Tak Perlu Resah Lagi, Sekarang Sirop Obat Aman untuk Anak
Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bernapas lega, karena mendengar kabar yang menyatakan bahwa sekarang sirop obat aman untuk anak. Kabar ini bukanlah berita hoaks, karena disampaikan langsung oleh pihak otoritas kesehatan yang berwenang dalam melakukan pengawasan obat di Indonesia. Sebelumnya informasi mengenai keamanan sirop obat anak ini masih simpang siur, sehingga masih ada beberapa orang tua, bahkan tenaga medis yang bingung dan ragu untuk menggunakannya.
Jadi ingat bagaimana awal mula ini terjadi. Beberapa waktu yang lalu,
tepatnya sekitar bulan Agustus 2022, terjadi kehebohan di masyarakat, saat mengetahui
adanya kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak (GGAPA), yang berujung pada kematian. Siapa
yang tidak kaget, karena kasus ini sangat jarang terjadi di Indonesia. Masyarakat
pun makin resah, karena seperti efek domino, angka kasusnya terus mengalami
lonjakan.
Sepertinya baru saja reda kasus pandemi Covid-19, lalu tiba-tiba datang
lagi kasus yang baru, dan kali ini menghantui anak-anak. Di sini yang paling
cemas adalah orang tua, termasuk saya. Apalagi saat itu anak saya pun sempat
sakit, dan saya kebingungan mau memberikan obat sirop untuk anak saya.
Alhamdulillah, sebenarnya anak saya termasuk anak yang jarang sakit.
Namun entah mengapa, saat kasus GGAPA merebak, anak saya jatuh sakit. Dugaan
saya mungkin karena cuaca yang saat itu sedang tak bersahabat, ditambah lagi tugas
sekolahnya yang menumpuk, sehingga jadwal makan dan istirahatnya agak
berantakan.
Jadi ketika anak saya memberikan pesan singkat lewat chat pada saya,
yang mengatakan bahwa ia merasa sedikit pusing, dan minta dijemput ke sekolah,
saya pun mulai khawatir. Sesampainya di rumah, dan setelah ganti pakaian, ia
pun langsung merebahkan badannya ke kasur. Setelah satu jam ia tertidur, saya raba
dahinya, terasa hangat. Begitupun dengan lehernya. Saya pun memeriksa suhu
tubuhnya menggunakan termometer. Hasilnya 38,70C.
Karena cemas, saya langsung mengabari hal ini pada suami. Saya juga
titip sama suami agar saat pulang nanti bisa mampir ke apotik untuk membeli
obat sirop penurun panas. Serius, saat itu saya lupa dengan kasus GGAPA. Yang
ada dipikiran saya adalah bagaimana anak saya bisa cepat sembuh. Jadi saat
dikabari oleh suami bahwa tidak ada obat sirop penurun panas yang dijual di
apotik, bahkan ia sudah berkeliling mencari sirop obat tersebut, tetap saja
nggak ketemu, saya pun tambah panik dan bingung. Apalagi malamnya saya periksa,
suhu tubuhnya sudah di atas 390C.
Akhirnya malam itu saya kompres dahi dan ketiaknya menggunakan air
hangat. Tubuhnya saya pijit-pijit lembut menggunakan minyak telon. Saya juga minta
anak saya untuk sering minum air putih, lalu sedikit memaksanya untuk menyantap
sup yang saya buat, agar tubuhnya kuat melawan kuman yang menyebabkannya demam.
Alhamdulillah, paginya suhu tubuhnya berangsur normal kembali, walaupun ia
mengaku masih sedikit pusing. Baru keesokan harinya anak saya merasa tubuhnya
sudah mendingan, dan akhirnya bisa masuk sekolah.
Akibat terus meningkatnya angka penderita GGAPA, pemerintah pun melakukan
investigasi. Dan ternyata, penyebabnya adalah karena adanya cemaran bahan
pelarut Propilen Glikol (PG) atau Propilen Etilen Glikol (PEG) yang diganti
dengan Etilen Glikol (EG) atau Dietilen (DEG) oleh oknum perusahaan supplier kimia.
Sejak ditemukannya ‘biang’ yang menjadi penyebab GGAPA ini, maka pemerintah pun
menarik dan menghentikan peredaran obat sirop yang terbukti mengandung bahan
penyebab GGAPA tersebut. Oh, ternyata itulah yang menyebabnya saya dan
suami tak bisa menemukan sirop obat penurun panas saat itu.
Seluruh instansi dan organisasi terkait telah melakukan investigasi
dan evaluasi ulang terhadap sirop obat yang beredar. Akhirnya pada bulan
Desember 2022, BPOM merilis daftar produk sirop obat yang telah terbukti aman untuk
digunakan. Namun nyatanya ketakutan untuk menggunakan sirop obat untuk anak
masih saja menghantui para orang tua. Apakah sirop obat untuk anak beneran
sudah aman?
Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak
Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak |
Akhirnya segala keresahan saya, dan mungkin juga para orang tua di
luaran sana terhadap sirop obat untuk anak terjawab, saat saya mengikuti acara
Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak yang digelar pada hari
Selasa, 21 Maret 2023 di Royal Kuningan Hotel, Jakarta. Acara ini
diselenggarakan oleh Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI), dengan menghadirkan
narasumber yang kompeten di bidangnya, seperti dari Kemenkes, BPOM, IDAI, IAI,
dan Pakar Farmakologi.
Berikut nama-nama narasumber yang hadir:
1. Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., M.A.R.S, selaku
Direktur Produksi dan Distrbusi Kefarmasian Dirjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kemenkes RI.
2. Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M.Pharm, selaku Direktur
Standarisasi ONPPZA sekaligus Plt. Direktur Registrasi Obat BPOM RI.
3. Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), selaku Ketua Umum Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
4. Apt. Noffendri Roestram, S.Si selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI).
5. Prof. Apt. I Ketut Adnyana, Msi., Ph.D selaku Guru Besar
Farmakologi, Farmasi Klinis ITB.
6. Prof. Dr. Rer.Nat. Apt. Rahmana Emran Kartasasmita selaku Guru
Besar Kimia Farmasi ITB.
Selain itu hadir juga Mona Ratuliu, seorang selebriti dan juga ibu
dari 5 anak, yang menjadi perwakilan dari para ibu di Indonesia, serta Bapak Andreas
Bayu Aji, selaku Sekjen GP Farmasi Indonesia, sekaligus Ketua Panitia acara. Sedangkan
untuk acaranya sendiri dipandu oleh Bapak Elfiano Rizaldi, yang merupakan
Direktur Eksekutif GP Farmasi Indonesia, bersama dengan presenter kondang, Ivy
Batuta.
Acara diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza, dan dilanjutkan
dengan berdoa bersama. Lalu ada sambutan dari Bapak Andreas Bayu Aji atau yang
akrab disapa Bapak Aji. Beliau menyampaikan bahwa setelah terjadinya ‘badai’ yang
sempat melanda Indonesia beberapa waktu lalu, ternyata masih menyisakan ‘sisa badai
kecil’ berupa pertanyaan dari para ibu terhadap keamanan sirop obat yang aman
untuk anak.
Bpk Aji, Sekjen GP Farmasi Indonesia |
“Kita bersyukur, ada Ibu Asti dari BPOM dan narasumber yang lain, yang diharapkan nantinya dapat memberikan pencerahan kepada semua peserta yang hadir, dan dapat menghapus sisa-sisa badai yang membuat para ibu atau orang tua kebingungan. Sehingga di luar sana tidak ada lagi orang yang bingung, nggak ada lagi apoteker yang ribut, dan tidak ada lagi dokter dan tenaga medis yang ragu,” ujar Bapak Aji.
Dra. Agusdini membuka acara dialog dengan memaparkan mengenai
“Langkah-Langkah Penanganan GGAPA oleh Kementerian Kesehatan”. Saat tren kasus GGAPA
melonjak di bulan Agustus 2022, dan setelah dilakukan investigasi, maka pada
bulan Oktober 2022 Kemenkes memberhentikan semua penggunaan sirop obat. Setelah
penyetopan peredaran sirop obat, barulah tren GGAPA mengalami penurunan.
Penyetopan sirop obat ini tentu saja bertujuan untuk
menyelamatkan anak-anak Indonesia, agar tidak ada lagi korban-korban lainnya,
karena bagaimanapun juga Kemenkes merupakan instansi yang bertanggung jawab
terhadap kesehatan rakyat Indonesia, termasuk anak-anak.
Dra. Agusdini |
“Saat terjadi kasus GGAPA ini, kami dari Kemenkes langsung mengumpulkan semua pihak rumah sakit, dan semua tata laksana tersebut disosialisasikan. Lalu Kemenkes juga mengeluarkan surat edaran mengenai penghentian sementara penggunaan obat sirop di setiap fasilitas layanan kesehatan. Selain itu Kemenkes juga menggelar konferensi pers untuk menyebarkan informasi mengenai ini,” jelas Dra. Agusdini.
Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa untuk saat ini yang
diperlukan adalah monitoring, pencegahan, dan penanganan dari Kemenkes. Dra. Agusdini
mengaku, ia sendiri juga merasakan dampaknya saat sirop obat sulit ditemukan di
pasaran.
Dra. Agusdini menjelaskan lagi bahwa pihak otoritas
kesehatan yang berwenang telah menyatakan kalau sirop obat yang sudah
diverifikasi ulang dan dirilis oleh BPOM adalah sirop obat yang aman. Sehingga
masyarakat bisa kembali menggunakan sirop obat dengan mengikuti anjuran pakai.
