GEBRAK SETIA Berbasis EKSTRIM, Program Digital untuk Penanggulangan dan Pencegahan HIV/ AIDS

By Dewi Sulistiawaty - Oktober 24, 2024

 fakta tentang HIV AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh, dengan cara menginfeksi dan menghancurkan sel darah putih (sel CD4), sel yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Keberadaan virus ini sempat menggegerkan dunia, dan bahkan ketika HIV masuk ke Indonesia, sekitar tahun 1986, HIV langsung menjadi topik hangat yang dibicarakan dimana-mana. Berbagai kabar hoaks tentang HIV pun merebak dengan cepat.

Beberapa berita hoaks tentang HIV yang santer beredar saat itu di antaranya adalah HIV dapat ditularkan melalui air kolam renang umum, adanya pembalut kewanitaan yang sudah dikontaminasi HIV, hingga penularan virus melalui penggunaan alat makan bersama dengan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Belum lagi ketika masyarakat mendapatkan informasi kalau HIV ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan aktivitas seksual sesama jenis. Stigma buruk terhadap ODHA pun langsung muncul.

 

FAKTA SEPUTAR HIV/ AIDS

fakta seputar HIV AIDS


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, HIV merupakan virus yang kerjanya merusak sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia. Akibat infeksi virus ini, sistem kekebalan tubuh langsung mengalami penipisan, sehingga terjadi defisiensi imun. Dampaknya, sistem imun tak mampu menjalankan fungsinya untuk melawan infeksi dan penyakit yang masuk ke tubuh. Makanya ODHA sangat rentan terhadap berbagai macam infeksi dan kanker.

Sementara AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala atau kondisi tubuh akibat serangan HIV. Jadi HIV adalah si virus, sedangkan AIDS adalah kondisi yang dapat ditimbulkan oleh si virus. Orang yang mengidap HIV belum tentu terkena AIDS. Namun jika infeksi HIV yang diidap tersebut tidak segera diobati, maka dapat berkembang menjadi AIDS. Jadi AIDS adalah stadium akhir dari infeksi HIV.

Kebanyakan orang yang terkena HIV tidak tahu kalau mereka mengidap HIV, karena biasanya gejalanya baru timbul dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun. Saat HIV masuk ke tubuh, virus tersebut secara bertahap menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh. Jadi di awal, orang yang terkena HIV tidak merasakan gejala apapun, dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Pada saat masuk ke tahap serius atau kondisi AIDS, kemampuan tubuh untuk melawan berbagai infeksi penyakit sudah hilang sepenuhnya. Saat itulah berbagai gejala penyakit HIV baru terasa. Makanya kebanyakan penderita HIV/ AIDS baru datang ke fasilitas kesehatan untuk berobat dalam kondisi yang sudah sakit parah.


Penularan HIV/ AIDS

Untuk diketahui, HIV/ AIDS tidak dapat ditularkan melalui udara, sentuhan fisik, ciuman, keringat, air mata, serta air liur. Namun dapat menular melalui hubungan intim, ditularkan dari ibu pada bayinya, jarum suntik yang dipakai secara bergantian, dan juga transfusi darah. Berdasarkan kasus HIV yang ada, penularan paling sering terjadi adalah melalui hubungan intim dengan tidak menggunakan pengaman, baik secara vaginal maupun anal.


Gejala HIV/ AIDS

·     HIV

Gejala yang terjadi saat baru terkena HIV cenderung ringan dan tidak terasa. Setiap pengidap HIV bisa saja mengalami gejala yang berbeda, bahkan ada yang tidak merasakan gejala sama sekali. Namun umumnya, orang yang baru terinfeksi HIV merasakan gejala, seperti gejala flu. Ini karena si virus belum menginfeksi seluruh sel-sel sistem kekebalan tubuh. Gejala yang umum terjadi di antaranya adalah:

-    Demam

-    Sakit kepala

-    Sakit tenggorokan

-    Batuk

-    Berkeringat di malam hari

-    Kelelahan

-    Luka di mulut terasa nyeri

-    Ruam kulit

-    Nyeri otot dan sendi

-    Diare

-    Pembengkakan kelenjar getah bening di leher dan selangkangan

-    Berat badan turun

 

