Kongres 1 Foodbank of Indonesia, Dorong Gerakan Perempuan untuk Kebangkitan Bangsa
Jika bercerita tentang sejarah Kemerdekaan Indonesia, tentu tak lepas dari peran para pejuang bangsa ini. Hadirnya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Soetomo, yang kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, menjadi pelopor organisasi pergerakan nasional, dan menjadi gerakan awal untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Bangsa kita melalui perjuangan yang sangat panjang
hingga akhirnya bisa terbebas dari kungkungan para penjajah. Perlawanan yang
awalnya masih bersifat kedaerahan dan menggunakan senjata, akhirnya diimbangi
dengan perjuangan secara diplomasi lewat berbagai perundingan. Kehadiran Budi
Utomo juga membuat masyarakat Indonesia kala itu sadar akan pentingnya
nasionalisme, dan dengan bersatu, bangsa kita bisa lebih kuat melawan penjajah.
Jadi tak heran jika Kebangkitan Nasional memiliki
arti yang sangat penting bagi bangsa kita. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Kebangkitan Nasional pun ditanamkan pada masyarakat, dari generasi ke generasi.
Kebangkitan Nasional merupakan bentuk kebangkitan bangsa kita dari
keterpurukan, hingga kita bisa bangkit untuk menggapai masa depan. Tentunya
semua diawali dengan bangkitnya kesadaran kita untuk tetap semangat
memperjuangkan apa yang ingin kita gapai.
Alhamdulillah, negara kita sudah menjadi negara
merdeka sejak diproklamirkannya kemerdekaan bangsa Indonesia pada tgl 17
Agustus 1945 oleh Bapak Soekarno – Hatta. Namun apakah perjuangan sudah
selesai? Belum! Setelah Indonesia merdeka pun masih banyak terjadi pergolakan
di berbagai daerah. Bahkan bangsa penjajah masih mencoba untuk menjajah kembali
bangsa kita. Syukurnya semua itu bisa diatasi dengan baik.
Namun dengan kemerdekaan yang kita peroleh, bukan
berarti perjuangan kita telah usai. Justru itu baru awal dari perjuangan kita
untuk melanjutkan dan mempertahankan kemerdekaan. Mengapa? Karena sekarang kita
mesti berjuang untuk memakmurkan hidup kita, mensejahterakan bangsa ini. Masih
ada rakyat Indonesia yang belum merasakan yang namanya kemerdekaan. Mereka
masih berjuang untuk mendapatkan pangan, pendidikan, dan tempat tinggal yang
layak.
Mirisnya, di tengah masyarakat yang masih
kekurangan ini masih ada orang yang entah secara sadar atau tidak, membuang-buang
makanan atau bahan pangan yang mereka miliki. Padahal jika bahan pangan atau
makanan yang masih layak konsumsi ini dikumpulkan, bisa untuk memberi makan
ratusan ribu mereka yang membutuhkan. Sedihnya lagi, negara kita ternyata
merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan atau food waste
terbesar di dunia ☹
Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan. Di
tengah ‘timbunan sampah makanan’, ada masyarakat yang tidak mendapatkan akses
pangan yang layak, ada anak-anak yang kekurangan gizi, ada ibu hamil yang tak
mampu memberikan asupan nutrisi yang baik untuk janinnya. Andaikan saja ada
kesadaran dan empati dari mereka yang berlebih makan atau bahan pangan untuk
diberikan pada mereka yang kekurangan. Andai saja masyarakat menyadari bahwa membuang
makanan itu merupakan perbuatan mubazir yang tidak disukai Allah SWT.
Melihat kondisi ini, hadirlah Foodbank of
Indonesia (FOI) yang diprakarsai oleh Bapak M. Hendro Utomo. Bersama dengan istri
beliau, Ibu Wida Septarina, mereka meresmikan kehadiran FOI di bawah naungan
Yayasan Lumbung Pangan Indonesia. Sebagai organisasi non-profit, FOI hadir
dengan membawa semangat perjuangan untuk membuka akses pangan dan mengatasi
kesenjangan pangan di masyarakat Indonesia. Dalam praktiknya, FOI menjadi
jembatan antara masyarakat yang berlebih makanan dengan masyarakat yang
membutuhkan.
