Peran Dompet Dhuafa dalam Pengentasan Kemiskinan
Tak terasa, kurang dari sebulan lagi, seluruh umat muslim akan kembali menunaikan ibadah puasa bulan Ramadan, bulan suci yang selalu dinantikan dan dirindukan kedatangannya. Untuk menyambut kehadirannya, tentu kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat melaksanakan ibadah puasa dengan khusuk dan maksimal. Dengan begitu diharapkan puasa dan ibadah yang kita kerjakan dapat diterima Allah SWT. Aamiin....
Selain memperkuat iman dan menguatkan niat, serta tentunya
mempersiapkan kesehatan fisik dan jasmani, maka persiapan lain yang bisa
dilakukan adalah membekali diri dengan cara memperdalam ilmu agama. Ilmu yang diperdalam
bisa apa saja terkait dengan ibadah dan berbagai amalan yang biasanya
dilaksanakan selama bulan Ramadan. Misalnya ilmu tentang sholat tarawih, i’tikaf
dan do’a-do’a di bulan Ramadan, malam lailatul qadar, sedekah, zakat, dan
banyak lagi ilmu lainnya.
Ketika Dompet Dhuafa menggelar talkshow yang menjadi rangkaian dari kegiatan
tarhib Ramadan beberapa hari yang lalu, tepatnya pada hari Rabu, 22 Februari
2023, ini merupakan kesempatan yang tak boleh disia-siakan. Saat mengikuti kegiatan ini, Berasa Sudah Ramadan :) Talkshow digelar di Tigalima Coffee – Kitchen, Gondangdia, Jakarta Pusat, dengan mengusung
tema “Welcome Ramadan Dari Hati”. Acaranya terbagi dalam dua sesi, yaitu sesi pertama
mengangkat topik tentang Peran Lembaga dalam Pengentasan Kemiskinan, dan sesi kedua membahas tentang Digitalisasi di Dunia Filantropi.
Acara dibuka dengan welcome speech dari Ibu Suci Nuzleni
Qadarsih selaku Ketua Ramadan 1444 H Dompet Dhuafa. Dalam sambutannya Ibu Suci
menjelaskan sedikit mengenai 5 pilar program yang diusung oleh Dompet Dhuafa, yaitu
Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Sosial Kemanusiaan, serta Dakwah dan Budaya. Sebagai
lembaga filantropi Islam, Dompet Dhuafa juga memiliki beberapa instrument dalam
gerakannya, yang biasa disebut ZISWAF atau Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf.
Dompet Dhuafa hadir dengan program Ramadan Dari Hati dengan tujuan ingin
mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta membagikan rezkinya kepada mereka
yang membutuhkan, dan semua dilakukan dari hati, karena segala sesuatu yang dilakukan
dari hati, tentunya juga akan dilaksanakan dengan niat yang tulus dan ikhlas.
Ibu Suci |
“Dengan adanya kegiatan Ramadan Dari Hati ini semoga dapat menjadi pengingat
bagi masyarakat untuk mulai melakukan berbagai persiapan, baik fisik maupun
spritual dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Di bulan Ramadan ini Dompet
Dhuafa mengajak masyarakat untuk turut terlibat dalam program Parsel Ramadan
yang nantinya akan dibagikan ke berbagai pelosok negeri. Dompet Dhuafa juga ingin
mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menebarkan kebaikan, terlebih
selama Ramadan, melalui berbagai program kemanusiaan Dompet Dhuafa. Setiap manusia
memiliki kebaikan dalam hatinya, khususnya untuk berbagi dengan sesama,” jelas Bu
Suci.
Peran Lembaga dalam Pengentasan Kemiskinan
Walau negara kita bukan termasuk dalam kategori negara termiskin di
dunia, namun fakta dan data menyatakan bahwa masalah kemiskinan masih mendominasi
status ekonomi masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi permasalahan ini, tentu
tak bisa diselesaikan sendiri oleh
pemerintah, namun dibutuhkan juga bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak,
termasuk lembaga atau organisasi kemasyarakatan.
Untuk itu, Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga filantropi Islam terbesar di Indonesia turut mendukung pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ini. Sebagai lembaga filantropi Islam yang berkhidmat dalam pemberdayaan kaum
dhuafa, Dompet Dhuafa selalu mengedepankan pendekatan welas asih dalam
setiap gerakannya.
Talkshow Welcome Ramadan dari Hati: Peran Lembaga dalam Pengentasan Kemiskinan (Kiri-kanan: Kang Ade, Tira, Bpk Gaib, dan Bpk Haryo) |
Pada sesi pertama talkshow bersama Dompet Dhuafa kemarin dibahas mengenai
bagaimana sebenarnya peranan lembaga dalam mengentaskan kemiskinan di
Indonesia, dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, diantaranya
ada Bapak Haryo Mojopahit selaku GM Komunikasi Dompet Dhuafa, Bapak Gaib Maruto
Sigit dari MNC Radio Network, Kang Ade Lukmana dari Desa Tani, Tira Mutiara
selaku Peneliti IDEAS, serta Mas Fazri Rizkiya selaku pemandu acara atau Moderator.
