Yuk Bunpa, Belajar Mindful Parenting!
Anak adalah cerminan dari orang tuanya. Pasti kamu pernah mendengar istilah ini ya. Lalu benarkah anak adalah cerminan dari orang tuanya? Secara umum kalimat ini mungkin ada benarnya juga, karena anak merupakan peniru yang ulung, dan orang tua menjadi guru pertama yang akan ditiru oleh anak sejak kelahirannya ke dunia. Apalagi jika anak tersebut banyak menghabiskan waktunya bersama dengan orangtua dan keluarganya
Walaupun sebenarnya selain orang tua, banyak faktor lainnya yang juga bisa mempengaruhi perkembangan anak, misalnya teman dan lingkungan sosial di sekitarnya, serta teknologi. Namun begitu, orang tualah yang mempunyai kesempatan dan peranan paling besar dalam perkembangannya, karena orang tua menjadi penentu utama bagaimana si kecil akan terbentuk nantinya. Orang tua juga menentukan nutrisi dan pendidikan seperti apa yang akan diberikan pada anaknya.
Oleh karena itu
orang tua dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas mengenai pengasuhan
yang baik terhadap anak. Walaupun anak saya sudah beranjak remaja, namun
sebagai orang tua tentu saja saya harus tetap belajar terus. Merawat dan
mendidik anak itu adalah pelajaran sepanjang hidup bagi orang tua. Makanya saya
senang bisa mengikuti webinar dengan tema “Membangun Karakter Kesadaran Gizi
Keluarga Melalui Mindful Parenting”.
Webinar yang
diselenggarakan oleh Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI)
tersebut diadakan pada hari Selasa, 12, Oktober 2021 kemarin. Ada beberapa
pembicara yang dihadirkan pada acara tersebut, diantara ada Ibu Yusri Heni
Nurwidi Astuti selaku Ketua Yayasan Karakter Eling Indonesia, Bapak Arif
Hidayat SE., MM, selaku Ketua Harian YAICI, Ibu Melly Amaya Kiong selaku
Founder Komunitas Menata Keluarga sekaligus Pembina Yayasan Karakter Eling
Indonesia, dr. Ali Alhadar, Sp.A(K) sebagai Dokter Spesialis Anak dan anggota
IDAI, serta Ibu Rahayu Saraswati yang merupakan Public Figure sekaligus seorang
Ibu.
Di awal acara ada
Ibu Yusri Heni Nurwidi Astuti selaku Ketua Yayasan Karakter Eling Indonesia
yang memberikan kata sambutan. Beliau menyampaikan bahwa anak sebagai tunas-tunas
bangsa, diharapkan menjadi anak Indonesia yang cerdas dan berbudi pekerti yang
luhur. Untuk itulah kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak pada awal kehidupan
sangat menentukan kualitas kesehatan fisik, kemampuan belajar, dan perilaku seorang
manusia di sepanjang hayatnya.
“Agar tumbuh
kembang anak bisa optimal, maka orang tua perlu mendapatkan bekal pengetahuan
mengenai gizi anak dan keluarga. Asupan gizi yang tepat bagi anak merupakan
penentu masa depan anak,” ujar Bu Yusri.
Patut kita semua
tahu, bahwa hingga sekarang jumlah anak dengan tumbuh pendek atau stunting
masih sangat tinggi di negara kita. Ini disebabkan karena masih rendahnya
tingkat literasi masyarakat akan gizi. Salah satu contohnya adalah anggapan
bahwa produk kental manis merupakan produk susu yang kaya nutrisi. Padahal
kental manis ini gak ada kandungan susunya sama sekali lho! Malah hanya banyak kandungan
gulanya saja.
Malangnya, di daerah-daerah
masih banyak yang salah informasi mengenai hal ini. Mereka menyeduh kental
manis layaknya susu, dan memberikannya pada anak-anak mereka untuk dikonsumsi setiap
hari. Bayangkan berapa banyak kandungan gula yang diserap oleh tubuh jika mereka
rutin mengkonsumsinya hingga mereka berusia remaja. Fyi, kelebihan zat gula
dalam tubuh dapat memicu berbagai macam penyakit, seperti diabetes hingga
stunting.
Inilah salah satu alasan bagi YAICI untuk menyelenggarakan kegiatan yang dikemas secara daring ini, yaitu ingin memberikan edukasi gizi dan fakta mengenai kental manis, khususnya untuk kalangan masyarakat bawah yang sulit terjangkau oleh arus informasi. Diharapkan masyarakat dapat memahami mengenai pentingnya konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, serta membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.
Mindful Parenting
Mindful Parenting
adalah bagaimana caranya orang tua mengasuh anak dengan penuh kesadaran,
sehingga tercipta komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak. Dalam ilmu
Mindful Parenting terdapat 5 dimensi yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam pengasuhan
anak, yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian, tidak menghakimi, pengendalian
emosi diri, adil & bijaksana, serta welas asih.
1. Mendengarkan
dengan Penuh Perhatian
Jika
kita mendengarkan dengan penuh perhatian, maka saat kita mengetahui dan
meyakini bahwa ada suatu permasalahan, tak perlu malu untuk mengakui bahwa
permasalahan itu benar-benar ada. Dengarkan! Mengapa permasalahan itu ada.
2. Tidak
Menghakimi
Kita
tidak perlu sibuk mencari-cari siapa yang salah atau yang menimbulkan
permasalahan tersebut. Jangan sibuk menghakimi. Namun pikirkan apa yang mesti
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, dan mulailah melakukan
perubahan.