·     AIDS

AIDS berarti virus HIV sudah menginfeksi seluruh sel sistem kekebalan tubuh. Jadi gejala yang terjadi akan terasa lebih berat karena pengidap AIDS mudah diserang berbagai penyakit, seperti TBC, Tokso, Pneumonia, Malaria, HSV, Kandidiasis, hingga CMV. Umumnya gejala yang terjadi pada pengidap AIDS adalah:

-    Demam berulang

-    Radang paru-paru

-    Berkeringat di malam hari

-    Kelelahan ekstrim

-    Luka di mulut, dan di sekitar anus atau alat kelamin

-    Infeksi jamur di mulut atau vagina yang tak kunjung sembuh

-    Ruam kulit atau kulit bersisik yang tak kunjung sembuh

-    Terdapat bercak di kulit, bagian dalam mulut, hidung, atau kelopak mata

-    Radang panggul yang tak kunjung sembuh

-    Diare hingga lebih dari seminggu

-    Berat badan turun drastis

-    Terjadi masalah memori, hingga depresi

 

Pengobatan HIV/ AIDS

pengobatan HIV AIDS


Hingga saat ini, HIV belum bisa disembuhkan secara total, baik menggunakan pengobatan medis maupun herbal, karena masih belum ditemukan obat yang dapat menghilangkan virus HIV tersebut. Namun ada obat Antiretroviral (ARV) yang dapat mencegah agar virus HIV tidak bisa berkembangbiak.

Seperti yang diketahui, sebelum ada obat ARV, kasus kematian akibat HIV/ AIDS sangat tinggi. Pengidap HIV yang sudah berada dalam kondisi AIDS atau infeksi HIV berat, hanya bisa bertahan 6 bulan, dan paling lama 2 tahun. Sejak adanya obat ARV kasus kematian akibat HIV/ AIDS akhirnya secara perlahan mulai menurun. Pemerintah pun sudah menyediakan ARV ini secara cuma-cuma bagi pengidap HIV/ AIDS.

Namun begitu, ARV tidak dapat menyembuhkan penyakit HIV/ AIDS secara total. Obat ini hanya bekerja meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlah virus, namun tidak mampu mengeluarkan si virus sepenuhnya dari dalam tubuh. Konsentrasi tertentu ARV di dalam darah menjadi benteng pertahanan agar virus tidak bisa masuk dan menginfeksi sel imun. Namun pertahanan ini hanya mampu dilakukan ARV untuk sementara. Itulah sebabnya mengapa pengidap HIV/ AIDS harus mengonsumsi obat ini seumur hidupnya, dengan pengaturan minum yang sangat ketat.    

Tak hanya rajin dan konsisten minum obat secara teratur, keberhasilan ODHA untuk tetap bertahan hidup juga harus didukung oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Mengingat rutinitas minum obat yang dilakukan sepanjang hidupnya, tentunya dapat membuat ODHA merasa bosan, jenuh, hingga akhirnya menyerah dan malas minum obat. Apapun bentuk dukungan yang diberikan pada ODHA dapat membuatnya tetap semangat dan percaya diri dalam menjalankan hari-harinya.

ODHA yang teratur mengonsumsi ARV dapat hidup sehat (tentunya dengan terus menjaga kesehatannya, dan jangan sampai terserang kuman penyakit karena memiliki sistem imun yang rendah), bisa tetap produktif, bahkan berkeluarga dan memiliki anak, tanpa perlu khawatir akan menularkan penyakitnya pada istri dan anaknya.   


UPAYA PENANGGULANGAN HIV/ AIDS

Pemerintah terus berupaya untuk menanggulangi dan mengendalikan kasus HIV/ AIDS di Indonesia. Apalagi virus ini merupakan virus berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Upaya yang dilakukan mulai dari menerbitkan berbagai kebijakan terkait HIV/ AIDS, meningkatkan ketersediaan obat dan akses layanan kesehatan, memberikan edukasi pada masyarakat mengenai HIV/ AIDS serta bahayanya, membentuk kelompok dukungan, meningkatkan skrining HIV/ AIDS, hingga bekerja sama dengan berbagai pihak guna menanggulangi penyebaran HIV/ AIDS.

