Wejangan atau petuah-petuah dari para pendahulu atau orang tua, dan tokoh atau orang bijak itu biasanya sangat berguna dalam kehidupan kita. Kebanyakan dari petuah tersebut bisa diterapkan dan menjadi pegangan bagi kita dalam menjalani hidup. Penyampaian petuah itu pun beragam. Ada yang disampaikan lewat buku, puisi, dongeng, maupun langsung disampaikan pada kita.
Seperti almarhumah nenek saya yang
selalu menyempilkan beberapa petuah bijak lewat dongeng-dongeng yang disampaikannya
sewaktu saya masih kecil dulu. Iyap, saya kecil lebih banyak menghabiskan waktu
bersama nenek. Sampai-sampai orang-orang bilang, saya ini anak nenek, hehe. Ini
karena mama saya fokus merawat adik-adik saya. Jadi mungkin saya yang ‘tersisihkan’
ini perawatannya diambil alih oleh nenek :D. Kebetulan orang tua saya tinggal
serumah dengan nenek.
Nenek sangat suka bercerita. Khususnya
malam hari sehabis sholat Isya. Terkadang ceritanya diambil dari kisah nyata
yang pernah didengar atau dialami sendiri oleh nenek, dan terkadang cerita
dongengnya karangan nenek, yang entah mengapa terdengar asyik untuk disimak
kala itu. Kalau diingat sekarang, terkadang dongengan nenek itu terdengar
sangat receh. Namun kala itu, karena masih kecil, saya dan saudara saya sangat
suka mendengarkannya. Terdengar keren :)
Nah, diantara cerita-cerita tersebut,
biasanya terselip petuah-petuah bijak yang relate dengan cerita yang dikisahkan
nenek. Beberapa masih ada yang saya ingat, namun ada juga lupa. Karena dari
sekian banyak cerita nenek, hanya beberapa yang masih membekas diingatan.
Misalnya cerita tentang Nasi Menangis. Di dalamnya terselip petuah, agar kita
jangan sampai jadi manusia yang bersifat mubazir dengan tidak menghabiskan
makanan atau menyisakan makanan yang ada di piring, bahkan walau sebutir nasi
sekalipun.
Satu lagi yang saya ingat, dan ini
menurut nenek ceritanya sudah turun temurun dari orang tua nenek juga, yaitu
tentang menyimpan sesuatu seperti uang atau bahan makanan atau bahasa planetnya
saving. “Saat ada, jangan dimakan. Kalau sudah tidak ada, barulah di
makan”. Itu kalimat pendek dari nenek kala itu. Awalnya saya bingung saat
nenek mengatakannya. Soalnya kok saat ada malah nggak boleh dimakan. Trus saat sudah
nggak ada, baru dimakan. Bingung kan.
Ternyata menurut nenek, ini ungkapan
agar di saat kita memiliki uang atau bahan makanan, jangan dihabiskan,
sebaiknya disimpan atau ditabung sebagian. Suatu saat, jika kita tidak ada uang
atau kehabisan makanan, apa yang kita simpan tadi akan berguna dan bisa dipakai.
Nenek memang terkenal hemat, dan sifat beliau pun turun ke mama. Hemat bukan
berarti pelit ya, karena di hal yang penting, nenek dan mama akan dengan mudahnya
mengeluarkan uang mereka. Beliau-beliau ini pun sering bersedekah dan berbagi
dengan sesama.
Mama juga pernah memberikan petuah
dan wejangan, tapi nggak sebanyak nenek, dan itu pun di saat saya sudah
beranjak remaja, bahkan hingga saya dewasa dan memiliki anak. Mungkin karena
kesibukan mama mengurus rumah tangga dan merawat saya dan saudara-saudara saya
yang lain yang waktu itu masih kecil-kecil. Jadi waktu mama baru banyak lowong
di saat kami sudah beranjak dewasa. Kalau mama lebih banyak memberikan motivasi
dan saran buat anak-anaknya.