3. Pengendalian
Emosi Diri
Menjadi
orang tua itu diperlukan kesabaran dalam menghadapi permasalahan. Setelah mengetahui
bahwa permasalahan itu telah terjadi, maka kita harus punya solusinya.
4. Adil &
Bijaksana
Berikan
apa yang dibutuhkan, dan bukan apa yang diinginkan oleh anak kita. Termasuk
permasalahan gizi yang dialami oleh anak kita.
5. Welas Asih
Tak
ada yang namanya orang tua yang tidak sayang pada anak-anaknya. Namun
menyayangi anak bukan berarti kita memberikan segala yang diinginkan oleh anak,
walaupun kita tahu bahwa itu tidak baik bagi anak. Dalam Mindful Parenting,
orang tua bisa memberitahukan atau menjelaskan pada anak-anaknya dengan cara yang
baik. Misalnya mengapa orang tua tidak mau membelikan atau memberikan apa yang
sedang anak tersebut inginkan. Tentu saja dengan memberikan alasan yang kuat
dan masuk akal, yang bisa diterima oleh pikiran si anak.
Kelima konsep ini
bisa diaplikasikan oleh orang tua dalam mendidik anak-anak. Ini salah satu informasi
penting yang disampaikan oleh Ibu Melly Kiong. Peran orang tua, guru, dan
masyarakat itu sangat besar dalam tumbuh kembang anak. “Keluarga adalah sel
terkecil sebuah negara. Jika keluarga kuat, maka akan membangun masyarakat yang
sehat. Jika masyarakat sehat, maka negara jadi kuat,” ujar beliau.
Webinar yang
dipandu oleh Kang Maman Suherman bersama dengan MC Yuli Supriati ini dilanjutkan
dengan pemaparan materi oleh Bapak Arif. Bapak Arif mengungkapkan bahwa pandemi
yang melanda dunia, termasuk Indonesia telah menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat.
Banyak keluarga atau pencari nafkah di keluarga yang kehilangan pekerjaannya,
yang akhirnya berdampak pada pemenuhan makanan bergizi bagi keluarga, hingga
berujung pada permasalahan kesehatan.
Berdasarkan survei
dan riset di lapangan yang dilakukan oleh YAICI selama masa pandemi, masih
banyak orang tua yang memberikan kental manis sebagai susu pada anak-anaknya.
Mirisnya kental manis yang diseduh dan diberikan bukan hanya segelas, namun
bisa satu botol seharinya. Pihak YAICI pun sampai menamakan bahwa kental manis
ini merupakan produk sirup beraroma susu. Mengkonsumsi produk ini secara rutin
sama saja dengan menimbun gula di dalam tubuh.
Selanjutnya Bapak
Arif mengatakan bahwa kental manis ini sebaiknya hanya digunakan sebagai toping
makanan dan pencampur minuman, dan bukannya dikonsumsi secara langsung dan bahkan
dianggap sebagai susu, lalu diberikan pada anak-anak. Beliau menyebutkan bahwa berdasarkan
data dari BKKBN, diperkirakan nantinya akan lahir sekitar 20 juta bayi, dan 7
juta diantaranya diperkirakan akan mengalami stunting. Untuk itu alangkah
baiknya jika sejak dini kita bisa mempersiapkan pemenuhan asupan gizi yang baik
bagi masyarakat, khususnya bagi anak-anak.
dr. Ali pun dalam
paparannya yang berjudul “Asuhan Nutrisi untuk Anak Indonesia” menyampaikan
bahwa 1000 hari pertama kelahiran anak merupakan periode emas yang sangat
penting dalam tumbuh kembang anak. Mulai dari usia 0 bulan di dalam kandungan
hingga anak berusia 2 tahun akan terjadi perkembangan yang cepat pada anak, terutama
pada otaknya. Oleh karena itu penting bagi ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman bernutrisi lengkap dan tepat selama kehamilan, memberikan ASI Eksklusif
selama anak berusia 0-6 bulan, hingga pemberian ASI/ Sufor dan MPASI dengan
nutrisi yang baik dan tepat saat anak berusia 6 bulan - 2 tahun.
Kelalaian orang
tua dalam pengasuhan dan pemberian nutrisi yang tepat pada anak selama
periode emasnya tentu akan berdampak pada tumbuh kembangnya. Dalam jangka pendek
anak akan mengalami penurunan kosentrasi, gangguan bicara, hingga gangguan
perkembangan lainnya. Sedangkan dalam jangka panjang dapat menurunkan kecerdasan
anak, hingga stunting atau tumbuh pendek dari anak
seumurannya (bukan tumbuh pendek yang disebabkan oleh faktor keturunan/ kelainan hormonal/ kelainan
tulang).
Di sini dapat
saya simpulkan bahwa untuk mempersiapkan anak Indonesia menjadi generasi muda penerus
bangsa diperlukan dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Permasalahan ini adalah
pe er kita bersama. Kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya begitu saja pada
pemerintah dengan segala keterbatasannya. Lingkaran terkecil dan terdekat yang
sangat berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak itu adalah keluarga. Untuk
itu perlu dibangun karakter kesadaran gizi keluarga melalui Mindful Parenting,
sehingga dapat tercipta generasi muda yang berkualitas, yang siap menjadi Generasi
Emas Indonesia 2045, demi Indonesia kuat dan maju, seperti yang kita semua
harapkan.
0 comments