mendengar paparan dari dr. Nurul dan Mbak Nina, ada kekhawatiran dalam diri Alyssa akan kecukupan zat besi pada anak-anaknya. Apalagi melihat data yang berikan dr. Nurul dengan tingginya angka anak yang mengalami anemia dari tahun ke tahun.
“Tadinya saya pikir anak saya berubah perilaku belajarnya hanya karena kondisi yang berbeda dan ia harus beradaptasi dengan situasi pandemi ini. Ternyata zat besi juga memiliki peranan yang penting dalam tumbuh kembang anak ya,” ungkap Alyssa.
Alyssa menyatakan bahwa ia akan mengecek lagi kecukupan zat besi dan memastikan agar anak-anaknya jangan sampai kekurangan zat besi. Apalagi anak-anaknya masih dalam masa pertumbuhan. Sebagai orangtua, ia juga ingin anak-anaknya nanti menjadi Anak Generasi Maju, yang bisa menjadi pemimpin bangsa di kemudian harinya.
Sependapat dengan Alyssa, Tya juga ingin anak-anaknya tumbuh dengan sempurna, tanpa kekurangan satu apapun. Namun Tya mengaku bahwa ia masih butuh banyak masukan dari para pakarnya. Menurut Tya dalam pengaplikasiannya, orangtua dituntut untuk lebih kreatif. Menurutnya lagi dibutuhkan perhatian khusus, kesabaran dan juga kreativitas yang tinggi dalam merawat dan mendidik anak-anak.
“Kalau dari teori saja kelihatannya gampang ya, dengan memberikan anak protein hewani agar zat besinya tercukupi. Namun kenyataannya butuh kesabaran untuk memberikannya pada anak. Kadang anaknya gak mau makan. Di situlah dituntut kreativitas dari orangtua dalam mengolah makanan, sampai akhirnya anak tertarik dan mau makan,” curhat Tya.
Alyssa juga memiliki trik yang sama dengan Tya agar anaknya mau mengkonsumsi beragam makanan bernutrisi, yaitu dengan mengganti-ganti menu makanan dan membuat makanan sekreatif mungkin. Tanpa melupakan, menu makanan yang diasup anak sudah harus lengkap dan tercukupi nutrisinya.
Ini menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua untuk bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka, khususnya dalam memberikan nutrisi dan stimulasi pada anak. Apalagi di masa pandemi ini, orangtua jadi lebih ekstra lagi dalam menjaga kesehatan anak-anaknya.
Lalu bagaimana caranya bagi orangtua bisa memastikan bahwa asupan zat besi pada anaknya sudah tercukupi? Di masa pandemi ini sangat riskan, dan bahkan kebanyakan orangtua merasa takut untuk membawa dan mengecek kesehatan anaknya ke dokter atau laboratorium. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan makanan/ minuman tambahan yang sudah difortifikasi zat besi.
Sedangkan cara lain yang bisa dilakukan orangtua adalah dengan mengunjungi situs www.generasimaju.co.id, yaitu sebuah platform daring yang disediakan oleh Danone Specialized Nutrition untuk membantu orangtua memperkirakan kadar ketersediaan zat besi pada anak. Dalam situs ini, orangtua akan diberikan serangkaian pertanyaan yang dapat membantu memperkirakan kondisi ketersediaan zat besi pada anak.
Semua informasi yang saya dapatkan dalam webinar ini benar-benar memberikan insight dan menambah wawasan baru bagi saya, khususnya mengenai peranan penting zat besi bagi tumbuh kembang anak, serta dampaknya jika anak kekurangan zat besi. Usaha apa yang mesti dilakukan oleh orangtua agar jangan sampai anaknya kekurangan zat besi, dan banyak lagi informasi lainnya.
Webinarnya sarat banget dengan informasi,
sampai-sampai saya tak sadar sudah menuliskan semuanya di sini. Karena menurut
saya semua informasi yang diberikan sangat penting. Terima kasih Danone
Indonesia. Saya harap teman-teman yang membaca ini juga dapat tercerahkan, sama
seperti yang saya dapatkan 😊
Untuk informasi bisa kunjungi:
Website: generasimaju.co.id
Instagram: @nutrisibangsa
Twitter: @Nutrisi_Bangsa
Telepon: 0800-1-360360 (Bebas Pulsa)
WhatsApp: 0823 6036 0660
0 comments