Di akhir paparannya Dra. Agusdini mengungkapkan bahwa saat
Kemenkes menghadiri sidang WHO beberapa waktu lalu, pihak WHO sangat
mengapresiasi langkah cepat pemerintah Indonesia dalam menyelamatkan warganya
dari ancaman Covid-19, mengingat Indonesia negara yang luas, dan penduduknya
tersebar di berbagai pulau. Ini tentunya tak lepas dari peranan semua stakeholder,
termasuk GP Farmasi Indonesia, sehingga kasus tersebut bisa diselesaikan.
Kemudian penjelasan dilanjutkan dengan mendengarkan
paparan dari Dra. Tri Asti. Beliau mengatakan bahwa saat melakukan evaluasi dalam
mengeluarkan izin untuk satu obat, BPOM menggunakan banyak dasar atau kriteria,
baik itu dasar yang berlaku secara nasional maupun internasional, karena WHO juga
secara rutin menilai kinerja BPOM.
Beliau pun menjelaskan berbagai regulasi pengawasan yang
harus diterapkan BPOM sebelum obat boleh dilepaskan ke pasaran. Ini karena BPOM
merupakan penanggung jawab utama dalam menjamin keamanan, maupun khasiat dan
mutu dari obat-obatan yang beredar di masyarakat.
Dra. Tri Asti |
“Saat mengetahui ada kasus EG/DEG kemarin, kami melakukan
berbagai langkah, mulai dari intensifikasi, sebaran produk, penelusuran, dan
pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi, hingga akhirnya ketemu
oknumnya. Jadi harap semuanya jangan khawatir, oknumnya sudah ditangkap. 18
Oktober semua sirop obatnya dihentikan. Lalu BPOM secara perlahan melakukan
rilis daftar obat yang aman. Sejak November 2022 hingga Februari 2023
sudah rilis sekitar 616 produk obat yang aman,” jelas Dra. Tri Asti.
Dra. Tri Asti menyatakan bahwa daftar produk sirop obat
yang aman untuk dikonsumsi selama mengikuti anjuran pakai, kini bisa dilihat di
website atau media sosial BPOM, atau bisa juga melalui kanal publikasi BPOM
lainnya. Masyarakat, pasien, fasilitas kesehatan dan dokter diminta untuk tidak
lagi khawatir dan ragu menggunakan produk sirop obat.
Untuk mengetahui daftar produk obat apa saja yang sudah
dinyatakan aman oleh BPOM RI, bisa langsung meluncur ke link ini ya https://www.pom.go.id/new/view/direct/sirup_obat_aman
Paparan dilanjutkan oleh Dr. Piprim sebagai Dokter Spesialis
Anak. Dalam paparannya, Dr. Piprim menjelaskan tentang “Antisipasi dan Penanganan
Kasus Gangguan Ginjal Anak Progresif Atipikal (GgGAPA)”.
Dr. Piprim mengatakan bahwa GGAPA itu sebenarnya sudah ada
sejak lama, sehingga perlu dilakukan investigasi mengenai penyebab GGAPA, jika
kasus yang terjadi hanya individual. Pada saat terjadi kasus GGAPA kemarin, Dr.
Piprim mengaku bahwa para dokter anak, pakar ginjal anak, semuanya pada stres,
karena anak yang tadinya dalam kondisi baik, dimana mereka telah memberikan
terapis standar sesuai dengan prosedur, namun anak tersebut tetap meninggal.
Sehingga mereka pun mencari tahu apa yang menjadi penyebabnya. Sampai akhirnya ada laporan kalau ada sirop
obat untuk anak yang tercemar EG/ DEG.
Dr. Piprim |
“Waktu itu nggak semua dokter anak percaya. Masa cuma gara-gara
sirop obat saja bisa meninggal. Nggak masuk akal. Akhirnya dilakukan sebaran
informasi untuk meyakinkan semuanya. Kemudian Kemenkes juga mengeluarkan
keputusan untuk menghentikan semua pemberian sirop obat, dan BPOM bergerak
cepat untuk melakukan investigasi, hingga ditemukan bahan baku yang mengandung
99% EG,” ungkap Dr. Piprim.
Beliau pun menyebut bahwa sebenarnya IDAI bukanlah
organisasi yang dapat menentukan bahwa sirop obat itu aman atau tidak. Secara
profesi, mereka adalah user. Dalam memberikan resep obat pada pasien, para
dokter akan merekomendasikannya sesuai dengan rekomendasi dari pihak yang
berwenang, yaitu BPOM dan Kemenkes.