Memang, dalam menanggulangi masalah HIV/ AIDS ini pemerintah tidak dapat bekerja sendiri. Dibutuhkan juga dukungan dari berbagai stakeholder, mulai dari pihak swasta, tokoh masyarakat, akademisi, tenaga kesehatan, bahkan masyarakat luas. Apalagi stigma negatif terhadap penderita HIV/ AIDS masih terjadi hingga saat ini, walaupun tidak separah dulu. Namun hal ini masih menjadi penghambat terbesar bagi pemerintah dalam menjalankan berbagai programnya untuk menanggulangi HIV/ AIDS.  


GEBRAK SETIA, PROGRAM EDUKASI DAN PENCEGAHAN HIV/ AIDS 

Berangkat dari permasalahan tersebut, seorang tenaga kesehatan bernama Rizka Ayu Setyani tergerak untuk ikut berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap HIV/ AIDS. Ia menginisiasi sebuah program Gerakan Bersama Kader Satgas Remaja Tanggap HIV/ AIDS (GEBRAK SETIA) di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2019. Tujuan program ini adalah untuk memberdayakan remaja melalui edukasi dan keterlibatan aktif dalam pencegahan dan penanganan HIV/ AIDS.

Rizka Ayu Setyani, inisiator program GEBRAK SETIA untuk HIV AIDS
Rizka Ayu Setyani, Inisiator Program GEBRAK SETIA untuk tanggulangi dan cegah HIV/ AIDS

Melalui GEBRAK SETIA, Rizka ingin menghapus stigma yang beredar di masyarakat bahwa HIV/ AIDS hanya menjangkiti orang-orang yang melakukan hubungan intim berisiko seperti Wanita Tuna Susila dan laki-laki yang berhubungan intim antar sesama lelaki. Menurut Rizka justru ibu rumah tangga, kelompok umum, termasuk remaja juga sangat berisiko terkena HIV/ AIDS.    

Hal itulah yang membuat wanita kelahiran 15 Agustus 1990 tersebut menginisiasi program GEBRAK SETIA. Melalui program ini ia ingin memberikan edukasi mengenai pencegahan HIV/ AIDS pada masyarakat, sekaligus memperluas cakupan tes HIV hingga ke kalangan remaja.

GEBRAK SETIA digelar melalui beberapa kegiatan, seperti kegiatan konseling dan edukasi yang dilakukan oleh para konselor dan edukator remaja di berbagai karang taruna, posyandu remaja, hingga sekolah. Dengan melibatkan peran pendidik sebaya atau peer educator diharapkan dapat lebih efektif lagi dalam menyasar kalangan remaja.

edukasi dari peer educator di program GEBRAK SETIA
Edukasi mengenai HIV/ AIDS pada kalangan remaja
dalam program GEBRAK SETIA

Program ini awalnya hanya berbasiskan komunitas, dengan beberapa menggelar kegiatan secara offline. Ketika pandemi melanda di awal tahun 2020, program GEBRAK SETIA mulai merambah ke ruang digital, dengan memanfaatkan media sosial, zoom, webinar, hingga aplikasi chatting untuk melakukan kegiatan edukasi dan konseling. Tentunya dengan tetap melibatkan peran peer educator yang sudah terlatih dan berkomitmen.

Para peer educator yang sudah terlatih dan berkomitmen dalam program GEBRAK SETIA
Rizka bersama peer educator yang sudah terlatih dan berkomitmen
dalam program GEBRAK SETIA

Kurang terintegrasinya media digital yang digunakan saat itu membuat wanita yang baru saja mendapatkan gelar sebagai Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat tersebut menciptakan model EKSTRIM, singkatan dari Edukasi, Konseling, Skrining, Tes HIV pada Remaja dengan Implementasi secara Mandiri. Berkat dukungan dari beberapa pihak, Rizka pun dapat mengembangkan situs web ekstrim.org, dan menjadikan media digital tersebut menjadi website yang memiliki layanan terintegrasi dalam edukasi dan skrining HIV secara mandiri berbasiskan digital.

website ekstrim.org untuk menarik remaja untuk skrining HIV
Website ekstrim.org yang ramah remaja

ekstrim.org sengaja didesain sebagai situs web yang ramah remaja, dengan mengintegrasikan website tersebut dengan berbagai kanal media yang sudah sangat familiar bagi kalangan remaja, seperti YouTube dan WhatsApp. Dengan begitu ekstrim.org dapat menarik para remaja untuk membuka situs tersebut, dan membaca berbagai informasi yang ada di dalamnya, seperti edukasi pencegahan HIV, lalu melakukan konseling, dan skrining secara mandiri untuk mengetahui risiko HIV, hingga diberikan pendampingan untuk tes HIV.

