GEBRAK SETIA Berbasis EKSTRIM, Program Digital untuk Penanggulangan dan Pencegahan HIV/ AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, dengan cara menginfeksi dan menghancurkan sel darah putih (sel CD4), sel yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Keberadaan virus ini sempat menggegerkan dunia, dan bahkan ketika HIV masuk ke Indonesia, sekitar tahun 1986, HIV langsung menjadi topik hangat yang dibicarakan dimana-mana. Berbagai kabar hoaks tentang HIV pun merebak dengan cepat.
Beberapa berita hoaks tentang HIV yang
santer beredar saat itu di antaranya adalah HIV dapat ditularkan melalui air
kolam renang umum, adanya pembalut kewanitaan yang sudah dikontaminasi HIV,
hingga penularan virus melalui penggunaan alat makan bersama dengan Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA). Belum lagi ketika masyarakat mendapatkan informasi kalau HIV
ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan aktivitas seksual sesama jenis. Stigma
buruk terhadap ODHA pun langsung muncul.
FAKTA SEPUTAR HIV/ AIDS
Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
HIV merupakan virus yang kerjanya merusak sel-sel sistem kekebalan tubuh
manusia. Akibat infeksi virus ini, sistem kekebalan tubuh langsung mengalami
penipisan, sehingga terjadi defisiensi imun. Dampaknya, sistem imun tak mampu
menjalankan fungsinya untuk melawan infeksi dan penyakit yang masuk ke tubuh.
Makanya ODHA sangat rentan terhadap berbagai macam infeksi dan kanker.
Sementara AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala atau kondisi tubuh akibat
serangan HIV. Jadi HIV adalah si virus, sedangkan AIDS adalah kondisi yang
dapat ditimbulkan oleh si virus. Orang yang mengidap HIV belum tentu terkena
AIDS. Namun jika infeksi HIV yang diidap tersebut tidak segera diobati, maka
dapat berkembang menjadi AIDS. Jadi AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV.
Kebanyakan orang yang terkena HIV tidak
tahu kalau mereka mengidap HIV, karena biasanya gejalanya baru timbul dalam kurun
waktu 10 hingga 15 tahun. Saat HIV masuk ke tubuh, virus tersebut secara
bertahap menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh. Jadi di awal, orang yang terkena
HIV tidak merasakan gejala apapun, dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Pada
saat masuk ke tahap serius atau kondisi AIDS, kemampuan tubuh untuk melawan berbagai
infeksi penyakit sudah hilang sepenuhnya. Saat itulah berbagai gejala penyakit
HIV baru terasa. Makanya kebanyakan penderita HIV/ AIDS baru datang ke
fasilitas kesehatan untuk berobat dalam kondisi yang sudah sakit parah.
Penularan HIV/ AIDS
Untuk diketahui, HIV/ AIDS tidak dapat ditularkan
melalui udara, sentuhan fisik, ciuman, keringat, air mata, serta air liur.
Namun dapat menular melalui hubungan intim, ditularkan dari ibu pada bayinya,
jarum suntik yang dipakai secara bergantian, dan juga transfusi darah. Berdasarkan
kasus HIV yang ada, penularan paling sering terjadi adalah melalui hubungan intim
dengan tidak menggunakan pengaman, baik secara vaginal maupun anal.