KONGRES I FOODBANK OF INDONESIA
Kongres 1 Foodbank of Indonesia |
Tahun ini, tepatnya pada tanggal 21 Mei 2022, FOI
genap berusia 7 tahun. Tanggalnya cuma terpaut satu hari dengan diperingatinya
Hari Kebangkitan Nasional. Untuk itu, dalam rangka memperingati hari lahirnya,
sekaligus Hari Kebangkitan Nasional, FOI menggelar kongres pertamanya di Museum
Kebangkitan Nasional, Jakarta. Kongres 1 Jaringan Bank Pangan Indonesia ini
mengangkat tema “Kongres Jaringan Bank Pangan Indonesia: Kebangkitan Bangsa,
Pangan, dan Perempuan” tersebut dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Mei 2022.
Museum ini awalnya adalah Gedung STOVIA, yang melahirkan
banyak kaum pelajar Indonesia. STOVIA kemudian dialihfungsikan menjadi Museum
Kebangkitan Nasional. Di gedung inilah semangat persatuan, kesatuan, dan
nasionalisme para pemuda Indonesia bangkit. Dengan melaksanakan Kongres FOI di
gedung ini, sepertinya dapat membangkitkan kembali semangat perjuangan kita untuk
Indonesia #Merdeka100%
Rembuk Pangan |
Tak hanya menghadirkan para relawan FOI dari berbagai daerah, kongres ini juga menghadirkan para tokoh, narasumber, serta pengamat sosial lingkungan dan ekonomi. Diantaranya ada Dr. H. Hidayat Nur Wahid, MA selaku Wakil Ketua MPR RI; Ir. R. Anang Noegroho, MEM selaku Direktur Pangan & Pertanian Bappenas; Prof. Dr. Arif Satria selaku Rektor IPB; M. Hendro Utomo selaku Pendiri Foodbank of Indonesia; Wida Septarina selaku Ketua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia; Prof. Dr. Ahmad Sulaeman selaku Guru Besar Pangan dan Gizi IPB; Dr. Risatianti Kolopaking, M. Si selaku Psikolog; Yuvlinda Susanta selaku General Manager of Corporate Affairs & Sustainability PT. Lion Super Indo; Dr. Hanafi Sofyan Guciano sebagai Pengamat Sosial Lingkungan dan Ekonomi; serta Shanaz Haque sebagai Duta FOI sekaligus Penggiat Sosial.
Ibu Wida |
Dalam sambutannya saat pembukaan kongres, Ibu Wida
menyampaikan informasi bahwa saat ini FOI telah didukung oleh sekitar 8.412
sukarelawan yang bekerja di akar rumput di 43 kota/ kabupaten dan 230 kecamatan
di Indonesia. Dan 85% dari sukarelawan tersebut terdiri dari perempuan. Beliau
juga menuturkan bahwa FOI ingin memastikan dapat mewujudkan Indonesia Merdeka
100% dari kelaparan. Namun untuk mewujudkan itu semua, tentu saja butuh
pemahaman dari masyarakat, dan kerja sama dari segala pihak, mulai dari
pemerintah, dunia usaha, ahli gizi, akademisi, donatur, masyarakat, dan media.
Sedangkan Bapak Hidayat menyampaikan bahwa dengan adanya
gerakan yang diinisiasi oleh Foodbank of Indonesia diharapkan dapat
menghadirkan budaya koreksi terhadap kemubaziran pangan, serta dapat memberikan
solusi terhadap permasalahan tersebut. Untuk itu diperlukan gerak nyata, tak
hanya dari FOI saja namun juga dari negara untuk penyelesaiannya.
Bpk Hidayat Nur |
“Kami di DPR, saya menginisiasi dan mengajukan suatu rancangan undang-undang tentang bank makanan untuk keadilan sosial, karena kami lihat ada kekosongan hukum. Ada UU tentang perlindungan perempuan dan anak, namun tidak terkait dengan masalah makanan. Lalu ada juga UU tentang pengentasan kemiskinan, namun tidak terkait dengan masalah makanan. Kami mengajukan UU ini untuk mendukung rekan-rekan seperti relawan FOI dan bangsa Indonesia agar kemubaziran bisa dikoreksi, warga Indonesia mendapatkan keadilannya, distribusi pangan dapat tersampaikan dengan baik, dan para relawan terlindungi dari sisi hukum,” ujar Bapak Hidayat.
