Cegah Demam Berdarah dengan Gerakan #3MPlusVaksinDBD
Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa tahun ini angka kasus demam berdarah secara global mencapai rekor tertinggi. Angkanya naik delapan kali lipat sejak dari tahun 2000. WHO pun memberi peringatan agar negara-negara di dunia mewaspadai demam berdarah, karena penyakit tropis ini penyebarannya sangat cepat, dan bisa menjadi ancaman bagi masyarakat dunia.
Sebagai negara tropis, Indonesia pun tak luput dari penyakit mematikan satu ini. Demam berdarah sendiri disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Seperti yang disampaikan oleh WHO, Indonesia termasuk negara yang mengalami peningkatan kasus demam berdarah. Terhitung hingga minggu ke-33 di tahun 2023 ini, ditemukan sebanyak 57.884 kasus demam berdarah, dengan angka kematian mencapai 422 jiwa.
Pemerintah pun terus berupaya untuk menekan
kasus demam berdarah di Indonesia. Salah satunya dengan mencanangkan gerakan
pemberantasan nyamuk yang membawa dan menularkan virus dengue pada manusia
tersebut. Gerakan ini dinamakan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),
dengan menekankan pada langkah-langkah pencegahan yang dikenal dengan sebutan
3MPlus.
Mungkin sudah banyak juga yang mengetahui
langkah pencegahan perkembangbiakan nyamuk dengan 3MPlus ini. Namun untuk
sekedar mengingat kembali apa saja langkah-langkah 3MPlus, berikut penjelasan
singkatnya.
Langkah
3M:
1. Menguras
tempat penampungan air.
2. Menutup
tempat-tempat penampungan air.
3. Mendaur
ulang berbagai barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes
aegypti, yang menularkan virus dengue pada manusia.
Langkah
Plus:
1. Memelihara
ikan pemakan jentik nyamuk.
2. Menanam
tanaman pengusir nyamuk.
3. Memasang
kawat kasa pada jendela dan ventilasi rumah.
4. Menggunakan
lotion antinyamuk atau obat antinyamuk.
5. Meletakkan
pakaian yang telah digunakan dalam wadah tertutup.
6. Memberikan
larvasida pada penampungan air yang sulit untuk dikuras.
7. Memeriksa
tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air.
8. Memperbaiki
saluran dan talang air yang tersumbat.
9. Membersihkan lingkungan secara gotong royong.
Tak cukup sampai di situ, pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025
sebagai salah satu langkah dalam penanggulangan dengue di Indonesia. Tercetusnya
Stranas Penanggulangan Dengue ini belajar dari keberhasilan sebelumnya dalam
penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, bahwa pendekatan multisektor yang
terkoordinasi perlu diperkuat.
Seluruh komponen bangsa diharapkan bisa
bergotong royong, dan bersama-sama melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan dengue. Dengan begitu, target menuju angka nol kematian akibat
dengue di tahun 2030 (zero dengue death 2030) dapat tercapai. Berikut 6
Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025.
6
Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025
1. Penguatan
manajemen vektor yang efektif, aman, dan berkesinambungan.
2. Peningkatan
akses dan mutu tatalaksana dengue.
3. Penguatan
surveilans dengue yang komprehensif, serta manajemen KLB yang responsif.
4. Peningkatan
pelibatan masyarakat yang berkesinambungan.
5. Penguatan
komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program, dan kemitraan.
6. Pengembangan
kajian, invensi, inovasi, dan riset sebagai dasar kebijakan dan manajemen
program berbasis bukti.
Peluncuran Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD
Sesuai dengan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada pertengahan tahun 2021 tersebut, khususnya dalam hal penguatan komitmen pemerintah, kebijakan manajemen program, dan kemitraan, maka Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan Takeda, untuk bersama berupaya mengatasi ancaman demam berdarah dengue, dengan meluncurkan Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD.
Peresmian Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD
Peluncuran Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD
dilaksanakan pada hari Rabu, 27 September 2023 di Raffles Hotel, Jakarta. Hadir
pada acara tersebut Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, selaku Direktur
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan RI.
Selain sebagai pemateri, Dr. Maxi juga hadir mewakili Bapak Menteri Kesehatan
yang sedianya akan hadir, namun berhalangan.
Selain itu hadir juga President, Growth &
Emerging Markets, Takeda Pharmaceuticals International AG, yakni Gamze
Yuceland; serta Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) selaku Ketua
Komunitas Dengue Indonesia; Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI, FINASIM selaku
Ketua Satgas Imunisasi Dewasa, Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI); dan Tika Bisono.
Dalam sambutannya, Dr. Maxi mewakili Menteri
Kesehatan menyampaikan bahwa demam berdarah masih menjadi masalah utama di
Indonesia. “20 tahun lalu, angka kasus demam berdarah itu sekitar 50 per 100
ribu. Sekarang saya minta bisa jadi target 10 per 100 ribu. Kita memang harus
bekerja keras. Selama ini kita sudah banyak melakukan berbagai upaya untuk
menangani demam berdarah, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil,” ujar
Dr. Maxi.
Kementerian Kesehatan pun sudah berupaya
melakukan Stranas Penanggulangan Dengue. Namun menurut Dr. Maxi, Stranas ini
harus diimplementasikan secara benar dan merata di Indonesia. Salah satu
Stranas yang menurut beliau masih dianggap sangat penting adalah keterlibatan
masyarakat dalam gerakan 3MPlus.
Selain itu, perubahan iklim juga dapat
mempengaruhi penyebaran wabah penyakit. Fenomena El Nino yang membawa suhu
lebih hangat, dan melanda Indonesia belakangan ini, membuat nyamuk Aedes
aegypti semakin mengganas. Kondisi ini tentu saja akan semakin mempersulit
penanganan demam berdarah. Sehingga, menurut Dr. Maxi diperlukan inovasi lain,
seperti Wolbachia, sebuah inovasi yang dapat melumpuhkan virus dengue dalam
tubuh nyamuk Aedes aegypti.
“Inovasi lain yang juga efisien untuk pencegahan
demam berdarah adalah vaksin. Saya yakin dengan strategi yang telah kita
lakukan, seperti Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, Wolbachia, 3MPlus, dan
vaksin, maka target saya untuk insidennya bisa di bawah 10 per 100 ribu tak
perlu waktu yang lama. Bisa tercapai dalam 5 tahun. Sehingga angka kasus demam
berdarah dengue menuju 0 kasus kematian di tahun 2030 bisa tercapai,” ungkap
Dr. Maxi.
Sementara itu, Gamze Yuceland dalam
sambutannya menyampaikan komitmen Takeda untuk menjadi mitra strategis dalam
mewujudkan zero dengue death di Indonesia pada tahun 2030. “Kami juga
bangga menjadi salah satu pendiri sektor inovator KOBAR (Koalisi Bersama) Lawan
Dengue, yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kaukus Kesehatan DPR RI,
dan mengajak masyarakat untuk mengimplementasikan kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD,"
sambut Gamze.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan dokumen kerja sama antara Kementerian Kesehatan RI dan Takeda dalam rangka mengatasi ancaman demam berdarah dengue di Indonesia, serta dilanjutkan dengan peresmian Kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD.
Penandatanganan dokumen kerja sama antara Kementerian Kesehatan RI dan Takeda dalam rangka mengatasi demam berdarah dengue di Indonesia |
Semua
Orang Bisa Terkena Demam Berdarah
Demam berdarah bisa menyerang siapa saja, tak
pandang usia, jenis kelamin, etnis, maupun status sosial. Seperti yang pernah dialami
oleh keluarga Ringgo Agus Rahman dan Tika Bisono. Dalam sesi diskusi, Tika
menceritakan pengalamannya melawan dengue, dan bagaimana sedihnya ia saat
kehilangan putri tercintanya, Janika Ramadhanti Putri Argeswara karena terkena
demam berdarah dengue pada tahun 2007. Pengalaman ini membuat Tika dan
keluarganya menjadi lebih waspada dan giat melakukan kampanye tentang bahaya
infeksi dengue.
Diskusi mengenai demam berdarah bersama Tika Bisono dan para ahli kesehatan |
“Tahun 2007 itu hampir semua keluarga kena
demam berdarah, dan itu kenanya di luar rumah, karena asisten rumah tangga
nggak ada yang kena. Dan saat itu saya kehilangan putri saya. Sejak itu saya
giat berperang melawan penyakit tersebut. Dengan Jumantik, serta melakukan
sosialisasi demam berdarah ke masyarakat. Dan saya senang sekarang dengan
hadirnya kampanye #Ayo3MplusVaksinDBD,” ungkap Tika.
Dr. Maxi yang juga turut hadir dalam sesi
diskusi kembali menyampaikan bahwa tantangan utama dalam mengatasi nyamuk si
pembawa virus dengue ini adalah karena dari tahun ke tahun terjadi perubahan
dari sisi penyebarannya. Jika dulu nyamuk Aedes aegypti suka hidup di
air bersih, sekarang di air kotor seperti penampung air di belakang kulkas dan
AC juga bisa dijadikan sebagai tempat berkembangbiak.
“Begitupun dari perkembangan gejala
penyakitnya. Dulu gejala demam berdarah itu sangat khas dan bisa langsung
dikenali. Kalau sekarang susah mengenalinya, karena nggak ada gejala apa-apa,
tiba-tiba masuk rumah sakit, dan ternyata demam
berdarah dengue. Tantangan-tantangan itu, dapat kita atasi dengan
berkolaborasi bersama, dengan keterlibatan masyarakat terhadap 3MPlus, serta
inovasi dan pemanfaatan teknologi seperti vaksin pun diperlukan untuk mencegah
infeksi dengue,” jelas Dr. Maxi.
Prof. Sri Rezeki pun turut memberi penjelasan
bahwa saat ini penyebaran demam berdarah paling banyak terjadi pada anak-anak.
Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2022, kasus kematian akibat dengue
kebanyakan terjadi pada anak usia muda,yakni usia 5 – 14 tahun (45%). Menurut
beliau, masalah demam berdarah ini yang perlu diperangi tak hanya nyamuknya
saja, namun juga manusianya.
“Untuk nyamuk kita sudah ada programnya. Ada
3MPlus, Jumantik, Wolbachia, dan lain-lain. Namun bagaimana dengan manusianya?
Manusia juga perlu kita lindungi, Maka di situ kita berikan vaksin untuk
meningkatkan antibodi, untuk mencegah kalau kita terpapar oleh infeksi virus
dengue. Jadi keduanya harus dikerjakan bersama-sama,” papar Prof. Sri.
Melengkapi
penjelasan dari Prof. Sri, Dr. Sukamto menyampaikan bahwa selain anak-anak,
tren kematian akibat virus dengue pada orang dewasa pun ikut mengalami
peningkatan. Berdasarkan hasil survei yang pernah dilakukan PAPDI pada beberapa
kelompok masyarakat, tidak semuanya bisa ditakut-takuti dengan kematian.
“Jadi
yang bisa diterima masyarakat adalah apa manfaat dari vaksin tersebut. Walaupun
vaksin ini identik diberikan pada anak-anak, namun orang dewasa pun perlu
diberikan vaksin. Setia pada tantangan, pasti ada jawaban. Seperti inovasi dari
cara-cara klasik yang pernah dilakukan, yaitu vaksinasi. Mudah-mudahan kita bersama-sama
dengan rekomendasi para dokter, bisa lebih aware. Serta mendorong
masyarakat untuk bertanya pada dokter mengenai vaksin demam berdarah,” pungkas Dr.
Sukamto.
Vaksin
menjadi salah satu upaya pecegahan terhadap infeksi yang efektif, karena mampu
memberikan perlindungan dengan lebih spesifik. Kita dapat belajar dari
pengalaman selama pandemi Covid-19, dimana angka kematian dan kesakitan akibat
virus corona dapat ditekan sedemikian rupa. Dengan antibodi yang mampu melawan
virus yang menyerang, kita tetap bisa produktif menjalankan aktivitas
sehari-hari. Yuk, lindungi keluarga dengan 3MPlus, dan lengkapi perlindungan
dengan berkonsultasi ke dokter tentang vaksin demam berdarah.
C-ANPROM/ID/QDE/0228
| Oct 2023
0 comments