Gejala HIV/ AIDS
· HIV
Gejala yang terjadi
saat baru terkena HIV cenderung ringan dan tidak terasa. Setiap pengidap HIV
bisa saja mengalami gejala yang berbeda, bahkan ada yang tidak merasakan gejala
sama sekali. Namun umumnya, orang yang baru terinfeksi HIV merasakan gejala,
seperti gejala flu. Ini karena si virus belum menginfeksi seluruh sel-sel
sistem kekebalan tubuh. Gejala yang umum terjadi di antaranya adalah:
-
Demam
-
Sakit kepala
-
Sakit tenggorokan
-
Batuk
-
Berkeringat di malam hari
-
Kelelahan
-
Luka di mulut terasa nyeri
-
Ruam kulit
-
Nyeri otot dan sendi
-
Diare
-
Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan
selangkangan
-
Berat badan turun
· AIDS
AIDS berarti
virus HIV sudah menginfeksi seluruh sel sistem kekebalan tubuh. Jadi gejala
yang terjadi akan terasa lebih berat karena pengidap AIDS mudah diserang
berbagai penyakit, seperti TBC, Tokso, Pneumonia, Malaria, HSV, Kandidiasis, hingga
CMV. Umumnya gejala yang terjadi pada pengidap AIDS adalah:
-
Demam berulang
-
Radang paru-paru
-
Berkeringat di malam hari
-
Kelelahan ekstrim
-
Luka di mulut, dan di sekitar anus atau alat kelamin
-
Infeksi jamur di mulut atau vagina yang tak kunjung sembuh
-
Ruam kulit atau kulit bersisik yang tak kunjung sembuh
-
Terdapat bercak di kulit, bagian dalam mulut, hidung, atau
kelopak mata
-
Radang panggul yang tak kunjung sembuh
-
Diare hingga lebih dari seminggu
-
Berat badan turun drastis
-
Terjadi masalah memori, hingga depresi
Pengobatan HIV/ AIDS
Hingga saat ini, HIV belum bisa
disembuhkan secara total, baik menggunakan pengobatan medis maupun herbal, karena
masih belum ditemukan obat yang dapat menghilangkan virus HIV tersebut. Namun
ada obat Antiretroviral (ARV) yang dapat mencegah agar virus HIV tidak bisa
berkembangbiak.
Seperti yang diketahui, sebelum ada obat
ARV, kasus kematian akibat HIV/ AIDS sangat tinggi. Pengidap HIV yang sudah
berada dalam kondisi AIDS atau infeksi HIV berat, hanya bisa bertahan 6 bulan,
dan paling lama 2 tahun. Sejak adanya obat ARV kasus kematian akibat HIV/ AIDS
akhirnya secara perlahan mulai menurun. Pemerintah pun sudah menyediakan ARV
ini secara cuma-cuma bagi pengidap HIV/ AIDS.
Namun begitu, ARV tidak dapat
menyembuhkan penyakit HIV/ AIDS secara total. Obat ini hanya bekerja
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlah virus, namun tidak
mampu mengeluarkan si virus sepenuhnya dari dalam tubuh. Konsentrasi tertentu ARV
di dalam darah menjadi benteng pertahanan agar virus tidak bisa masuk dan
menginfeksi sel imun. Namun pertahanan ini hanya mampu dilakukan ARV untuk
sementara. Itulah sebabnya mengapa pengidap HIV/ AIDS harus mengonsumsi obat
ini seumur hidupnya, dengan pengaturan minum yang sangat ketat.
Tak hanya rajin dan konsisten minum obat
secara teratur, keberhasilan ODHA untuk tetap bertahan hidup juga harus didukung
oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Mengingat rutinitas minum obat yang
dilakukan sepanjang hidupnya, tentunya dapat membuat ODHA merasa bosan, jenuh,
hingga akhirnya menyerah dan malas minum obat. Apapun bentuk dukungan yang
diberikan pada ODHA dapat membuatnya tetap semangat dan percaya diri dalam menjalankan
hari-harinya.
ODHA yang teratur mengonsumsi ARV dapat hidup sehat (tentunya dengan terus menjaga kesehatannya, dan jangan sampai terserang kuman penyakit karena memiliki sistem imun yang rendah), bisa tetap produktif, bahkan berkeluarga dan memiliki anak, tanpa perlu khawatir akan menularkan penyakitnya pada istri dan anaknya.
UPAYA PENANGGULANGAN HIV/ AIDS
Pemerintah terus berupaya untuk menanggulangi
dan mengendalikan kasus HIV/ AIDS di Indonesia. Apalagi virus ini merupakan
virus berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Upaya yang dilakukan mulai
dari menerbitkan berbagai kebijakan terkait HIV/ AIDS, meningkatkan ketersediaan
obat dan akses layanan kesehatan, memberikan edukasi pada masyarakat mengenai
HIV/ AIDS serta bahayanya, membentuk kelompok dukungan, meningkatkan skrining
HIV/ AIDS, hingga bekerja sama dengan berbagai pihak guna menanggulangi penyebaran
HIV/ AIDS.
Memang, dalam menanggulangi masalah HIV/
AIDS ini pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Dibutuhkan juga dukungan dari
berbagai stakeholder, mulai dari pihak swasta, tokoh masyarakat,
akademisi, tenaga kesehatan, bahkan masyarakat luas. Apalagi stigma negatif terhadap
penderita HIV/ AIDS masih terjadi hingga saat ini, walaupun tidak separah dulu.
Namun hal ini masih menjadi penghambat terbesar bagi pemerintah dalam
menjalankan berbagai programnya untuk menanggulangi HIV/ AIDS.
GEBRAK SETIA, PROGRAM EDUKASI DAN PENCEGAHAN HIV/ AIDS
Berangkat dari permasalahan tersebut, seorang tenaga kesehatan bernama Rizka Ayu Setyani tergerak untuk ikut berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap HIV/ AIDS. Ia menginisiasi sebuah program Gerakan Bersama Kader Satgas Remaja Tanggap HIV/ AIDS (GEBRAK SETIA) di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2019. Tujuan program ini adalah untuk memberdayakan remaja melalui edukasi dan keterlibatan aktif dalam pencegahan dan penanganan HIV/ AIDS.
Rizka Ayu Setyani, Inisiator Program GEBRAK SETIA untuk tanggulangi dan cegah HIV/ AIDS |
Melalui GEBRAK SETIA, Rizka ingin
menghapus stigma yang beredar di masyarakat bahwa HIV/ AIDS hanya menjangkiti orang-orang
yang melakukan hubungan intim berisiko seperti Wanita Tuna Susila dan laki-laki
yang berhubungan intim antar sesama lelaki. Menurut Rizka justru ibu rumah
tangga, kelompok umum, termasuk remaja juga sangat berisiko terkena HIV/ AIDS.
Hal itulah yang membuat wanita kelahiran
15 Agustus 1990 tersebut menginisiasi program GEBRAK SETIA. Melalui program ini
ia ingin memberikan edukasi mengenai pencegahan HIV/ AIDS pada masyarakat,
sekaligus memperluas cakupan tes HIV hingga ke kalangan remaja.
GEBRAK SETIA digelar melalui beberapa
kegiatan, seperti kegiatan konseling dan edukasi yang dilakukan oleh para konselor
dan edukator remaja di berbagai karang taruna, posyandu remaja, hingga sekolah.
Dengan melibatkan peran pendidik sebaya atau peer educator diharapkan dapat
lebih efektif lagi dalam menyasar kalangan remaja.
Edukasi mengenai HIV/ AIDS pada kalangan remaja dalam program GEBRAK SETIA |
Program ini awalnya hanya berbasiskan
komunitas, dengan beberapa menggelar kegiatan secara offline. Ketika pandemi melanda
di awal tahun 2020, program GEBRAK SETIA mulai merambah ke ruang digital,
dengan memanfaatkan media sosial, zoom, webinar, hingga aplikasi chatting untuk
melakukan kegiatan edukasi dan konseling. Tentunya dengan tetap melibatkan peran
peer educator yang sudah terlatih dan berkomitmen.
Rizka bersama peer educator yang sudah terlatih dan berkomitmen dalam program GEBRAK SETIA |
Kurang terintegrasinya media digital yang
digunakan saat itu membuat wanita yang baru saja mendapatkan gelar sebagai Doktor
Ilmu Kesehatan Masyarakat tersebut menciptakan model EKSTRIM, singkatan dari
Edukasi, Konseling, Skrining, Tes HIV pada Remaja dengan Implementasi secara
Mandiri. Berkat dukungan dari beberapa pihak, Rizka pun dapat mengembangkan
situs web ekstrim.org, dan menjadikan media digital tersebut menjadi website
yang memiliki layanan terintegrasi dalam edukasi dan skrining HIV secara
mandiri berbasiskan digital.
Website ekstrim.org yang ramah remaja |
ekstrim.org sengaja didesain sebagai situs
web yang ramah remaja, dengan mengintegrasikan website tersebut dengan berbagai
kanal media yang sudah sangat familiar bagi kalangan remaja, seperti YouTube
dan WhatsApp. Dengan begitu ekstrim.org dapat menarik para remaja untuk membuka
situs tersebut, dan membaca berbagai informasi yang ada di dalamnya, seperti
edukasi pencegahan HIV, lalu melakukan konseling, dan skrining secara mandiri
untuk mengetahui risiko HIV, hingga diberikan pendampingan untuk tes HIV.
