KIAT SUKSES UNTUK MEMULAI DAN MENGEMBANGKAN USAHA
Saya besar dan tumbuh dengan latar belakang keluarga seorang pedagang, lebih tepatnya pedagang kain. Masih lekat diingatan saya, bagaimana tumpukan kain berbal-bal berbagai warna, yang disimpan di kamar bagian belakang. Nenek (ibu dari mama saya) yang mempunyai beberapa toko kain di pasar raya memang biasa menyimpan stok kain di rumah.
Kakak
nenek – saya memanggilnya Datuk Adang, yang tinggal di Jakarta juga memiliki
toko kain di pasar Tanah Abang. Begitupun dengan adik nenek, yang saya panggil Datuk
Uniang, yang tinggal di Bandung. Sedangkan adik nenek paling kecil, yang saya
panggil Datuk Uncu, bersama dengan nenek mengelola toko kain keluarga di
Padang.
Sayangnya,
sepeninggal nenek, mama tidak begitu tertarik untuk meneruskan usaha nenek,
sehingga toko di pasar hanya disewakan buat digunakan oleh pedagang lain. Mama
lebih suka jualan beras di rumah. Bisa sambil merawat anak, begitu kata mama
waktu itu. Kebetulan, tiap 2 bulan sekali, mama mendapat kiriman beberapa karung
beras dari kampung, hasil dari sawah yang dibeli oleh nenek untuk mama (mama
anak tunggal).
Awal mama jualan beras juga karena kebetulan. Orang yang mengontrak di belakang rumah lagi butuh beras. Sedangkan toko beras di dekat rumah tidak buka. Mama pun menawarkan beras yang dimilikinya, karena merasa kasihan jika orang tersebut mesti ke pasar, cuma untuk membeli beras. Niat mama waktu itu pure ingin memberikan berasnya secara gratis. Namun orang tersebut bersikeras untuk membayar seharga ia biasa beli beras di toko.
Ternyata
orang tersebut malah menyukai beras yang dibelinya dari mama, dan meminta mama agar
mau menjual lagi beras tersebut padanya. Begitulah, dari yang awalnya satu
orang, lama kelamaan orang yang mengontrak lainnya, hingga tetangga membeli
beras ke mama. Kata mereka berasnya bagus. Mama pun senang. Dari yang hanya jual
beras saja, atas permintaan orang-orang juga, mama pun menyediakan berbagai
kebutuhan pokok harian lainnya.
Jiwa berdagang
tersebut juga mengalir ke darah saya. Ketika sedang kuliah, saya sempat membuka
usaha jasa pengetikan. Iya sih, saya usahanya dalam bidang jasa, bukan produk. Well,
mungkin lebih tepat lagi kalau dibilang jiwa berbisnis dari keluarga ya. Dari keluarga
juga saya belajar bagaimana kiat untuk mengembangkan usaha.
Kiat Memulai
dan Mengembangkan Usaha
1. Niat
Apapun
yang mau dikerjakan, selalu niat yang pertama dan utama ya. Ibarat kata semua
di mulai dari niat. Karena dengan adanya niat, berarti sudah ada keinginan untuk
mewujudkan mimpi membuka usaha atau bisnis sendiri.
2.
Tentukan Jenis Usaha
Biasanya
saat sudah niat untuk membuka usaha/ bisnis, kita sudah punya gambaran juga nih
mau buka usaha seperti apa. Jika belum, coba dipilih dulu jenis usaha apa yang sepertinya
cocok. Ada usaha kuliner, sembako, alat tulis/ ATK, perabotan dapur, pakaian/ fashion,
kosmetik, tas, sepatu, barang elektronik, furnitur, aneka souvenir dan
asesoris, serta banyak lagi lainnya.
Sebaiknya
pilih usaha yang sesuai dengan minat atau passion. Selain karena lebih mengerti
dengan bidang tersebut, kita juga betah atau gak sampai bosan dengan usaha yang
kita rintis, karena kita menyukainya. Misalnya kita mau bisnis kosmetik, tapi
karena bukan passion, kita kurang mengerti jenis kosmetik apa yang diminati
dan cocok untuk dipasarkan di daerah kita. Jika ada yang bertanya pun kita
tidak tahu atau tidak mengerti. Jangan sampai bisnis yang kita jalankan seperti
menjadi beban, sehingga kita nggak enjoy menjalankannya.
