Lakukan Kebaikan Itu Dengan Tulus, Tanpa Pamrih
Semua agama pasti mengajarkan umatnya untuk selalu berbuat kebaikan. Kebaikan ini pun dianjurkan agar dilakukan dengan sepenuh hati, dengan ikhlas tanpa pamrih, dan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Tak hanya pahala, orang yang tulus dan ikhlas membantu atau berbuat baik kepada sesama juga akan memperoleh berbagai macam manfaat lainnya.
Di
era digital dengan terbukanya informasi di berbagai media online, kita bisa
mengetahui semua hal yang terjadi di sekitar kita, termasuk perbuatan baik yang
dilakukan seseorang maupun sekelompok orang, atau suatu perusahaan yang ditayangkan
di dunia maya. Tak ada yang salah dengan itu, karena hal ini bisa menjadi
inspirasi dan motivasi bagi orang lain untuk berbuat kebaikan juga. Namun
sayangnya, beberapa diantara mereka ada juga yang dengan sengaja berbuat baik
untuk maksud dan tujuan tertentu.
Maksud
dan tujuan terselubung itu diantaranya untuk menjaga image agar terlihat
baik di mata orang lain, atau yang sekarang dikenal dengan istilah pencitraan,
demi ketenaran dan popularitas, agar dikagumi oleh orang lain, menarik simpati,
dan berbagai keuntungan dunia lainnya yang ingin diraih dengan berkedokan
kebaikan. Entah mengapa sekarang ini semakin sedikit orang yang benar-benar mau
melakukan perbuatan baik dengan tulus dan ikhlas. Namun begitu, masih ada segelintir
orang yang mau berbuat kebaikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, bahkan
di atas kepentingannya sendiri. Orang seperti ini disebut dengan istilah
altruis.
Apa
itu Altruisme?
Bagi
sebagian orang, istilah ini mungkin masih terdengar asing. Altruisme sendiri
merupakan perilaku atau naluri seseorang yang cenderung mengutamakan dan
memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain secara tulus. Bahkan
seorang altruis melakukan hal itu tanpa memikirkan kepentingannya sendiri.
Semuanya murni dilakukan atas perasaan yang tulus dan ikhlas, tanpa
mengharapkan imbalan, maupun utang budi.
Sebenarnya
ilmu mengenai altruisme ini sendiri sudah dipelajari sejak lama. Seorang filsuf
ternama asal Prancis, Auguste Comte memberikan istilah ini untuk menyebut
seseorang yang berperilaku baik pada orang lain secara tulus, dan mementingkan
kepentingan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Altruisme merupakan
sesuatu yang positif selama tidak dilakukan secara berlebihan, karena dalam beberapa
kasus, altruisme yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan dan kesejahteraan
orang tersebut.
Apa
saja contohnya altruisme yang berlebihan? Misalnya seseorang yang ingin
menolong orang lain yang tenggelam di laut. Padahal cuaca saat itu sedang
buruk, dengan ombak yang tinggi. Walaupun tahu bahwa tindakannya ini berisiko tinggi
bagi keselamatannya, namun orang tersebut tetap memaksakan diri ingin menolong.
Akhirnya ia malah ikut terseret ombak, dan menjadi korban bersama dengan orang
yang ingin ditolongnya tersebut. Itu baru salah satu contohnya. Masih banyak
lagi contoh lainnya. Intinya berbuat baik boleh, dan bahkan dianjurkan dalam
agama dan norma-norma di masyarakat. Namun tentunya perbuatan ini mesti
diimbangi juga dengan naluri dan akal sehat.
Ciri-Ciri
Altruis:
- Berbuat
baik dengan tulus, tanpa pamrih dan tak mengharapkan imbalan apapun.
- Memiliki
rasa peduli yang tinggi terhadap kepentingan dan kesejahteraan orang lain.
- Rela
berbagi apapun dengan orang lain, walaupun dirinya sendiri sedang dalam
kesulitan atau berkekurangan.
- Mau
membantu orang lain walaupun berisiko bagi dirinya sendiri.