Pak Haryo mengatakan bahwa Dompet Dhuafa sangat peduli dengan isu-isu kemanusiaan,
kebencanaan, dan kemiskinan. Dompet Dhuafa meyakini bahwa kemiskinan itu bukan
saja perkara penghasilan yang berada di bawah standar. Kategori kemiskinan tiap
orang atau tiap negara itu bisa berbeda-beda. Di Islam sendiri bisa dilihat
dari perhitungan zakatnya. Jika orang tersebut memiliki harta di bawah 85 gram
emas, maka orang tersebut akan dikategorikan sebagai mustahik (golongan orang
yang berhak menerima zakat), sedangkan jika hartanya lebih dari 85 gram emas,
berarti orang tersebut termasuk golongan muzakki (orang yang mengeluarkan
zakat).
Selanjutnya Pak Haryo menjelaskan bagaimana strategi Dompet Dhuafa
dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Pak Haryo pun memperkenalkan Segitiga
Strategi Pemberdayaan Dompet Dhuafa, diantaranya ada Pemberdayaan Ekonomi
dengan tujuan Pertumbuhan Ekonomi, Pemberdayaan Sosial dengan tujuan
Ketersediaan Akses, dan Advokasi untuk tujuan Keadilan.
Masing-masing aspek pemberdayaan tersebut memiliki strateginya
masing-masing, seperti untuk Pemberdayaan Sosial, Dompet Dhuafa memberikan bantuan
langsung berupa makanan, pakaian, obat-obatan, beasiswa, tempat tinggal, dan
lain sebagainya yang dianggap darurat dan dibutuhkan. Sedangkan untuk
Pemberdayaan Ekonomi, Dompet Dhuafa memberikan bantuan berupa
pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan perekonomian, sehingga orang-orang yang
dibantu bisa mandiri dan memiliki penghasilan sendiri, dan tak tergantung lagi
pada bantuan yang diberikan.
Untuk Strategi Advokasi, Dompet Dhuafa memberikan bantuan pada
orang-orang yang memiliki kemampuan, dan sudah berusaha untuk mengembangkan keterampilannya,
namun belum mendapatkan akses atau pasar untuk usahanya. Dompet Dhuafa akan
mendampingi orang tersebut, serta bersama dengan stakeholder lain untuk
memperbaiki sistem dan kebijakannya, dan memperkuat jaringannya.
Untuk Strategi Pemberdayaan Sosial dibagi lagi menjadi 3 hal,
yaitu dengan menghilangkan kedaruratan (memberikan bantuan langsung), membuka
akses untuk mendapatkan bantuan/ layanan, dan menambah aset, seperti tabungan
beasiswa dan keterampilan. Begitupun dengan Pemberdayaan Ekonomi dan Advokasi,
Dompet Dhuafa akan memberikan pendampingan pada orang-orang yang membutuhkan.
Tira sebagai Peneliti IDEAS mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan di
Indonesia merupakan tugas bersama, dan bukan saja pemerintah. Walaupun pemerintah sudah
melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan, namun usaha ini
belum maksimal. Di sinilah peranan lembaga atau organisasi nirlaba, organisasi
amal, maupun organisasi pengelola zakat. Dari hasil studi hubungan zakat dengan
kemiskinan diketahui bahwa ternyata pendistribusian zakat yang dilakukan oleh
Dompet Dhuafa lewat berbagai programnya mampu menurunkan tingkat kemiskinan mustahik
binaannya sebesar 10%, jika dibandingkan dengan kondisi sebelum zakat
didistribusikan (Irfan Syauqi Beik, 2010).
Sedangkan dari studi terkini (M. Najib Murobbi & Hardius Usman,
2021) ditemukan hasil bahwa melalui analisis regresi, zakat berpengaruh
signifikan dengan hubungan negatif terhadap kemiskinan. Artinya semakin tinggi
dana zakat yang diterima, maka tingkat kemiskinan di Indonesia akan turun.
Menurut Pak Gaib lembaga-lembaga filantropi yang benar-benar ‘hadir’
untuk masyarakat yang membutuhkan, patut untuk dipertahankan. Seperti Dompet
Dhuafa yang tak hanya memberikan bantuan yang berdampak jangka pendek, namun
juga berdampak untuk jangka panjang, seperti membuka akses bantuan, memberikan
pelatihan, membangun mushola, mengelola anak yatim, mendirikan sekolah, dan
lain-lain yang bermanfaat bagi masyarakat dalam jangka waktu yang lama.
“Tugas kita sebagai media adalah memberitakan hal itu agar masyarakat
yakin bahwa apa yang diberikan itu ada manfaatnya buat publik. Dan menurut saya
lembaga filantropi yang paling bagus dari segi komunikasi dengan media adalah
Dompet Dhuafa,” ungkap Pak Gaib.
