Pelestari Ikan Lokal di Perairan Tawar Yogyakarta
Adakah yang tahu, berapa banyak jenis ikan air tawar yang ada di muka bumi ini? Berdasarkan data dari wwf.panda.org, terdapat sekitar 140 ribu spesies hewan yang hidup di perairan tawar, dan lebih dari 18 ribu di antaranya adalah spesies ikan. Jumlah ini merupakan setengah dari total spesies ikan yang ditemukan di dunia. Angka yang cukup menakjubkan, mengingat luas permukaan air tawar hanya 1 persen dari luas permukaan bumi. Bayangkan, bagaimana kayanya keanekaragaman hayati ikan air tawar tersebut.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia
memiliki wilayah perairan yang sangat luas, mencapai 5,8 juta km2 atau
setara dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia. Lebih dari 500 ribu km2
di antaranya merupakan perairan tawar, meliputi sungai, danau, rawa, lahan
gambut, hingga waduk dan kolam. Perairan tawar ini menjadi habitat bagi berbagai
jenis hewan, seperti ikan, katak, kadal air, buaya, kura-kura, belut, burung,
cacing, dan banyak lagi jenis lainnya.
Ikan menjadi salah satu jenis hewan perairan yang banyak dicari, termasuk ikan air tawar. Selain untuk dikonsumsi dan memenuhi kebutuhan pangan, ikan air tawar juga dapat dijadikan sebagai peliharaan atau ikan hias. Namun sayangnya, populasi ikan air tawar, terutama ikan asli atau ikan lokal terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Beberapa jenis dari ikan air tawar tersebut bahkan mulai mengalami kepunahan, seperti Arwana, Baung, Belida, Bilih, Gabus, Lele Albino, Papuyu, Sidat, dan beberapa lainnya. Apa yang menyebabkan ikan air tawar ini menjadi punah dan langka?
PENYEBAB KEPUNAHAN IKAN AIR TAWAR
1. Eksploitasi
Ikan Secara Berlebihan
Penangkapan ikan
air tawar yang dilakukan secara masif menjadi salah satu penyebab punahnya ikan
air tawar. Banyaknya permintaan terhadap ikan air tawar menjadi alasan utama
mengapa para penangkap ikan melakukan pengambilan ikan lebih banyak dari yang
seharusnya. Hal ini akhirnya menyebabkan penurunan populasi, dan bahkan
punahnya ikan air tawar, terutama jenis ikan yang paling banyak dan sering
dieksploitasi.
2. Rusaknya
Habitat Air Tawar
Perairan menjadi
rumah dan tempat berkembangbiaknya berbagai jenis ikan air tawar. Namun aktivitas
pembangunan, seperti rumah, jembatan, bendungan, hingga pengambilan air secara berlebihan
menyebabkan terganggunya ekosistem air tawar. Karena habitatnya yang rusak,
ikan tidak mampu lagi berkembangbiak dengan baik, hingga akhirnya hilang dari
perairan, dan bahkan mengalami kepunahan.
3. Polusi di
Perairan Tawar
Pembuangan limbah
rumah tangga, limbah dari lahan pertanian, peternakan, hingga limbah industri
menyebabkan air terkontaminasi dengan berbagai zat berbahaya. Pencemaran ini sangat
berdampak pada kehidupan biota air, termasuk ikan. Ikan yang menelan zat
berbahaya ini bisa sakit, cacat, bahkan mati.
4. Penangkapan
Ikan Secara Liar
Penangkapan ikan secara
liar menggunakan bahan peledak, racun atau bahan kimia, setrum, cantrang, dan
metode berbahaya lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem di perairan
tawar. Tak hanya merusak habitat air tawar, penggunaan alat dan bahan yang
dilarang tersebut juga dapat menyebabkan kematian organisme lain yang bukan
menjadi target penangkapan.
5. Perdagangan
dan Ekspor Ikan Secara Ilegal
Walaupun sudah
ada peraturan serta sanksi terhadap pelaku perdagangan dan ekspor ikan secara
ilegal, namun aksi ini masih marak terjadi. Ini karena masih tingginya minat
pasar, serta mahalnya harga ikan jenis tertentu, ditambah dengan masih
kurangnya pengawasan dari instansi terkait, menyebabkan beberapa orang yang tak
bertanggung jawab masih berani melakukan aktivitas yang melanggar hukum
tersebut. Hal ini tentu saja dapat menguras stok ikan, merusak populasi ikan,
dan mempengaruhi ekosistem perairan tawar.
6. Masuknya
Spesies Ikan Non-Asli yang Invasif
Masuknya spesies
ikan invasif ke dalam suatu ekosistem dapat berdampak negatif pada spesies ikan
asli yang hidup di habitat tersebut. Ikan invasif bisa saja membawa penyakit
yang tidak ada di ekosistem yang baru, berebut makanan dan habitat dengan ikan
asli, bahkan dapat memangsa ikan asli yang hidup di sana.
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan ikan invasif masuk ke suatu ekosistem yang bukan
merupakan habitat aslinya, di antaranya adalah pelepasan ikan secara
sembarangan, tidak sengaja terbawa arus air ke perairan baru, atau sengaja
dipindahkan untuk tujuan tertentu. Dengan masuknya ikan invasif ke dalam suatu
ekosistem yang baru, dapat mengubah habitat di perairan tersebut secara
permanen, dan bahkan dapat memusnahkan spesies aslinya.
7. Kurangnya
Pengawasan
Dalam beberapa
tahun belakangan ini, pemerintah terus berusaha untuk menghentikan aktivitas
perikanan ilegal di perairan laut Indonesia, karena aktivitas tersebut dinilai telah
merugikan negara, dan dapat menurunkan populasi ikan yang ada di perairan.
Namun, pengawasan seperti itu belum dilakukan terhadap ikan yang ada di
perairan tawar.
Jika penangkapan
dan perburuan ikan di perairan tawar terus dilakukan tanpa adanya pengawasan
dan perlindungan dari instansi terkait, maka lambat laun berbagai jenis ikan
yang hidup di perairan tersebut akan mengalami kepunahan.
Selain berfungsi sebagai sumber mata
pencaharian masyarakat lokal dan menjadi sumber protein hewani yang dibutuhkan
oleh tubuh, keberadaan ikan air tawar juga berguna untuk menjaga stabilitas
ekosistem perairan, serta menjadi sumber plasma nutfah. Berdasarkan data dari
Komisi Plasma Nutfah Indonesia, perairan tawar yang ada di Indonesia mengandung
plasma nutfah ikan yang jenisnya sangat banyak. Bahkan jumlahnya mencapai 25
persen dari seluruh jumlah ikan yang ada di dunia.
Untuk itulah kita perlu menjaga, melestarikan, dan melindungi ikan air tawar, terutama spesies ikan air tawar yang mulai punah, agar ekosistem yang sehat dan keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tetap terjaga. Kepedulian masyarakat terhadap ekosistem perairan tawar pun mesti dipupuk sejak dini. Namun begitu, tak begitu banyak orang yang peduli dan berkeinginan untuk menjaga dan melestarikan ikan jenis air tawar ini.
BERAWAL DARI BISNIS IKAN HIAS
Suryanto, berawal dari bisnis ikan hias |
Syukurnya, masih ada pemuda yang peduli
terhadap kelestarian ikan lokal yang ada di perairan tawar Indonesia. Pemuda
tersebut bernama Suryanto. Pria yang tahun ini genap berusia 33 tahun tersebut
rajin melakukan pembudidayaan berbagai jenis ikan air tawar, terutama ikan
lokal. Tak hanya itu, Suryanto pun rutin mengedukasi masyarakat yang tinggal di
sekitar rumahnya mengenai pentingnya menjaga kelestarian sungai, salah satu
perairan tawar yang banyak ditemui di wilayah tersebut.
Suryanto sendiri tinggal dan besar di
daerah Pedukuhan Carikan, Kalurahan Bumirejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon
Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lingkungan tempat tinggalnya ini di
kelilingi beberapa anak sungai, mulai dari sungai kecil hingga yang berukuran besar.
Tak heran jika kehidupan pemuda ini begitu lekat dengan ikan air tawar dan
habitatnya.
Kecintaan Suryanto terhadap ikan
menjadikannya hobi memelihara ikan, terutama ikan hias. Pengetahuannya tentang
ikan diperolehnya secara otodidak dan berdasarkan pengalamannya selama
memelihara ikan. Di tahun 2010, pemuda yang sehari-harinya bekerja di bank
milik pemerintah ini mulai membudidayakan ikan hiasnya. Setelah ikan tersebut berkembang,
ia lalu menjualnya. Saat itu, usahanya ini ia jadikan sebagai bisnis sampingan
saja.
Dalam perjalanannya berdagang ikan hias,
Suryanto kemudian mengetahui sebuah fakta yang ia dapatkan dari para
pelanggannya, bahwa banyak di antara mereka yang telah membeli ikan hias dari
Suryanto, namun tak sanggup memelihara dan mengembangbiakkan ikan
tersebut.
Sejak itu Suryanto mulai membagikan
pengetahuannya kepada siapa pun yang datang. Ia tak segan untuk menjelaskan
bagaimana cara merawat ikan yang dibeli pelanggannya agar tetap sehat, serta
bagaimana cara mengobatinya jika sakit. Dengan begitu, setiap pembeli tidak
hanya sekedar membeli ikan saja, namun juga tahu cara merawat dan
membudidayakan ikan tersebut.
Tak hanya pembeli yang senang karena
mendapatkan pengetahuan tentang ikan dari Suryanto, namun Suryanto sendiri mengaku
juga gembira bisa membagikan ilmu budidaya ikan yang diketahuinya. Apalagi saat
tahu ketika ikan yang dibeli pelanggannya bisa hidup dan berkembang dengan
baik.
Suryanto berbisnis ikan hias sambil mengedukasi pembeli yang datang |
Seiring berjalannya waktu, koleksi ikan
hias milik Suryanto terus bertambah. Jenisnya pun mulai beragam disesuaikan
dengan tren saat itu. Dari yang awalnya hanya satu akuarium dan satu kolam,
Suryanto berhasil mengembangkan berbagai jenis ikan hias dan menambah fasilitas
akuarium dan kolamnya. Ia pun lalu mulai menekuni bisnisnya ini dengan serius.
Namun dunia bisnis tak selalu berjalan
mulus sesuai yang diharapkan. Niat baik Suryanto membagikan ilmunya kepada
setiap pembeli yang datang tak begitu disukai oleh beberapa temannya sesama
padagang ikan hias. Mereka menjauhi Suryanto karena cara berjualannya yang
mereka anggap tak menguntungkan bagi para pedagang. Walau sedih, Suryanto tetap
menjalankan bisnis ikan hiasnya sambil mengedukasi pelanggannya.
Namun situasi berbalik beberapa tahun
kemudian. Rekannya sesama pedagang ikan hias mulai tertarik dan meniru
pendekatan bisnis yang dilakukan Suryanto. Mereka akhirnya ikut berjualan ikan
hias sambil mengedukasi para pembeli.
SFF EDU, EDUKASI IKAN UNTUK KELESTARIAN LINGKUNGAN
Sukses dengan bisnis ikan hiasnya sambil
memberikan edukasi, membuat semangat Suryanto makin bertambah. Di tahun 2015 ia
memberanikan diri menginisiasi sebuah wahana edukasi yang diberi nama Surya
Fish Farm Education (SFF Edu), yang bertempat di kediamannya di Pedukuhan
Carikan.
Dalam perjalanannya mengembangkan bisnis SFF
Edu, Suryanto yang pada dasarnya memang menyukai alam dan tertarik dengan
pelestarian lingkungan mulai bergabung dengan berbagai komunitas peduli
lingkungan, di antaranya Komunitas Wild Water Indonesia dan Kelompok Masyarakat
Pengawas Pelestari Alam dan Satwa (Pokmaswas Padas).
Dari komunitas tersebut Suryanto banyak
belajar, dan lantas menyadari bagaimana kondisi perairan di wilayahnya yang
ternyata sudah berbeda dari yang dulu. Dulu banyak ikan lokal yang ia temui di
sungai dekat rumahnya. Namun sekarang tidak ada lagi ikan asli di sana, yang
nampak hanya ikan budidaya yang bukan merupakan ikan asli dari perairan
tersebut.
Menurunnya populasi ikan asli di perairan
tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat pencemaran air sungai, banyaknya
ikan invasif, serta maraknya aktivitas penangkapan ikan dengan cara yang tidak
ramah lingkungan di wilayah tersebut. Kondisi
yang memprihatinkan ini membuat Suryanto tergerak untuk memberikan edukasi pada
masyarakat sekitar.
Pencemaran sungai telah menyebabkan kerusakan ekosistem di perairan tersebut |
Kesempatan itu akhirnya datang saat di
kampungnya sering terjadi peristiwa kemalingan. Suryanto pun berinisiatif untuk
mengaktifkan kembali kegiatan ronda, yang disambut baik oleh warga dan kepala
dukuh setempat. Lewat kegiatan ronda tersebut Suryanto kemudian menyelipkan
edukasi untuk melestarikan ikan lokal dan habitat sungai yang ada di wilayah
mereka.
Jalan untuk mengedukasi masyarakat semakin
terbuka lebar saat ia didapuk menjadi admin di grup chatting ronda. Ia memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk lebih intens lagi mengedukasi dan mengajak warga
untuk menghentikan kegiatan penangkapan ikan dengan cara setrum yang dapat
merusak ekosistem sungai.
Gayung bersambut, warga mulai
mendengarkan perkataan Suryanto, dan secara perlahan mereka menghentikan
kegiatan penangkapan ikan yang membahayakan lingkungan tersebut. Mereka bahkan
bersama-sama membuat papan peringatan berisi larangan pengambilan ikan
menggunakan alat setrum dan racun ikan, serta secara rutin mereka melakukan
bersih-bersih sungai.
SFF yang awalnya hanya membudidayakan
ikan hias, akhirnya mulai membudidayakan ikan lokal juga. Walaupun beberapa
ikan lokal yang dibudidayakannya belum termasuk kategori punah, namun menurut
Suryanto ikan tersebut harus dijaga dan dilestarikan karena keberadaannya mulai
menyusut di perairan. Hingga kini, selain ikan hias, di SFF pun mulai
dikembangkan teknologi pembenihan dan pembesaran beberapa jenis ikan lokal yang
ada wilayah tersebut.