Contoh
altruisme dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari yang kecil hingga yang besar,
seperti menahan pintu untuk orang asing saat mau masuk mal, gelandangan yang
memberikan makanannya pada seekor kucing, pekerja kantoran yang mengantarkan
seorang nenek ke rumahnya, walaupun ia tahu akan telat masuk kantor, dan
diomeli atasannya, atau bahkan dipotong gajinya, menjadi sukarelawan di daerah
bencana, dan lain sebagainya.
Manfaat
Melakukan Kebaikan Dengan Tulus, Tanpa Pamrih
Lakukan kebaikan dengan tulus, tanpa pamrih |
Terlepas
dari perilaku altruisme tersebut, berbuat baik dengan tulus itu tentunya
memberikan berbagai manfaat, baik bagi si pelaku kebaikan itu sendiri, maupun
bagi orang yang ditolong, atau masyarakat umum. Seperti yang disebutkan di
atas, bahwa selain limpahan pahala, yang tentunya merupakan urusannya dengan
Sang Pencipta, ada beberapa manfaat lain dari perbuatan baik yang dilakukan
secara tulus, dan tanpa pamrih tersebut.
1.
Memberikan
Kepuasan Tersendiri
Bagi yang pernah berbuat baik dengan
hati yang tulus, pasti pernah merasakan perasaan ini. Hati rasanya plong, puas
setelah melakukan kebaikan. Ada rasa nyaman dan bahagia juga di dalam diri.
2.
Meningkatkan
Rasa Syukur
Rasa syukur itu tak hanya diniatkan
dari hati dan diucapkan dengan lisan, namun juga diterapkan lewat perbuatan.
Salah satu wujud rasa syukur tersebut adalah dengan berbuat baik. Lewat
kebaikan yang kita lakukan, seperti membantu kaum dhuafa, menyingkirkan batu di
tengah jalan, dan perbuatan baik lainnya, sekecil apapun itu, berarti kita
sudah mensyukuri segala anugerah yang diberikan Sang Pencipta kepada kita.
3.
Membangun
Hubungan Sosial
Saat membantu seseorang, itu sama saja
kita sudah menjalin tali silaturrahmi dengan orang yang kita bantu. Apalagi
jika orang tersebut merasa senang, bahagia, dan terbantu dengan kebaikan yang
kita lakukan. Terkadang tak hanya orang yang dibantu saja yang bahagia, namun
juga keluarganya. Dengan begitu hubungan sosial kita akan semakin luas dan
kuat.
4.
Baik
untuk Kesehatan
Siapa sangka jika berbuat baik setulus
hati pun bisa berdampak pada kesehatan. Perasaan puas dan bahagia yang diterima
oleh tubuh setelah melakukan kebaikan, dapat membantu otak untuk menyalurkan
energi positif ke seluruh tubuh. Energi ini akan membantu organ tubuh bekerja
lebih baik lagi, sehingga tubuh tidak mudah sakit.
5. Memberikan
Dampak Positif Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Pernah dengar kalimat, “sekecil apapun
bantuan atau dukungan yang kita berikan, bisa saja berdampak besar bagi orang
lain, bahkan masyarakat dan juga lingkungan”? Kebaikan setulus hati yang pernah
kita lakukan, bisa saja mengubah hidup seseorang, memperbaiki kehidupan
masyarakat dan lingkungan sekitar.
Umumnya
orang yang berbuat baik secara tulus dan tanpa pamrih akan melupakan kebaikan
yang telah dilakukannya. Ini karena mereka menganggap, kebaikan yang mereka
lakukan tersebut adalah hal yang wajar dan biasa mereka lakukan. Mereka
biasanya baru sadar jika mereka melakukan perbuatan baik saat orang yang mereka
bantu mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas bantuan yang mereka dapatkan.
Lakukan
Kebaikan Tanpa Pamrih, Terima Balasannya Berkali Lipat
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(QS. 2:261)
Dari
ayat ini bisa diketahui, bahwa Allah akan membalas setiap kebaikan yang
dilakukan hamba-Nya hingga berkali lipat. Balasan yang diterima pun akan
semakin besar, tergantung dari ketulusan dan keikhlasan orang tersebut, serta
takaran balasan yang diberikan Allah padanya. Makanya kita diajarkan untuk
berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, sekecil apapun itu, dan lakukanlah
dengan tulus, tanpa pamrih.