Ternyata kehadiran situs ekstrim.org ini terbilang sukses. Tak lagi di daerah Sleman, program tersebut bahkan sudah merambah ke daerah-daerah lainnya di Yogyakarta. Banyak instansi di lingkungan Kota Yogyakarta yang terbantu dengan kehadiran program GEBRAK SETIA berbasis model EKSTRIM. Pemanfaatan media digital untuk melakukan skrining HIV di kalangan remaja termasuk cara yang efektif, karena skrining dilakukan secara mandiri di website, sehingga mereka tak perlu takut dan malu untuk mengisi formulir skrining.  

Rizka mengaku sejak adanya layanan GEBRAK SETIA berbasis EKSTRIM, terjadi peningkatan cakupan tes HIV di kalangan remaja di Kota Yogyakarta. Sudah ada ratusan pengguna yang memanfaatkan layanan tersebut. Dari situ bisa diketahui bahwa dengan memberikan layanan gratis berbasis digital yang mudah diakses dapat meningkatkan kesadaran para remaja mengenai pentingnya mengetahui risiko HIV dan cara pencegahannya.

 

PENGHARGAAN DAN APRESIASI UNTUK SANG INISIATOR INOVASI GEBRAK SETIA BERBASIS DIGITAL

Gebrakan Rizka di bidang kesehatan, khususnya dalam pencegahan HIV/ AIDS ini patut diacungi jempol. Dedikasi tinggi yang ia berikan dengan sepenuh hati demi kesehatan masyarakat layak mendapatkan apresiasi. Inovasi yang diciptakannya telah memberikan dampak positif terhadap penanggulangan dan pencegahan HIV/ AIDS, terutama di kalangan remaja di daerah Jawa Tengah.

rizka ayu setyani raih penghargaan apresiasi satu indonesia awards 2023
Rizka saat mentoring dengan Prof. Nila Moeloek
(Dewan Juri SATU Indonesia Awards 2023)

Astra pun tak ketinggalan dengan memberikan apresiasinya pada Rizka melalui ajang penghargaan SATU Indonesia Awards 2023. Dalam ajang tersebut Rizka berhasil meraih penghargaan di bidang Kesehatan untuk kategori Individu. Kontribusi Rizka dengan menciptakan inovasi pemberdayaan pemuda berbasis digital dalam pencegahan HIV AIDS, menurut pihak Astra patut diberikan dukungan, sehingga program GEBRAK SETIA berbasis digital tersebut dapat terus dikembangkan, dan bisa memberikan manfaat luas di bidang kesehatan, terutama dalam menanggulangi HIV/ AIDS di Indonesia.

Untuk diketahui, Apresiasi SATU Indonesia Awards sudah digelar oleh Astra sejak tahun 2010, dengan tujuan mendukung para generasi muda yang telah berkontribusi dalam menciptakan kehidupan berkelanjutan, baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.

Semangat Rizka dalam menciptakan program inovasi berbasis digital sejalan dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU Indonesia), untuk dapat berperan aktif dan berkontribusi nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, melalui karsa, cipta, dan karya terpadu, baik dalam bentuk produk maupun layanan karya anak bangsa, Insan Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan, dengan tujuan dapat memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Diharapkan program GEBRAK SETIA berbasis EKSTRIM ini tak hanya terhenti sampai di Kota Yogyakarta saja, namun bisa dikembangkan juga di kota-kota lainnya di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang masih banyak kasus HIV/ AIDS. Dengan begitu langkah Menuju Indonesia Bebas HIV 2030 dapat tercapai.   

 

Referensi:

Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023, Canva, akun linkedin.com/in/rizka-ayu-setyani, myedisi.com, s3kesehatanmasyarakat.fk.uns.ac.id, jateng.tribunnews.com, krjogja.com, webmd.com, dianjaya.com, alodokter.com, health.detik.com, kemkes.go.id, rri.go.id, unaids.org.

 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments