Bulan Madu Impian ke Maluku Bersama Teman Hidup Traveloka
Memang benar kalimat bijak yang mengatakan bahwa dengan membaca kita bisa menjelajahi dunia. Membaca itu menjadi salah satu cara mudah dan murah untuk kita bisa mengetahui apa saja yang ada di seluruh jagat raya, tanpa kita perlu datang langsung ke tempat tersebut. Bahkan ada yang mengibaratkan kalau buku itu seperti pintu ‘Dora Emon’. Kita tinggal membuka pintunya, dan kita pun akan dibawa pergi ke belahan dunia lain. Sebegitu besarnya keajaiban dari sebuah benda mungil yang disebut buku. Dan keajaiban itu bisa kita dapatkan dengan cara membacanya.
Itulah yang saya rasakan saat membaca buku. Sependek
pengetahuan saya, saya mulai senang membaca sejak saya mulai mengenal huruf,
hehe. Entah kapan tepatnya. Memori saya hanya mengingat kalau saya sudah suka
membaca saat duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Pada masa itu saya sangat rajin
membaca sebuah majalah lokal yang terbitnya sekali sebulan. Fyi, zaman
dulu, anak-anak baru diajarkan membaca saat duduk di bangku kelas satu sekolah
dasar. Berbeda dengan zaman sekarang, dimana anak-anak sudah harus bisa membaca
sebelum masuk SD.
Tahu nggak, bacaan apa yang waktu kecil dulu masih melekat diingatan saya hingga saat ini? Yaitu salah satu bumbu untuk membuat
Sup Padang. Haha...iya, bumbu ini disebutkan dalam sebuah cerpen di majalah yang saya baca, karena tokoh utamanya lupa memasukkannya, sehingga rasa masakannya serasa ada yang kurang. Hingga saat ini, saat membuat Sup Padang, pasti saya teringat
dengan cerita tersebut :D Entah karena ini juga yang membuat saya jadi
menyenangi kegiatan memasak. Namun yang pasti, hingga saat ini saya masih suka
membaca. Bahkan hobi yang satu ini saya turunkan kepada anak saya, yang juga gemar membaca.
Walaupun semakin ke sini, dia cenderung lebih suka membaca buku elektronik menggunakan
gawainya.
Menginjak bangku kelas 4 SD, saya mulai membaca majalah
dan buku-buku komik, seperti Nina, Tintin, Sailor Moon, hingga komik-komik
superhero. Buku novel yang agak tebal, seperti Trio Detektif, Lima Sekawan,
Malory Towers, dan buku-buku karya Enid Blyton lainnya mulai menjadi santapan
saya saat saya duduk di kelas 6 SD. Sementara itu majalah-majalah dan komik
masih terus saya baca.
Membaca buku-buku ini membuat saya berkhayal
seperti berada dalam cerita tersebut. Seperti saat membaca cerita Lima Sekawan
yang mengambil latar sebuah kota kecil di Inggris. Dari cerita ini saya jadi
mengenal beberapa nama kota kecil di Inggris, serta nama pedesaan yang dilengkapi dengan
pertanian dan peternakannya. Saya juga mengenal makanan yang disebut sandwich, kentang
tumbuk, limun segar, mercusuar, kastil, nama empat musim di sana, dan banyak lagi
hal menarik lainnya, yang membuat saya bermimpi untuk bisa ke sana suatu saat
nanti.
Membaca Trio Detektif yang berlatar di Amerika
pun begitu, saya jadi mengenal nama daerah-daerah yang sering disebut di dalam
ceritanya, seperti Rocky Beach di
California Selatan. Latarnya sedikit lebih modern dibandingkan Lima Sekawan
yang klasik. Ketiga pemeran utama dalam cerita ini banyak berkutat di daerah-daerah
perkotaan dan pantai yang ada di sekitar Holliwood dan Los Angeles. Membaca
kedua buku ini saja sudah membuat saya seperti menjelajahi Inggris dan Amerika.
Bayangkan, masih ada ribuan buku lainnya yang dapat membawa saya menjelajahi
dunia belahan lainnya. Seru pastinya!
Sedikit beranjak dewasa, daftar bacaan saya mulai merambah
ke buku-buku novel yang ceritanya sedikit berat, namun tetap dalam genre detektif
atau ada unsur-unsur misterinya. Di sini saya mengenal Agatha Christie, A.