Sebagai seorang petani, pelaku usaha, dan juga pendamping pertanian masyarakat
di Jawa Barat, Kang Ade membagikan pengalaman dan perjalanannya dalam mengangkat
derajat dan martabat para petani. Semua ide dan keinginan Kang Ade tersebut secara
perlahan mulai terwujud ketika beliau bertemu dengan Dompet Dhuafa.
Digitalisasi di Dunia Filantropi
Talkshow sesi 2: Digitalisasi di Dunia Filantropi (Kiri-kanan: Mas Totok, Bpk Ghazali, Bpk Agung, dan Bpk Putra) |
Acara dilanjutkan dengan talkshow sesi kedua, yang dipandu oleh Mas
Totok Hadi. Pada sesi kedua ini hadir Bapak Pradwita Ghazali selaku Direktur
Country Lead FreakOut Dewina Indonesia, Bapak Agung Lesmana selaku Head of
Sharia Business Development & Product Solution PT. Bank Jago Tbk, dan Bapak
Prima Hadi Putra selaku Direktur Komunikasi dan Teknologi Dompet Dhuafa.
Bagi Dompet Dhuafa, teknologi merupakan suatu keharusan, karena bagaimanapun
juga Dompet Dhuafa harus mengikuti perkembangan zaman. Apalagi sejak pandemi kemarin,
yang telah membuka banyak mata pengambil keputusan untuk memanfaatkan
teknologi. Sebenarnya Dompet Dhuafa sendiri sudah sejak lama mengembangkan
sistem berbasis digital, namun waktu itu belum begitu berhasil, sebab saat itu
belum ada sistem payment yang mendukung.
“Pengalaman-pengalaman seperti itu akhirnya menjadi contoh dan membuat
kita lebih aware dan hati-hati dalam membuat aplikasi teknologi, apalagi
setelah pandemi ini, yang pergerakan digitalnya sangat cepat, Dompet Dhuafa
perlu mengembangkan sistem digital untuk mendukung operasional dan layanannya,”
ujar Pak Putra.
Pengembangan sistem digital ini merupakan hal yang penting bagi Dompet
Dhuafa untuk menunjang layanan ke berbagai stakeholder, donatur, dan benefisiaris,
terutama dalam hal percepatan respon demi kemudahan dan kenyamanan semua pihak.
Selain itu, sistem digital juga akan memudahkan Dompet Dhuafa dalam melakukan
pendataan, penghimpunan dan pencatatan donasi, serta konsolidasi laporan. Untuk
itulah Dompet Dhuafa menghadirkan digital.dompetdhuafa.org sebagai kanal utama
transaksi yang bisa diakses oleh masyarakat dimanapun dan kapanpun.
“Dalam hal kemiskinan, Dompet Dhuafa memandang masalah kemiskinan itu
sebagai sebuah paradigma segitiga. Misalnya dalam memenuhi program sosial tadi,
Dompet Dhuafa membuat program-program yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
tersebut. Begitu pula dengan program ekonomi dan open akses tadi. Penerapan
program digitalisasi pada ketiga aspek tersebut tentu berbeda-beda pula,
disesuaikan dengan kebutuhannya,” jelas Pak Putra lagi.
Sebagai perusahaan yang memiliki teknologi AI, Bapak Ghazali
mengatakan bahwa lembaga filantropi Islam seperti Dompet Dhuafa tentu bisa memakai
teknologi AI untuk mempermudah layanan dan juga operasionalnya. Teknologi ini
bisa digunakan oleh semua kalangan, dan tidak saja digunakan sebagai advertising
saja.
“Kita bisa melihat betapa besarnya potensi zakat di Indonesia,
mencapai 250 triliun rupiah, yang dapat melindungi sekitar 2,5% masyarakatnya, dan itu
belum digital. Nah, bagaimana jika teknologi AI masuk ke situ, sehingga 250 triliun ini output-nya memiliki kebermanfaatannya lebih beragam,” jelas Pak Ghazali.
Untuk lebih memaksimalkan layanannya, serta untuk memudahkan
masyarakat dalam berzakat, Dompet Dhuafa pun bekerja sama dengan berbagai stakeholder.
Salah satunya adalah dengan Bank Jago Syariah, sebuah layanan perbankan syariah
berbasis teknologi digital terkini, yang hadir dengan berbagai fitur canggih, dan tak kalah dengan perbankan konvensional.
“Tak hanya hadir dengan fitur-fitur yang canggih, Jago Syariah juga
menawarkan layanan yang mudah dan cepat. Jago Syariah juga bekerja sama dengan
Dompet Dhuafa dalam penggalangan zakat, infak, wakaf, dan sedekah. Nantinya
dananya akan disalurkan kepada penerima manfaat,” pungkas Pak Agung.
Upaya digitalisasi lembaga filantropi Islam, seperti yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa tentunya
diharapkan dapat meningkatkan hasil penghimpunan dana, agar sebaran penerima
manfaat dapat lebih luas lagi, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang terbantu,
penyaluran bantuannya menjadi lebih cepat dan tentunya lebih tepat sasaran,
serta yang pasti dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia. Aamiin....
0 comments