Ternyata kehadiran situs ekstrim.org ini
terbilang sukses. Tak lagi di daerah Sleman, program tersebut bahkan sudah
merambah ke daerah-daerah lainnya di Yogyakarta. Banyak instansi di lingkungan
Kota Yogyakarta yang terbantu dengan kehadiran program GEBRAK SETIA berbasis
model EKSTRIM. Pemanfaatan media digital untuk melakukan skrining HIV di
kalangan remaja termasuk cara yang efektif, karena skrining dilakukan secara
mandiri di website, sehingga mereka tak perlu takut dan malu untuk mengisi
formulir skrining.
Rizka mengaku sejak adanya layanan GEBRAK
SETIA berbasis EKSTRIM, terjadi peningkatan cakupan tes HIV di kalangan remaja di
Kota Yogyakarta. Sudah ada ratusan pengguna yang memanfaatkan layanan tersebut.
Dari situ bisa diketahui bahwa dengan memberikan layanan gratis berbasis
digital yang mudah diakses dapat meningkatkan kesadaran para remaja mengenai pentingnya
mengetahui risiko HIV dan cara pencegahannya.
PENGHARGAAN DAN APRESIASI UNTUK SANG INISIATOR INOVASI GEBRAK SETIA BERBASIS DIGITAL
Gebrakan Rizka di bidang kesehatan,
khususnya dalam pencegahan HIV/ AIDS ini patut diacungi jempol. Dedikasi tinggi
yang ia berikan dengan sepenuh hati demi kesehatan masyarakat layak mendapatkan
apresiasi. Inovasi yang diciptakannya telah memberikan dampak positif terhadap penanggulangan
dan pencegahan HIV/ AIDS, terutama di kalangan remaja di daerah Jawa Tengah.
Rizka saat mentoring dengan Prof. Nila Moeloek (Dewan Juri SATU Indonesia Awards 2023) |
Astra pun tak ketinggalan dengan
memberikan apresiasinya pada Rizka melalui ajang penghargaan SATU Indonesia
Awards 2023. Dalam ajang tersebut Rizka berhasil meraih penghargaan di bidang
Kesehatan untuk kategori Individu. Kontribusi Rizka dengan menciptakan inovasi pemberdayaan pemuda berbasis digital dalam
pencegahan HIV AIDS, menurut pihak Astra patut diberikan dukungan, sehingga program GEBRAK
SETIA berbasis digital tersebut dapat terus dikembangkan, dan bisa memberikan
manfaat luas di bidang kesehatan, terutama dalam menanggulangi HIV/ AIDS di
Indonesia.
Untuk diketahui, Apresiasi SATU Indonesia
Awards sudah digelar oleh Astra sejak tahun 2010, dengan tujuan mendukung para
generasi muda yang telah berkontribusi dalam menciptakan kehidupan
berkelanjutan, baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan,
dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili kelima bidang
tersebut.
Semangat Rizka dalam menciptakan program inovasi
berbasis digital sejalan dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU
Indonesia), untuk dapat berperan aktif dan berkontribusi nyata dalam
meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, melalui karsa, cipta, dan
karya terpadu, baik dalam bentuk produk maupun layanan karya anak bangsa, Insan
Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan, dengan tujuan
dapat memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Diharapkan program GEBRAK SETIA berbasis
EKSTRIM ini tak hanya terhenti sampai di Kota Yogyakarta saja, namun bisa dikembangkan
juga di kota-kota lainnya di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang masih
banyak kasus HIV/ AIDS. Dengan begitu langkah Menuju Indonesia Bebas HIV 2030 dapat
tercapai.
Referensi:
Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU
Indonesia Awards 2023, Canva, akun linkedin.com/in/rizka-ayu-setyani, myedisi.com,
s3kesehatanmasyarakat.fk.uns.ac.id, jateng.tribunnews.com, krjogja.com, webmd.com,
dianjaya.com, alodokter.com, health.detik.com, kemkes.go.id, rri.go.id,
unaids.org.
0 comments