Conan Doyle, John Grisham, Donald R. Pollock, hingga Sidney Sheldon dengan
ceritanya yang di-mix dengan kisah percintaan, politik, bisnis, dan misteri.
Oiya, buku-buku lain karya anak bangsa, seperti Lupus, Wiro Sableng, buku karya S. Mara Gd,
Mira W, Zara Zettira ZR, hingga majalah Aneka, Anita, Gadis, Hai, Mode,
Kartini, dan Femina pun saya santap, hehe.
Fuufh... bercerita tentang buku-buku membuat
pikiran saya dibawa melayang ke masa lalu. Sekarang aktivitas membaca saya tak
sesering dulu, karena rutinitas sebagai ibu rumah tangga dan juga berbagai aktivitas
lain sebagai pekerja freelancer yang cukup menyita waktu. By the way,
hobi membaca ini ternyata membuat saya tertarik untuk bisa menulis lho. Sepertinya menyenangkan kalau saya bisa menulis seperti para penulis buku yang pernah saya baca. Aktivitas
menulis yang awalnya saya goreskan di buku, akhirnya beralih
ke blog. Entah sudah berapa ratus tulisan yang saya tuangkan di blog, yang pada akhirnya malah menghantarkan
saya untuk bekerja di salah satu kementerian yang berkantor di Jakarta Pusat, dengan pekerjaan utama saya sebagai
penulis artikel majalah di sana.
Singkat cerita, saya ditugaskan ke daerah Timur Indonesia untuk mewawancarai beberapa narasumber yang ada di sana. Itu menjadi pengalaman pertama saya berkunjung ke wilayah timur Indonesia. Saya yang biasanya hanya berkutat di daerah Sumatera dan Jawa, sangat takjub melihat pemandangan yang terpampang indah di hadapan saya. Fyi, saya merupakan pecinta alam, dan sangat menyukai indahnya pemandangan alam yang dilukiskan Sang Maha Pencipta untuk bumi ini. Baru kali ini saya melihat cantiknya warna biru langit, dihiasi dengan gumpalan awan putih yang bergelayut manja di puncak gunung. Warna yang jarang saya lihat di langit Jakarta.
Sayang, saya hanya 3 hari bertugas di sana, dan
waktu saya pun benar-benar dihabiskan dengan bincang-bincang dengan narasumber. Jadi selama di sana saya tak punya waktu lebih untuk menikmati pemandangan alamnya. Sedih? Banget, karena saya nggak bisa menjelajahi daerah eksotis yang terkenal dengan keindahan alamnya tersebut. Namun ini tugas, yang pada akhirnya saya wajib kembali lagi ke Jakarta sesuai jadwal. Saya pun bertekad, suatu saat nanti saya mesti berkunjung lagi
ke sana, atau daerah lain di timur Indonesia, yang terkenal dengan pemandangannya
yang indah.
Menyusun Rencana Traveling ke daerah
Timur Indonesia
Merencanakan perjalanan kembali ke sana adalah salah
satu langkah yang saya ambil untuk bisa melepaskan hasrat untuk menikmati keindahan alam yang belum tertuntaskan. Tentu saja saya tak ingin sendirian saja ke sana.
Tak sedap rasanya jika traveling sendirian tanpa ada teman untuk berbincang
juga. Saya berencana mengajak teman hidup saya untuk menikmati
perjalanan ini bersama. Siapa #TemanHidup saya? Siapa lagi kalau bukan mantan
pacar saya, yaitu Pak Suami 😊
Syukurnya saya memiliki suami yang juga hobi
traveling. Dulu, waktu kami belum memiliki anak, saya dan suami pernah konvoi dan touring
menggunakan sepeda motor di daerah Sumatera. Sangat seru! Makanya saya yakin,
ia akan mau menemani saya untuk traveling ke daerah di Timur Indonesia ini
nantinya.
Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari
lokasi wisata alam yang ada di daerah Timur Indonesia. Beberapa nama daerah dan destinasi wisata alam pun keluar dari mesin
pencari. Setelah membaca dan mengamati beberapa referensi yang ada di internet,
akhirnya pilihan saya pun jatuh ke Maluku. Saya lihat Maluku memiliki banyak destinasi wisata alam yang menakjubkan
yang ingin sekali saya kunjungi, diantaranya ada Pulau Bair, Pulau Maitara, Pulau
Kasa, Pulau Banda Neira, Pulau Hatta, dan beberapa pulau lainnya.