Dalam
kehidupan ini, banyak profesi yang membutuhkan jiwa sosial yang tinggi, dan
diharapkan mampu melakukan pekerjaannya dengan setulus hati. Selain guru, yang
sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, ada juga petugas kesehatan,
seperti perawat, dokter, psikolog, dan tenaga medis lainnya. Lalu ada petugas pemadam
kebakaran, Tim SAR, serta petugas keamanan, seperti Satpol PP, polisi, dan tentara.
Profesi-profesi
ini dituntut untuk melakukan pekerjaannya dengan baik, sungguh-sungguh, dengan
dilandasi rasa pengabdian, ketulusan, dan kecintaan yang besar terhadap profesi
yang disandangnya, demi kepentingan umum dan kemajuan bangsanya. Sayangnya,
sikap seperti ini sudah mulai luntur, dan kebanyakan dari mereka menjalankan
profesinya demi menunaikan tugas semata, dan juga uang atau gaji yang mereka
terima. Hal ini juga yang sepertinya dirasakan oleh Dokter Dani Ferdian. Siapakah
gerangan Dokter Dani ini?
Si Pelopor Volunteer Doctors (Vol-D)
Mungkin
tak banyak yang kenal dengan sosok Dokter Dani, selain pasien, serta mahasiswa
yang pernah diajarnya dan juga para koleganya di kampus. Yup, dokter
yang bernama lengkap dr. Dani Ferdian ini merupakan seorang dosen di Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Bandung, kampus yang pernah menjadi tempatnya menuntut
ilmu sebelumnya.
dr. Dani Ferdian, Pelopor berdirinya Volunteer Doctors (Vol-D) |
Alumnus
SMAN 3 Bandung, yang juga menempuh pendidikan masternya di bidang kesehatan di
Universitas Indonesia ini dikenal sebagai sosok yang memiliki jiwa sosial yang tinggi
sejak kecil Semasa SMA, ia sering berkecimpung di berbagai organisasi kemasyarakatan.
Berbagai kegiatan yang dapat membantu masyarakat tersebut membuatnya candu, hingga
sekarang.
Kecanduannya
inilah yang kemudian membelokkan keinginannya, yang sebelumnya ingin masuk ke
fakultas informatika, hingga bergeser ke fakultas kedokteran. Ia ingin dengan
kompetensi yang dimilikinya ini, ia bisa membantu masyarakat dan memberikan
kontribusi yang lebih luas lagi.
Baru
tahun kedua duduk di bangku perkuliahan, Dani sudah menginisiasi berdirinya sebuah
gerakan sosial, dengan melibatkan teman-teman kampusnya untuk terjun langsung membantu
masyarakat, terutama warga desa yang ada di sekitar kampusnya di Jatinagor,
yang ia lihat masih minim mendapatkan layanan fasilitas kesehatan.
Dani
pun mendirikan sebuah komunitas dengan misi sosial di tahun 2009. Komunitas ini
ibaratnya sebuah sekolah nurani bagi calon tenaga kesehatan, dengan gerakan sosial
untuk membentuk karakter dokter, maupun tenaga medis lainnya, dalam hal
peningkatan empati, kepekaan sosial, dan semangat kerelawanan melalui berbagai
kegiatan sosial yang dibutuhkan masyarakat.
Komunitas
ini sengaja didirikan oleh Dani karena melihat betapa besarnya potensi tenaga
kesehatan yang ada di kampusnya, namun masih sedikit yang mau terjun ke
lapangan dan dengan sukarela membantu masyarakat. Sayangnya, komunitas ini tak
berkembang sesuai dengan harapannya. Ini karena kesibukannya saat itu yang
menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri BEM-KEMA Unpad. Usai masa kepengurusan,
ia pun menolak tawaran untuk menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Unpad agar
bisa fokus dengan komunitas yang sudah dirintisnya.
Setelah
fokus pada komunitas yang resmi ia beri nama Volunteer Doctors (Vol-D) di tahun
2011 tersebut, akhirnya gerakan sosial yang dibangunnya ini mulai berkembang,
mulai yang awalnya hanya dari lintas fakultas kesehatan di kampusnya hingga ke berbagai
kampus lainnya. Ternyata antusias menjadi bagian dari Vol-D cukup tinggi.
