Asah Passion dan Aktivitas Tanpa Batas dengan Internetnya Indonesia
(Sumber gambar: pribadi, created with Canva) |
Dulu, almarhumah mamaku pernah bilang, kalau aku anak yang multitalenta. Jujur, bagiku itu bukanlah sesuatu yang patut buat dibanggakan. Mengapa? Karena semua yang aku kerjakan, nggak ada yang benar-benar aku tekuni dengan serius. Hufft.... Mama bilang, semua yang aku tekuni serba nanggung dan ngegantung begitu saja. Hingga mama bingung, akan fokus untuk ngarahin bakatku yang mana. Huhuu, maapkeun, ya Ma :’)
Ketika duduk di bangku sekolah dasar, aku hobi membaca dan
menulis. Aku pernah menuliskan beberapa draft cerpen di buku tulis.
Rencananya mau kukirim ke majalah anak-anak yang menjadi majalah langganan
keluarga. Namun hingga buku tulis berisi cerpen tersebut numpuk di meja
belajar, tak ada satu pun yang kukirim. Rencana tinggallah rencana.
Bosan menulis, aku pun ikut sanggar tari. Tiap minggu, aku dan kakakku
pergi ke sanggar untuk latihan, khususnya latihan tari daerah. Namun seingatku,
aku cuma bertahan setahun belajar menari. Aku kemudian malah tertarik ke dunia
musik dan tarik suara. Aku masih ingat, almarhum papa yang rutin membelikanku
kaset berisikan lagu-lagu kesukaanku, agar aku bisa mengikuti irama dan menyanyikan
kembali lagu-lagu tersebut, dan juga piano elektrik berukuran mini, pianika, serta
alat musik recorder untuk menyalurkan hobiku bermain musik.
Saat masuk ke bangku SMP, hobi bermain musikku mulai berkurang, namun
aku masih suka mendengarkan musik. Entah mengapa aku mulai suka motongin rambut
saudara-saudaraku, haha. Setiap ada yang mau motong rambut, pasti minta
tolongnya ke aku. Selain lebih hemat, katanya potonganku juga lumayan. Hingga
tetanggaku pun ada yang minta tolong buat dipotongin rambutnya.
Sepertinya aku belajar memotong rambut dengan mengamati para petugas
salon yang biasa motongin rambutku dan saudara-saudaraku. Hobiku motongin
rambut berlanjut hingga aku SMA. Hingga mamaku pun menyalurkan bakatku ini
dengan memasukkanku ke tempat kursus salon atau kecantikan. Seperti biasa, aku cuma
betah sebentar saja, dan ikut kursusnya hanya sampai basic level saja.
Sementara itu aku juga secara paralel menekuni hobi masak memasak, khususnya
baking, wkwk....
Untuk baking, aku bertahan cukup lama. Bahkan hingga sekarang pun aku
masih suka, dan sesekali kalau ada waktu luang, aku suka bikin cake dan cookies.
Dulu, tiap lebaran, aku paling rajin bikin aneka kue. Mamaku saat itu senang
banget, karena nggak perlu repot lagi bikin kue lebaran, hehe. Makanya
mama support banget, dengan menyediakan apapun bahan dan peralatan yang
aku butuhkan untuk memasak.
Aku suka mencoba resep-resep baru. Namun yang paling sering aku recook
adalah resep masakan milik mamaku. Yup, mamaku semasa mudanya pernah
ikut kursus memasak. Buku catatan berisi berbagai resep masakan bertuliskan
tangan mama masih tersimpan rapi di lemari. Sehingga aku pun bisa mencontek dan
recook beberapa resepnya. Menurutku, rasa masakan yang kubuat dulu itu cukup
enak kok (dilidahku) :D
Dan pasti nggak ada yang menyangka, kalau aku dulu juga hobi bongkar
pasang barang-barang elektronik. Buahaha, aku memang serandom itu. Mungkin
inilah salah satu sisi tomboy yang ada pada diriku. Sisi lainnya, selain
suka berpakaian yang simpel dengan celana jeans dan kaos, aku juga hobi manjat
pohon, manjat genteng, hingga mendaki gunung, dulu :D
By the way, dulu, jika ada colokan atau kabel yang rusak, aku yang suka
memperbaikinya. Tak cukup sampai di situ, aku juga suka mengutak atik radio
tape, walkman (ada yang tau? XD), hingga barang elektronik terbesar yang pernah
aku bongkar adalah TV tabung. Walaupun ada beberapa yang tak berhasil
kuperbaiki, namun paling nggak, aku bisa memasang kembali barang elektronik
tersebut dengan baik dan benar, wkwkwk.
Namun makin ke sini, akhirnya aku menemukan juga hobi atau passion yang aku disenangi, yaitu memotret. Kesukaan ini berawal dari kekagumanku terhadap hasil jepretan beberapa fotografer profesional. Saat itu, aku pikir akan menyenangkan jika aku juga mampu menghasilkan foto sebagus jepretan mereka. Jika dibandingkan dengan memotret model, aku cenderung lebih suka memotret pemandangan alam.
Walaupun sampai sekarang aku masih belum begitu mahir memotret, dan
masih terus belajar di tengah kesibukanku sebagai ibu rumah tangga, namun aku
bersyukur, karena beberapa hasil jepretanku ada juga yang nyantol sebagai
pemenang dalam kompetisi foto. Belum begitu banyak memang, namun aku sudah
bersyukur, paling nggak, hasil jepretanku ada juga yang menarik, hehe....
Lomba fotografi terakhir yang kuikuti, dan mendapatkan apresiasi (Sumber foto: pribadi) |
Sependek pengetahuanku ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil
foto, dan aku akan membagikan beberapa diantaranya yang kuingat. Berikut beberapa hal yang menurutku dapat mempengaruhi hasil foto
tersebut.
5 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Foto
(Sumber gambar: pribadi, created with Canva) |
1.
Kamera
Untuk bisa
memotret, tentu saja kamera menjadi peralatan utama yang harus dimiliki.
Semakin tinggi spesifikasi dan fitur yang dimiliki sebuah kamera, maka biasanya
hasil fotonya juga akan semakin bagus. Di zaman yang sudah serba canggih ini,
tak perlu harus memiliki kamera DSLR/ SLR untuk bisa memotret, karena sudah
banyak ponsel pintar yang menawarkan fitur kamera dengan spesifikasi tinggi,
yang mampu menghasilkan jepretan sebagus kamera DSLR/ SLR.
2.
Pengambilan Gambar
Agar dapat
mengambil foto yang bagus, memang diperlukan pengetahuan tentang teknik
pengambilan gambar yang baik. Misalnya dalam mengambil gambar pemandangan, gambar
objek berupa model/ orang, atau memotret produk dan makanan, diperlukan teknik
pengambilan gambar yang berbeda pula.
3.
Lighting
Cahaya Ilahi
merupakan cahaya terbaik untuk memotret. Meskipun itu nggak berlaku di semua
waktu, apalagi di waktu siang hari yang terik. Banyak ahli fotografi yang
mengatakan bahwa waktu terbaik untuk memotret dengan memanfaatkan cahaya alami
adalah di pagi hari, sekitar pukul 08.00 hingga 10.00 WIB, dan di sore hari
sekitar pukul 16.00 hingga 17.00 WIB. Cahaya matahari yang cukup rendah,
menghasilkan pencahayaan yang lembut.
Walaupun begitu,
ada juga beberapa fotografer yang memanfaatkan cahaya siang yang terik untuk memotret
objek manusia yang bekerja keras, seperti pekerja konstruksi, penambang, serta berbagai
kegiatan festival atau street photography. Cahaya yang terang di siang
hari menghasilkan gambar dengan tingkat kontras yang cukup tinggi, sehingga
dapat menampilkan foto yang tajam dan ‘hidup’.
Namun saat ini
banyak juga fotografer yang memanfaatkan pencahayaan dari peralatan lighting,
yang bisa diperoleh dengan mudah di pasaran. Foto yang dihasilkan pun tak kalah
bagus dengan foto yang diambil menggunakan cahaya alami, tergantung dari
kualitas lighting yang digunakan, serta skill memotret yang dimiliki.
Pemilihan pencahayaan ini dapat mempengaruhi kualitas gambar yang diambil.
4.
Angle
Angle atau sudut
pengambilan gambar menjadi faktor penting juga dalam menghasilkan foto yang
bagus. Misalnya saat memotret orang. Jika ingin modelnya terlihat lebih tinggi,
maka biasanya fotografer akan mengambil gambar dari sudut yang rendah. Begitupun
saat ingin modelnya nampak lebih ramping, atau wajahnya terlihat lebih tirus, fotografer
biasanya akan mengambil gambar dari angle yang berbeda pula. Saat
memotret pemandangan pun, ada beberapa komposisi dan sudut pengambilan gambar
yang digunakan agar foto yang dihasilkan terlihat lebih menarik.
5.
Pengeditan
Proses terakhir
dari memotret biasanya adalah memoles gambar agar terlihat lebih bagus, dengan
cara mengeditnya. Walaupun seorang fotografer sudah profesional, namun tak
jarang dari mereka yang kemudian mengedit foto-foto bidikannya sebelum diberikan
kepada klien, atau diunggah ke website dan media online lainnya.
Pengeditan yang
dilakukan mulai dari yang standar, seperti mengatur kecerahan, mengubah ukuran
gambar, cropping, dan lain sebagainya, hingga yang profesional, seperti
menghilangkan bagian-bagian yang dirasa nggak penting atau mengganggu dalam
foto. Namun ada juga yang nggak melakukan pengeditan pada foto-fotonya, karena
menganggap gambar yang dibidik sudah bagus dan sesuai dengan yang diinginkan.
Itulah beberapa faktor yang umumnya dapat mempengaruhi hasil foto. Masih
banyak lagi faktor lainnya yang mesti dipelajari, jika ingin menjadi fotografer
yang dapat menghasilkan foto-foto yang unik dan berkualitas. Aku sendiri masih
terus belajar, secara otodidak tentunya. Biasanya aku memanfaatkan internet
atau Wifi rumah untuk browsing, dan mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan
seputar dunia fotografi di sana.
Hingga beberapa bulan yang lalu, aku menemukan sebuah informasi menarik
yang berhubungan dengan dunia memotret. Postingan seorang fotografer (ini
kulihat dari profilnya) melintas di lini media sosialku. Saat itu dia
membagikan ilmu fotografi yang dimilikinya, sekaligus memberikan tips bagaimana
caranya agar foto-foto yang kita miliki, tak hanya dipajang di media sosial
saja, atau berakhir di galery foto, namun juga bisa berpeluang menghasilkan cuan.
Yup, dia mengajarkan bagaimana caranya menjual foto-foto tersebut di
internet dalam bentuk digital. Fyi, saat ini sudah banyak situs penyedia
foto yang bisa dimanfaatkan untuk bisnis jual beli foto.
Tertarik dengan informasi tersebut, aku pun akhirnya membuat akun sebagai
kontributor di salah satu situs penyedia foto berbayar yang cukup terkenal.
Awalnya masih bingung bagaimana caranya mengunggah foto, dan memilih foto-foto
yang akan lolos di sana. Namun akhirnya aku berhasil juga. Ternyata penyeleksian
foto-fotonya cukup ketat. Foto yang kukira menarik dengan kualitas yang bagus,
ternyata belum tentu lolos, karena beberapa aspek yang tidak sesuai dengan
standar yang telah ditentukan oleh situs tersebut.
Tiap foto yang berhasil kuunggah dan lolos di sana, membuatku makin
semangat untuk mencari foto-foto lain yang bisa diunggah. Fyi, aku menggunakan
Wifi rumah agar proses unggah mengunggah fotonya berjalan dengan lancar. Ini
karena koneksi internet dari Wifi rumah memiliki kecepatan yang lebih besar
dari pada paket data seluler yang kupakai.
Dukungan Internet untuk Aktivitas Tanpa Batas
(Sumber gambar: pribadi, created with Canva) |
Saat ini koneksi internet sudah menjadi suatu hal yang penting, dan
dibutuhkan oleh seluruh masyarakat. Keberadaannya mampu melibas jarak dan waktu.
Bahkan bisa sangat efektif untuk menghemat tenaga dan uang. Segala kemudahan
yang ditawarkan oleh teknologi yang dinamakan internet, telah membuat manusia
sangat bergantung dengan keberadaannya.
Seperti aku, yang hampir di semua aktivitasnya mengandalkan koneksi
internet, termasuk untuk mengunggah foto-fotoku ke berbagai platform digital.
Tak hanya itu, untuk mencari informasi, mengunduh aplikasi, mengedit foto,
hingga transaksi, aku juga memanfaatkan internet. Seperti buku, internet itu
ibaratnya jendela buat aku bisa melihat dunia.
(Sumber gambar: pribadi, created with Canva) |
Keberadaan internet tentu saja nggak lepas dari internet provider. Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa jasa internet provider. Bagiku, memilih
internet provider itu seperti memilih pasangan. Mesti tahu, bebet, bibit, dan
bobotnya, agar nggak menyesal di kemudian hari. Untuk koneksi internet,
tentunya aku ingin yang berkualitas, baik dari segi koneksi internet, maupun
dari segi keamanan, banyak pilihan paket internetnya, layanan konsumennya juga
bagus, dan tentunya harga yang bersahabat.
Ketika pilihanku jatuh pada internet provider keluaran Telkom
Indonesia, yaitu IndiHome, itu berarti aku sudah mempertimbangkannya secara
matang. Menurutku IndiHome sudah memenuhi kriteria yang kuinginkan dari sebuah
internet provider. Sebagai salah satu produk layanan dari Telkom Indonesia,
IndiHome menyediakan beragam pilihan paket internet.
Ada pilihan paket internet berdasarkan kecepatan, dan ada juga pilihan
paket internet berdasarkan harga paketnya. Untuk paket internet berdasarkan
kecepatan, tersedia pilihan paket dengan kecepatan mulai dari 10 Mbps hingga 300
Mbps. Sedangkan berdasarkan harganya, tersedia paket internet mulai dari harga
300 ribuan rupiah hingga 900 ribuan rupiah. Jadi aku atau pelanggan IndiHome
yang lain bisa memilih paket internet yang sesuai dengan kebutuhan, dan juga
kantong masing-masing.
Secara kualitas, menurutku jaringan internet IndiHome juga bagus dan berkualitas. Ini karena IndiHome menggunakan teknologi fiber optic, sehingga kualitas internetnya tetap stabil walau dalam kondisi cuaca apapun. IndiHome tak hanya menyediakan layanan internet saja, namun juga layanan telepon rumah dan TV interaktif. Untuk layanan ini pun pelanggannya bisa memilih, apakah mau berlangganan layanan Internet saja (paket 1P), atau paket 2P, yaitu berlangganan layanan internet dan telepon rumah/ layanan internet dan TV interaktif saja, atau paket 3P, yaitu layanan internet, telepon rumah, dan TV interaktif.
Menikmati layanan TV interaktif dan internet IndiHome sekaligus (Sumber foto: pribadi) |
Selama ini aku puas dengan layanan dari IndiHome, karena jadi terbantu
untuk berselancar di dunia maya. Kecepatan internetnya membuatku senang dan
nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas di ruang digital. Banyak pengetahuan
dan informasi yang kudapatkan dari internet. Ide dan kreativitas seperti mengalir
deras. Beberapa dari kreativitas tersebut kuunggah di media sosial, untuk
sekedar berbagi dengan yang lain.
Internet mampu membuatku beraktivitas tanpa batas. Aktivitas di ruang
digital pun jadi semakin seru dan membuatku bersemangat untuk terus #BerkontenRiaBersamaIndiHome.
Semoga pengetahuanku seputar fotografi terus bertambah, dan semakin tajam
terasah, sehingga nanti aku mampu menghasilkan karya yang lebih unik dan menarik.
Aamiin 😊
0 comments