Jenis
usaha yang ingin dijalankan pun mesti disesuaikan dengan minat pasar. Percuma
kita menjalankan bisnis yang ternyata tak diminati oleh pasar, yang ada tak ada
pembeli, dan akhirnya gulung tikar. Kecuali kita bisa berinovasi dan berkreasi,
membuat produk yang tak biasa menjadi luar biasa atau unik dan menarik. Ini pun
mesti diimbangi dengan pemasaran yang baik agar bisa dikenal oleh pasar.
Usahakan
juga mengikuti apa yang lagi tren di pasaran. Sejauh pengamatan saya, mereka
yang bisa mengikuti trenlah yang mampu bertahan lama dalam dunia bisnis. Misalnya,
sekarang orang lebih suka belanja online, maka sebaiknya buka juga usaha atau
toko online. Atau metode pembayaran cashless yang banyak digunakan saat
ini. Kita pun harus menyediakan metode tersebut di toko kita.
3. Siapkan
Modal
Jika sudah menemukan jenis usaha yang ingin dijalankan, maka modal menjadi pertimbangan selanjutnya. Hitunglah seberapa besar modal yang dibutuhkan untuk membuka usaha tersebut. Jangan lupa hitung sedetail-detailnya, mulai dari tempat usaha, beli peralatan, bahan-bahan, hingga biaya operasional usaha tersebut nantinya.
Syukur-syukur
kalau kita memiliki modal sendiri dan cukup untuk memulai usaha. Namun bagaimana
jika modalnya kurang, atau bahkan tidak punya? Alternatif lain adalah dengan cara
meminjam, bisa ke saudara, teman, koperasi, atau bank.
Atau
jika tidak mau meminjam, bisa dengan cara patungan atau bekerja sama dengan
cara bagi hasil. Misalnya saudara atau teman kita yang menyediakan modal, dan kita
yang mengelola usaha tersebut. Nanti keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai
dengan hasil kesepakatan.
Jika kita tidak ingin meminjam modal dan tidak mau juga menggunakan sistem patungan, sebagai awal untuk memulai usaha, kita bisa mencoba menjadi reseller atau bahkan dropshipper terlebih dulu. Untuk menjadi keduanya kita tidak perlu modal yang besar, karena posisi kita hanya sebagai perantara atau perpanjangan tangan dari supplier atau seller kita kepada pelanggan kita.
4. Belajar
dari Mereka yang Sukses Berbisnis
Jika
saya belajar dari keluarga besar dalam hal membuka usaha, maka kamu bisa
mencoba belajar dari para tokoh terkenal yang sukses merintis usaha mereka dari
kecil, seperti Bob Sadino, Pak Ciputra, Chairul Tanjung, dan banyak lagi
lainnya yang memulai usaha mereka dari nol.
Kamu bisa mencarinya diinternet atau membaca buku tentang kisah-kisah orang yang menginspirasi, yang telah sukses merintis usaha mereka dari nol. Atau kamu bisa juga belajar dari pelaku usaha yang ada di dekat tempat tinggalmu. Carilah ilmu sebanyak-banyaknya mengenai dunia usaha atau bisnis, biar kita menjadi lebih matang dan mantap saat memulai usaha.
5. Kelola Keuangan dengan Baik
Mengelola
keuangan dengan baik ini nih yang masih butuh perhatian, ketelatenan, dan
komitmen. Soalnya masih ada yang mencampurkan dana usaha atau bisnisnya dengan uang
pribadi atau uang keluarga. Keduanya harus dipisahkan ya.
Jika
perlu, sediakan box khusus untuk dana usaha kita. Jika ingin menukarkan
uang, pastikan uang di box tersebut jumlahnya sama, tidak berkurang atau
pun bertambah, semuanya harus sesuai dengan jumlah penjualan. Usahakan untuk
membuat pembukuan, agar keuangan menjadi lebih rapi lagi. Karena dari pembukuan
tersebut kita jadi tahu berapa pendapatan dan pengeluaran, seberapa besar untung
atau rugi, serta seberapa sehat keuangan kita. Jangan sampai “lebih besar pasak
dari pada tiang”.
Jika uang dari usaha kita bercampur dengan uang pribadi, kita jadi tidak tahu seberapa besar penjualan kita, apakah untung atau rugi. Jika kondisi ini dibiarkan terus, lama-kelamaan uang usaha kita bisa habis digunakan untuk kebutuhan pribadi. Ini akan menjadi tidak sehat untuk usaha kita. Makanya uang usaha harus terpisah dari uang pribadi.
6. Strategi
Pemasaran yang Tepat
Seperti
yang mama saya lakukan, pemasaran pertamanya dilakukan terhadap orang-orang
terdekat dulu. Jika produk kita bagus dan menarik, tentu secara tidak langsung
orang-orang tersebut akan merekomendasikan ke temannya atau orang lain,
sehingga jangkauan pasarnya akan terus meluas.
Di
era digital ini malah cara pemasaran produk kita lebih dipermudah dengan
hadirnya berbagai platform, seperti media sosial dan chatting. Tak
sedikit teman saya yang memasarkan dan mempromosikan produk jualannya lewat
media sosial dan juga media chatting. Mempromosikan produk ini pun ada
triknya, lho! Kita harus pintar membuat promosi yang menarik agar orang
tertarik untuk membacanya, bahkan kemudian membelinya.
Cara
yang lain adalah dengan bergabung dengan berbagai komunitas, khususnya
komunitas yang support terhadap para pelaku usaha. Misalnya di WhatsApp,
ada beberapa grup yang memperbolehkan pelaku usaha lokal untuk menjual dan
mempromosikan produk-produk jualannya di hari-hari tertentu di grup tersebut. Begitu
pun di Facebook, tersedia banyak komunitas yang mendukung para pelaku usaha
lokal.
Salah
satu yang saya ketahui juga ikut mendukung para pelaku usaha lokal adalah Teman
Kreasi Indonesia. Teman Kreasi merupakan sebuah program yang diinisiasi oleh Smartfren
Community, serta didukung oleh Smartfren dan WOWLabs. Program ini menjadi sarana pemberdayaan berkelanjutan yang berbasis pengembangan dan penguatan
komunitas kreatif di masyarakat.
Dalam program Teman Kreasi ini, Smartfren memberikan dukungannya dalam bentuk
koneksi internet yang kencang, mengingat sekarang ini semua usaha sudah berbasis
digital. Lalu ada juga bantuan infrastruktur usaha, seperti sewa tempat
usaha agar pengusaha tersebut bisa melakukan kegiatan produksinya, modal usaha, pengemasan produk, promosi, serta capacity building, berupa kelas-kelas pelatihan
online yang bisa diikuti secara live di Instagram @SmartfrenCommunity secara
gratis.
Berbagai materi tentang bisnis, penjualan, pemasaran, dan lain sebagainya juga bisa dilihat di akun YouTube Smartfren Community. Bagi kamu pelaku usaha yang ingin bergabung dengan Teman Kreasi, bisa follow Instagram @temankreasi_id, dan jika ingin tahu informasi lebih detail untuk cara bergabung bisa email ke info@temankreasi.id
Hingga saat ini program Teman Kreasi Indonesia sudah tersebar di 24 kota di Indonesia, seperti Natuna, Lampung, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Lebak, Cilegon, Serang, Bekasi, Bandung, Bandung Barat, Garut, Cibungur, Tegal, Kuningan, Pekalongan, Cilacap, Blitar, Bojonegoro, Pati, Tanah Laut, Mojokerto, Surabaya, dan Bali. Jumlah kota ini akan terus bertambah mengikuti jangkauan Smartfren Community yang sudah tersebar di 100 kota di seluruh wilayah Indonesia.
7. Jangan
Mudah Putus Asa
Kiat
yang terakhir adalah menjalankan usaha dengan semangat pantang menyerah. Jangan
mudah putus asa saat memulai suatu usaha. Jika gagal, bangkit lagi, dan belajar
dari kesalahan tersebut agar jangan sampai terulang kembali. Koreksi dan
perbaiki apa yang menyebabkan usaha tersebut gagal.
Seperti
saya, sebulan sejak usaha pertama saya buka, tak ada satupun pelanggan yang
saya miliki. Mama sayalah yang terus menyemangati dan memotivasi saya agar jangan
sampai putus asa. Jelang 3 bulan sejak usaha tersebut dibuka, perlahan-lahan
mulai ada pelanggan, walau masih sedikit. Setahun kemudian barulah usaha saya
membuahkan hasil. Perlahan-lahan modal saya kembali, dan keuntungan yang
diperoleh pun mulai terasa nikmatnya 😊
Semoga
artikel ini dapat membantu kamu yang ingin merintis dan mengembangkan usaha ya.
Yang penting ada kemauan dan keberanian untuk memulai. Jauhkan sikap pesimis
dan takut gagal. Jadikan kegagalan tersebut sebagai pondasi dan kekuatan untuk bangkit
dan melangkah lebih maju lagi 😊
0 comments