Dr. Piprim kemudian menyampaikan, saat ini fakta sudah
berbicara bahwa dari hasil verifikasi ulang produk sirop obat yang dilakukan
oleh BPOM per November 2022 lalu sudah aman, sehingga produk sirop obat yang
sudah dirilis kembali oleh BPOM bisa diresepkan kembali oleh dokter, dan aman
dikonsumsi masyarakat, selama mengikuti aturan pakainya.
Selanjutnya pemaparan dari Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia (IAI), yaitu Apt. Noffendri
Roestram, S.Si. Sebagaimana diketahui, apoteker merupakan tenaga profesional
kesehatan yang memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait kebutuhan obat di
apotek. Bapak Noffendri menceritakan pengalamannya sebagai apoteker, yang menerima
keluhan dari masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses sirop obat, karena
sirop obat ini belum boleh beredar, serta lamanya proses mendapatkan obat puyer
selama periode penarikan sementara sirop obat tersebut.
Bpk Noffendri |
“Sejak dirilisnya produk sirop obat oleh BPOM bulan Desember kemarin, dan tidak adanya lagi kasus GGAPA massal, itu membuktikan produk sirop obat aman untuk digunakan. Dengan demikian, pasien dan orang tua tak perlu lagi khawatir. Dan sebaiknya belilah sirop obat di apotek resmi, baik yang berdasarkan resep dokter, maupun untuk pembelian obat bebas,” ujar Bapak Noffendri.
Sebagai Pakar Farmakologi, Prof. Adnyana dan Prof. Emran menjelaskan
bahwa kasus GGAPA massal yang terjadi tahun lalu terjadi karena adanya
intoksikasi obat yang tercemar oleh EG/ DEG yang melebihi ambang batas,
sehingga berdampak massal. Propilen Glikol (PG) dan Gliserin sendiri sebenarnya
terdapat dalam berbagai produk, seperti dalam produk farmasi, kosmetik, PKRT,
makanan, bahkan rokok elektrik.
Prof. Adnyana dan Prof. Emran |
“PG dan Gliserin ini fungsinya macam-macam, ada yang sebagai pengawet,
antimikroba, desinfektan, humektan, stabilizer, kosolven atau meningkatkan
kelarutan suatu zat, anti-caking, emulsifier, dan lain-lain,” papar Prof
Adnyana.
Sama seperti yang telah disampaikan oleh Dr. Piprim, Prof. Adnyana
juga mengatakan bahwa GGAPA itu bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
status kesehatan pasien (riwayat penyakit), alergi terhadap suatu bahan
tertentu, infeksi (termasuk Covid-19), status nutrisi (dehidrasi), obat,
makanan, logam berat, toksikan (EG/ DEG dari berbagai sumber), dan banyak lagi
yang lainnya.
“Literasi kesehatan di masyarakat harus ditingkatkan, dengan cara memanfaatkan
informasi-informasi dari berbagai organisasi kesehatan yang terpercaya,
sehingga masyarakat bisa bijak dan cerdas menggunakan obat,” pesan Prof.
Adnyana.
Mewakili para ibu Indonesia, Mona Ratuliu pun ternyata juga sempat panik
saat mengetahui adanya kasus GGAPA yang terjadi beberapa waktu lalu, apalagi
dia memiliki 2 balita di rumah. Mona lalu menceritakan pengalamannya saat dua
anaknya yang demam saat itu. Bagaimana khawatirnya ia, saat anak yang satu
sembuh, eh lalu tiba-tiba anaknya yang satunya lagi yang sakit.
Mona Ratuliu |
"Keduanya memang masih mengkonsumsi obat sirup. Jadi kita
sebagai ibu-ibu tergantung banget sama obat sirup, dan itu terasa banget saat
kejadian kemarin. Saya selalu update terus perkembangan beritanya, karena
aku berharap sirop obat ini bisa aman dikonsumsi kembali,” kata Mona.
Tak Perlu Resah Lagi, Sekarang Sirop Obat Aman Untuk Anak |
Mona pun bersyukur dengan kerja keras semua pihak, akhirnya masyarakat,
terutama ibu-ibu bisa menggunakan sirop obat secara aman dan tenang. Sama
seperti Mona, saya yang selalu mengikuti perkembangan terbaru mengenai keamanan sirop obat ikut senang mendengarkan kabar ini, karena nggak perlu
susah lagi mendapatkan sirop obat di apotek, dan merasa nyaman karena sirop
obat yang dibeli aman untuk dikonsumsi oleh anak.
Saya pulang dengan perasaan lega, karena mendapatkan pencerahan dari para narasumber yang hadir pada acara Dialog Interaktif Kesehatan tersebut. Saya tak perlu resah lagi, sekarang Sirop Obat Aman Untuk Anak 😊
Oiya, untuk mengetahui informasi lengkap mengenai organisasi Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia, bisa cek di website www.gpfarmasi.id, atau bisa kepoin dan follow juga akun Instagramnya @gpfarmasi
0 comments