Saking
banyaknya yang ingin menjadi anggota Vol-D, akhirnya Dani memberlakukan aturan
seleksi untuk proses penyaringan anggota. Seleksi dilakukan usai diberikan
pelatihan dasar selama 6 bulan hingga 1 tahun, seperti kemampuan medis dasar, soft
skill, komunikasi, kepemimpinan, dan etika kerelawanan kepada seluruh calon
anggota. Hingga kini udah ada ribuan anggota yang bergabung di Vol-D, bahkan
yang ada yang datang dari bidang nonkesehatan. Kegiatan sosial yang mereka
lakukan pun sudah merambah dari Jawa Barat hingga ke berbagai daerah lain di
Indonesia.
Untuk
operasional kegiatan ini dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu, di
tahun 2015, Dani yang sudah menjadi dokter tersebut mendirikan sebuah klinik,
yang sekaligus menjadi markas atau kantor sekretariat Vol-D yang sudah menjadi yayasan
tersebut. Hal lain yang dilakukan dr. Dani untuk menggalang dana adalah dengan
bekerja sama dengan berbagai perusahaan swasta, serta pemerintah.
Beberapa aksi sosial yang dilakukan dr. Dani melalui Volunteer Doctors (Vol-D) |
Dikutip
dari femina.co.id, Dani tak punya niatan untuk menjadikan profesi dokter atau
tenaga medis sebagai relawan seutuhnya, karena menurutnya tiap dokter itu juga
berhak mendapatkan bayaran dari pesiennya. Menurutnya untuk sampai ke posisi seorang
dokter itu tentunya dibutuhkan perjuangan yang tidak murah dan tidak mudah
juga. Namun ia ingin menyentuh rasa empati rekan-rekannya, bahwa selain pasien
yang mampu, mereka masih bisa membantu pasien yang tidak mampu, yang belum
mendapatkan akses layanan kesehatan.
Aksi Volunteer Doctors (Vol-D) Raih
Berbagai Penghargaan
Apa
yang dilakukan dr. Dani ini bisa disebut altruisme, karena selalu mengutamakan
kepentingan orang lain. Ia dulu sering mengorbankan uang jajannya untuk
kebutuhan kegiatan sosial. Hadiah yang diperolehnya dari berbagai penghargaan juga
disulapnya menjadi klinik dengan tarif yang bersahabat.
Aksi
sosial dan semangat berbagi dr. Dani melalui komunitas Vol-D yang didirikannya ini
memang mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak. Tak sedikit
lembaga dan perusahaan yang melihat sepak terjang dr. Dani yang memberikan
dukungannya. Seperti Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung, yang sangat mendukung
aksi sosial Vol-D, karena selain bermanfaat untuk masyarakat, aksi sosial ini
juga menggerakkan jiwa sosial para pemuda.
Di
tahun 2015, dr. Dani melalui Volunteer Doctors (Vol-D) juga mendapatkan penghargaan
dari Grup Astra berupa apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 untuk kategori
Kesehatan. Apresiasi ini diberikan Astra kepada generasi muda Indonesia yang
telah memberikan kontribusi positif berupa aksi nyata yang dapat memberikan
manfaat bagi lingkungan sekitarnya, menuju kehidupan yang lebih baik.
dr. Dani dengan gerakan sosial Volunteer Doctors (Vol-D) yang didirikannya berhasil raih apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 |
For
your information, SATU
Indonesia Awards merupakan apresiasi yang diberikan Astra kepada anak bangsa
yang telah berkontribusi dalam mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan,
baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi,
serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.
Semangat
berbagi dr. Dani sejalan dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia atau
SATU Indonesia, untuk berperan aktif, dan berkontribusi nyata dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan
karya terpadu dalam produk dan layanan karya anak bangsa, Insan Astra yang
unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan untuk memberikan nilai
tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
“Saya
tanamkan dalam diri saya bahwa selama kita berniat baik, maka kebaikan itu akan
berbalik pada kita. Semua jalan akan terbuka jika kita yakin dan optimis,” pungkas
dr. Dani, dikutip dari femina.co.id.
Referensi:
Sumber
data dan gambar: Canva, E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023,
femina.co.id, mediaindonesia.com, gramedia.com, koran.tempo.co, benihbaik.com,
serta akun Linkedin dan akun Instagram @drdaniferdian
0 comments