Beliau menjelaskan bahwa regulasi terkait masalah makanan ini sangat diperlukan agar pergerakan organisasi bank pangan dapat terlindungi dengan baik, para donatur pun juga tidak ragu untuk menyalurkan donasinya, serta warga Indonesia pun bisa mengetahui bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang legal. Bapak Hidayat sangat mendukung gerakan bank pangan dari FOI, dan beliau berharap agar regulasi terkait bank pangan ini bisa segera disahkan.
Selanjutnya Bapak Anang Noegroho dalam kata pengantarnya
mengatakan bahwa pemerintah melalui RPJMN 2020-2024 telah menempatkan ketahanan
pangan sebagai agenda prioritas pembangunan. Beliau mengungkapkan rasa salutnya
kepada FOI yang telah mendukung pemerintah. Harapannya nanti FOI dapat
berkembang, dan bahkan akan lahir FOI-FOI lainnya. Bapak Anang juga berharap
target-target pembangunan yang dicanangkan di tahun 2020 hingga 2024 dapat
terwujud, khususnya dalam ketahanan dan kemandirian pangan. Menurut beliau,
penting bagi kita untuk segera mewujudkan pangan yang bergizi, inklusif, dan
bekelanjutan.
Usai mendengarkan sambutan dan kata pengantar dari
para tokoh dan pejabat pemerintah, acara dilanjutkan ke sesi Rembuk Pangan, yang
digelar dalam bentuk talkshow. Acara dengan tema “Kebangkitan Bangsa, Pangan,
dan Perempuan” tersebut dimoderatori oleh seorang ibu, artis, penggiat
sosial, sekaligus Duta FOI, yaitu Shahnaz Haque.
Tak dapat dipungkiri jika saat ini kaum ibu dan
perempuan menempati tampuk-tampuk penting di berbagai bidang, termasuk di
bidang pangan. Di rumah, ibu menjadi pengambil keputusan atas pangan, mulai
dari mengumpulkan, mengolah, hingga mendampingi anak dan keluarganya makan. Apa
yang dihidangkan ibu, sangat berpengaruh pada perkembangan dan kesehatan anak
dan keluarganya. Ibu memegang peranan penting dalam menciptakan generasi masa
depan, untuk Kebangkitan Bangsa Indonesia.
FOI yang fokus pada gerakan keadilan pangan dan
menekan kemubaziran pangan, sudah beberapa tahun belakangan ini menginisiasi
Gerakan 1000 Ibu, yaitu gerakan dari ibu, untuk ibu, dan bersama ibu. Gerakan
ini merupakan gerakan kebangkitan perempuan melalui pangan, yang perlu didukung
dan patut diberi apresiasi. Gerakan 1000 Ibu ini juga perlu didampingi dengan kampanye
untuk mengkonsumsi pangan lokal, sebagai bagian dari menuju kebangkitan
kedaulatan pangan Indonesia.
Bapak Hendro mengatakan bahwa lahirnya Budi Utomo menjadi
tonggak perjuangan melalui cara organisasi, sehingga lahirlah bangsa Indonesia.
Semangat inilah yang dibawa FOI dalam membuka akses pangan melalui cara
terorganisir. Saat ini FOI terus mendorong terbentuknya organisasi-organisasi
bank pangan di daerah, sebagai lumbung pangan modern, yang dipelopori oleh kaum
perempuan. Lumbung-lumbung pangan ini sebagai antisipasi krisis pangan, serta
untuk membangkitkan bangsa kita di masa depan.
Di akhir talkshow, Shahnaz menuturkan bahwa perempuan
Indonesia adalah perempuan yang istimewa. Jika kita yakin bahwa apa yang kita kerjakan
itu adalah sesuatu yang baik, maka teruslah berjalan. Walaupun kebaikan yang kita
lakukan terkadang tidak dihargai oleh orang lain, karena orang yang baik itu
selalu berjalan di jalan yang sepi. Di mata Tuhan, bukan siapa yang terbaik,
namun siapa yang masih mau berbuat baik untuk orang lain.
Shahnaz Haque |
Dalam kongres 1 Foodbank of Indonesia yang diselenggarakan
secara hybrid (offline dan online) ini terdapat juga mini pameran berisikan koleksi
gambar kegiatan yang telah dilakukan FOI bersama dengan para relawan, serta produk
pangan dan sepatu. Acara juga dimeriahkan dengan penampilan Tarian Panen Raya, dan
kemudian ditutup dengan kegiatan foto bersama di depan Gedung STOVIA.
Foto bersama di akhir acara |
0 comments