3 Alasan Ingin Traveling ke Maluku
1.
Kaya Wisata Alam dan Sejarah
Sebagai pemuja keindahan ciptaan-Nya,
bagi saya bisa berkunjung dan menikmati pemandangan alam yang tersaji indah di
Maluku tentu menjadi surga tersendiri. Di sana saya melihat cukup banyak destinasi
wisata alam yang bisa dijelajahi. Selain itu, saya dan #TemanHidup saya belum
pernah berkunjung ke sana.
Maluku juga merupakan salah satu
pulau yang kental dengan nilai sejarah. Masih ingat kan, daerah mana yang
pertama kali dikunjungi bangsa Eropa di Indonesia selain Malaka. Yup,
Maluku. Maluku terkenal kaya akan rempah-rempahnya. Inilah yang kemudian menjadi daya tarik Maluku, dan membuat beberapa bangsa di Eropa datang ke sana, lalu berakhir dengan monopoli
perdagangan dan penjajahan. Tak heran
jika di Maluku terdapat beberapa monumen dan tempat bersejarah berupa sisa-sisa
peninggalan bangsa Eropa, seperti Benteng Amsterdam, Benteng Nieuw Victoria,
Benteng Nassau, Fort Belgica, Benteng Beverwijk, Istana Mini, dan banyak lagi
lainnya.
Selain itu, rumah pengasingan
Bung Hatta, salah satunya berada di Pulau Banda Neira. Fyi, saya sangat
mengidolakan beliau, terlepas dari sosok beliau sebagai seorang pahlawan, saya
mengagumi cara berpikir, sikap, dan prinsip hidup beliau. Beliau juga mencintai
buku, dan sangat suka membaca. Bahkan buku-buku ini dibawa Bung Hatta ke mana pun
beliau diasingkan. Bagi saya bisa napak tilas dan mengunjungi lokasi yang
pernah beliau tempati tentu menjadi suatu kebanggaan dan spirit tersendiri
bagi saya.
2.
The Hidden Paradise
Maluku memiliki banyak destinasi wisata dengan
pesona alam yang indah. Namun ternyata tak semuanya terekpos ke publik. Saya melihat
masih banyak destinasi wisata alam di Maluku yang tersembunyi, yang belum banyak dikunjungi wisatawan, atau bahkan ada juga yang belum mengetahui keberadaannya.
Salah satunya adalah sebuah desa di Pulau Buru. Desa ini dulu pernah menjadi
pusat pemerintahan pada masa penjajahan Belanda.
Selain itu ada pantai Ngurbloat yang terletak di Desa Ngilngof, Kei Kecil di Kabupaten Maluku Tenggara. Pantai ini memiliki pasir yang begitu lembut dan halus, seperti tepung. Saking halusnya, pasirnya bisa terbang tertiup angin. Dari pantai ini pengunjung juga bisa menikmati sunset di senja hari. Tak hanya itu, ada juga Pulau Bair yang disamakan kecantikannya dengan pesona Raja Ampat di Papua, Pantai Ngurtafur, dan banyak lagi destinasi wisata alam lainnya yang masih tersembunyi. Saya pun lebih menyukai the hidden paradise, karena saya bisa menikmati ‘sendiri’ keindahan alam yang masih asli, yang dibuat oleh Sang Pencipta, seolah-olah itu sengaja disajikan khusus untuk saya dan #TemanHidup saya 😊Sebagai bentuk rasa syukur saya, tentu saja saya akan menjaga dan merawat ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya agar tetap terlihat cantik tak ‘ternoda’.
3.
Tempat Romantis untuk Berbulan
Madu
Maluku merupakan salah satu
tempat romantis untuk berbulan madu menurut saya. Saat yang lain berbulan madu
ke Maldives, maka bagi saya tak perlu jauh-jauh ke Maldives untuk bisa
menikmati pesona alam yang hampir sama, yaitu di Maluku. Pantai Ora,
disebut-sebut sebagai Maldives-nya Indonesia. Mengapa tak ke sana saja untuk
berbulan madu. Apalagi tempatnya masih tersembunyi, dan belum begitu banyak
pengunjung. Tentunya ini bisa menjadi tempat romantis bagi pasangan menikah, yang ingin
menikmati bulan madunya dengan tenang dan intim.