Saya yakin nggak hanya saya yang
mendapat wejangan dan petuah seperti ini dari orang tua. Keluarga yang lain
pasti juga ada. Seperti Bapak Mohamad Feriadi Soeprapto misalnya. Presiden
Direktur JNE tersebut juga mendapatkan wejangan dan juga amanat dari orang tua
beliau, almarhum Bapak H. Soeprapto Soeparno, sang pendiri perusahaan. Semasa
hidupnya, Pak Soeprapto selalu berpesan pada anak-anaknya agar selalu
menyayangi anak yatim. Beliau selalu menekankan filosofi Berbagi, Memberi, dan
Menyantuni, yang hingga kini melekat pada JNE. Sebagai pemimpin perusahaan pun
haruslah memperhatikan kesejahteraan para karyawannya.
Tradisi atau kebiasaan dan amanah
dari almarhum ayahanda inilah yang kemudian dilanjutkan dan dijalankan oleh
Bapak Feriadi. Makanya tak heran jika kita sering mendengar atau membaca bahwa JNE
rutin memberikan santunan pada anak yatim, serta memberikan berbagai bantuan
dan melakukan aksi sosial lainnya. Kesejahteraan para karyawannya pun menjadi perhatian.
Begitupun dengan kepuasan bagi para pelanggannya, dengan memberikan layanan
yang maksimal, sehingga para pengirim dan penerima paket bisa happy,
sesuai dengan tagline JNE, yaitu Connecting Happiness.
Tak heran jika apa yang telah dilakukan
JNE mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Bahkan tak jarang JNE memperoleh
awards di beberapa ajang penghargaan. Seperti yang baru-baru ini saya
baca, yaitu JNE baru saja memperoleh penghargaan dalam ajang Indonesia MarkPlus
Festival 2022 JOGLOSEMAR (Jogja, Solo, Semarang). Tak tanggung-tanggung, JNE
menyabet dua penghargaan sekaligus dari lima kategori yang diberikan, yaitu Industry
Marketing Champion Semarang Solo 2022 dan Service Person of The Year. Keren ya!
JNE terima penghargaan dari MarkPlus Inc untuk kategori Industry Marketing Champion Semarang Solo 2022 dan Service Person of The Year |
Acara pemberian penghargaan ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 23 Agustus 2022 di Hotel Santika, Semarang. Pada
acara tersebut hadir Bapak Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah dan Bapak
Hermawan Kartajaya selaku Founder dan Chairman MarkPlus, Corp. Fyi, tujuan
diselenggarakannya acara ini adalah untuk mendorong para pemasar agar terus
produktif melahirkan solusi bisnis yang inovatif, serta kolaborasi antara
industri, pemerintah, dan komunitas. Tak hanya pada perusahaan swasta,
pemberian penghargaan juga ditujukan pada perusahaan BUMN, kedinasan, dan media
yang berhasil melakukan terobosan atau milestone pemasaran selama satu
tahun belakangan pada industri yang mereka geluti.
Indonesia MarkPlus Festival 2022 JOGLOSEMAR |
Dari sini kita belajar, bahwa apa
yang kita tabur atau tanam, maka itu pula yang akan kita tuai nantinya. Setiap
kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, maka itu pula yang akan kembali kepada
kita nantinya. Ganjarannya bisa didapatkan langsung saat itu juga, bisa juga esok,
lusa, tahun depan, atau pun nanti di hari pembalasan. Mari kita berlomba-lomba
untuk berbuat kebaikan, yang tulus ikhlas, tanpa pamrih (baca: pamer dan riya).
Insya Allah perbuatan baik sekecil apapun itu akan dihargai berupa pahala oleh
Allah SWT, plus dihargai pula oleh umat manusia, salah satunya seperti
penghargaan yang telah diperoleh JNE tadi :)
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya
pula.”
(QS. Al Zalzalah: 1-8)
0 comments