Entah kapan tepatnya saya berbulan madu dengan #TemanHidup saya. Seingat saya usai menikah, Pak Suami mesti kembali masuk kerja karena cuma dapat izin sebentar saja. Di saat waktu libur, kami hanya memanfaatkannya dengan bulan madu kecil-kecilan atau bulan madu ala ala, karena waktunya yang terbilang cukup singkat menurut kami, serta lokasinya pun masih di seputaran tempat tinggal, hehe. Itu sudah puluhan tahun yang lalu. Sekarang di saat si kecil sudah menginjak remaja dan cukup mandiri, saya pikir ini waktu yang tepat bagi saya dan suami untuk merealisasikan bulan madu kami yang dulu sempat tertunda, dan Maluku adalah tempat yang tepat. Saya sampai membayangkan, kami sedang berada di sana, berjalan berdua di sepanjang bibir pantai, bergandengan tangan, lalu menatap cantiknya paras sunset sambil menikmati manisnya air kelapa muda berdua, hihi....
Usai mencatat daftar lokasi wisata yang akan saya
kunjungi di Maluku, saya dan suami pun mulai mempersiapkan jadwal yang tepat untuk ke
sana. Suami mencari jadwal cuti yang tepat untuk kami traveling, dan
saya mulai mulai mencari hotel atau holiday stays di aplikasi Traveloka. Fyi,
selama ini saya selalu memanfaatkan Traveloka untuk mencari sekaligus booking
penginapan, tiket pesawat maupun kereta api. Menurut saya aplikasinya lebih friendly,
banyak fitur-fitur yang memudahkan saya untuk mencari apa yang saya butuhkan,
proses booking dan payment-nya juga praktis dan mudah. Belum lagi
Points yang bisa saya redeem. Entah sudah berapa banyak Points saya di Traveloka
karena cara mengumpulkannya juga sangat mudah.
Tempat tujuan traveling sudah ada, jadwal libur
pun sudah di tangan, namun sayang beribu kali sayang, belum sempat saya booking
penginapan dan tiket pesawat, tiba-tiba saja bencana Covid-19 datang melanda. Tak hanya
di Indonesia, namun juga di seluruh dunia. Luruh sudah semangat saya dan suami.
Apalagi melihat kenyataan bahwa ternyata pandemi ini berlangsung cukup lama. Impian dan hasrat saya untuk bisa menikmati
indahnya Maluku perlahan mulai pupus seiring meningkatnya angka kasus Covid-19
di Indonesia.
Habis gelap terbitlah terang. Syukurlah, begitu pula dengan
pandemi ini, yang alhamdulillah terus mengalami penurunan, hingga akhirnya
perekonomian pun mulai berangsur pulih. Semua kembali bangkit dari keterpurukan akibat
pandemi. Perlahan-lahan pemerintah mulai melonggarkan peraturan, termasuk aturan untuk
traveling. Namun tentu saja aturan prokes tetap harus dijalankan demi kesehatan serta keselamatan
diri dan juga orang lain.
Di awal tahun 2022, sekolah-sekolah sudah mulai menerapkan
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100%, para karyawan kantor sudah kembali Work From
Office (WFO) 100%, serta transportasi, pusat-pusat perbelanjaan, tempat wisata, tempat
hiburan, dan tempat-tempat umum lainnya juga sudah diperbolehkan menerima
pengunjung 100% dengan tetap menerapkan aturan prokes yang ketat.
Di pertengahan tahun ini tiba-tiba saja saya kembali teringat dengan rencana saya untuk traveling ke Pulau Maluku karena sebelumnya sempat buyar akibat pandemi. Saya pikir sudah saat saya untuk merealisasikan kembali impian saya ini agar segera menjadi kenyataan. Saya lalu menceritakannya kepada suami. Ia pun setuju, dan kami kembali mulai menyusun rencana, dan mencari waktu yang tepat untuk liburan. Saya dengan semangat kembali menyusun jadwal, mencari tiket pesawat, dan penginapan selama kami di sana. Ah, akhirnya saya bisa melihat dunia lagi dan menikmatinya bersama #TemanHidup saya. Yeeyy!
Wishlist Hotel dan Holiday Stays di Maluku
1. Ora Sunrise View Resort
Tak ada penginapan paling indah selain langsung mendapatkan view
pantai atau laut yang cantik. Bangun tidur, langsung disuguhkan gemericik air dan
pesona alam nan indah di depan kamar. Itulah mengapa saya menjadikan Ora
Sunrise View Resort ini dalam wishlist pertama saya. Selain tentu saja untuk
menyaksikan langsung Maldives-nya Indonesia dari tempat penginapan ini.
2. The City Hotel
Letak hotelnya cukup strategis di tengah kota, dan lokasinya pun tak begitu
jauh dari benteng atau tempat bersejarah yang ingin saya kunjungi. Fasilitasnya
juga terbilang lengkap dengan harga yang relatif murah. Harga ini sudah
termasuk breakfast dan wifi. Rencananya The City Hotel akan menjadi tempat persinggahan
pertama saya setelah pesawat kami landing di Maluku nanti.
3. Manise Hotel
Manise Hotel menjadi hotel alternatif jika nanti saya tidak mendapatkan
penginapan di The City Hotel. Lokasinya
tak begitu jauh juga dari The City Hotel, dengan fasilitas dan harga yang
hampir sama. Yang penting bagi saya adalah kebersihan dan juga layanan hotelnya.
4. The Natsepa Resort & Conference
Center
Nama penginapannya The Natsepa Resort, dan tentu saja lokasinya dekat
dengan pantai Natsepa. Pemandangan alam yang disajikan resort ini menjadikannya
masuk dalam daftar hotel saya selama di Maluku nanti. Di sana juga tersedia
Honeymoon Suites dengan fasilitas yang lengkap, sesuai dengan harga yang
ditawarkannya. Dari hotel ini nanti saya bisa menjelajah ke beberapa lokasi
bersejarah yang ada di pulau tersebut.
5. Sarang The Travellers’ Nest
Penginapan ini berada di Kei Kecil, sebuah pulau yang berada di Maluku
Tenggara. Tak banyak fasilitas yang disuguhkan dari holiday stays satu ini.
Namun bagi saya yang terpenting adalah bisa istirahat dengan nyaman dan aman, karena
bisa dipastikan saya akan seharian bepergian untuk menjejahi pulau ini, seperti
pasir terhalus yang ada di Pantai Ngurbloat, mata air di Gua Hawang, menikmati
laguna di Pulau Blair, menyusuri jejak prasejarah Megalitikum di Gua Luvat, dan
berkunjung ke Desa Adat Tanimbar Kei.
Ke semua penginapan ini tentu saja saya peroleh
dari hasil pencarian di Traveloka
hotel dan Holiday Stays. Ini enaknya memilih penginapan di Traveloka,
karena saya bisa melihat foto real dari reviewer, sekaligus rate
dan komentar jujur untuk penginapan yang pernah mereka booking. Jadi
saya bisa memilih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan saya. Namun begitu, sebenarnya penginapan yang saya sangat butuhkan adalah saat baru sampai di sana, karena untuk penginapan selanjutnya saya bisa menyesuaikan dengan tujuan selanjutnya yang ingin saya tuju. Biasanya saya akan langsung booking penginapan selanjutnya via aplikasi Traveloka. Ini pernah saya lakukan saat saya touring ke Bromo dan Yogyakarta. Saya booking penginapan yang ada di Yogyakarta via Traveloka, pada saat saya berada di daerah Candi Borobudur. Semudah itu booking hotel di Traveloka. Makanya sampai sekarang saya masih menggunakan Traveloka sebagai #TemanHidup saya.
Duh, jadi nggak sabaran untuk bisa segera terbang ke
Maluku, agar impian saya untuk bisa menikmati anugerah terindah dari Sang
Pencipta benar-benar bisa jadi kenyataan :’) Untuk transportasi dan akomodasi
saya bisa mengandalkan Traveloka. Saya tinggal mempersiapkan waktu, fisik yang
sehat, finansial yang cukup, beberapa perlengkapan selama di sana, termasuk
kamera. Ini penting untuk saya bisa mengabadikan keindahan alam yang ada di
Maluku 😊 By the way, ada yang mempunyai
impian yang sama dengan saya? Yuk '#LihatDuniaLagi dan bikin
#StaycationJadi’ dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link
ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan
0 comments