Suryanto mulai membudidayakan ikan lokal yang ada di perairan tawar daerah Yogyakarta |
Jika sebelumnya SFF Edu hanya fokus
mengedukasi tentang ikan hias pada orang dewasa, akhirnya mulai memperluas
edukasinya pada anak-anak juga dengan membuka sarana pendidikan dan pameran
ikan lokal yang terdapat di wilayah tersebut, di antaranya ada ikan wader pari,
wader cangkul, wader abang, hingga ikan cupang jenis lokal. SFF Edu hadir dan
dikenal dengan slogannya “Edukasi Ikan untuk Kelestarian Lingkungan”.
Suryanto berikan edukasi tentang ikan pada anak-anak yang datang berkunjung ke SFF Edu |
Berbeda dengan ikan hias, untuk ikan
lokal yang ada di SFF Edu tidak dijual dan hanya khusus untuk edukasi saja. Jadi
pengunjung yang datang ke SFF bisa mengidentifikasi jenis ikan lokal dan jenis
ikan invasif, cara menangkap dan membudidayakan ikan yang benar, cara
melepasliarkannya agar tak sampai mengganggu habitat asli yang ada di perairan
tersebut, belajar mengenai ekosistem perairan, pohon pelestari mata air, hingga
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan perairan.
“Mengenalkan ikan pada anak usia dini
merupakan salah satu cara untuk mendidik mereka agar memiliki jiwa yang peduli
lingkungan, cinta terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan, baik itu hewan maupun
tumbuhan, serta cinta akan kebersihan lingkungan,” ungkap Suryanto
dikutip dari kulonprogokab.go.id.
Suryanto mengajarkan pada anak-anak cara yang benar melepasliarkan ikan lokal ke perairan |
Melestarikan ikan lokal sama saja dengan
menjaga ekosistem dan habitat asli yang terdapat di wilayah perairan.
Keberadaan ikan lokal juga dapat menjadi indikator kelestarian dan kebersihan suatu
wilayah perairan. Walaupun kandungan proteinnya tidak setinggi ikan laut, namun
ikan air tawar lokal memiliki nilai ekonomis sebagai sumber pangan bagi
masyarakat.
PENGHARGAAN DAN APRESIASI UNTUK SANG PELESTARI IKAN AIR TAWAR LOKAL
Apa yang dilakukan Suryanto mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Suryanto menjadi pelestari dan penyelamat ikan
air tawar lokal, yang keberadaannya mulai berkurang di wilayah Lendah,
Yogyakarta. Kontribusi positif Suryanto di bidang lingkungan, serta menjaga
kelestarian ikan lokal di perairan tawar tersebut mendapatkan penghargaan dan
juga apresiasi dari berbagai pihak, seperti pemerintah daerah, organisasi pelestari
lingkungan, serta masyarakat, terutama warga yang tinggal di daerah Lendah,
Yogyakarta.
Suryanto mendapatkan penghargaan atas dedikasinya terhadap kelestarian lingkungan |
Atas dedikasinya, Suryanto mendapatkan
penghargaan berupa Penerima Kalpataru Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2021 untuk Kategori Perintis Lingkungan. Penghargaan lain juga berhasil diraih Suryanto.
Di tahun 2023 ia mendapatkan penghargaan berupa Apresiasi SATU Indonesia Awards
dari Grup Astra untuk kategori Lingkungan.
Kontribusi Suryanto dalam melestarikan ikan
lokal di perairan tawar, patut mendapatkan dukungan, serta menurut pihak Astra,
Suryanto berhak mendapatkan pembinaan agar usaha SFF Edu yang didirikannya bisa
berkembang, sehingga ia bisa terus berjuang untuk melestarikan lingkungan.
Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 |
Untuk diketahui, Apresiasi SATU Indonesia
Awards ini sudah digelar oleh Astra sejak tahun 2010, dengan tujuan mendukung
para generasi muda yang telah berkontribusi dalam menciptakan kehidupan
berkelanjutan, baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan,
dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.
Semangat Suryanto dalam menjaga
kelestarian ikan lokal di perairan tawar sejalan dengan Semangat Astra Terpadu
Untuk Indonesia (SATU Indonesia), untuk dapat berperan aktif dan berkontribusi
nyata dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, melalui karsa,
cipta, dan karya terpadu, baik dalam bentuk produk maupun layanan karya anak
bangsa, Insan Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan,
dengan tujuan dapat memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Jejak dan
semangat yang dimiliki Suryanto diharapkan dapat menginspirasi masyarakat luas,
terutama para generasi muda untuk ikut bersama menjaga kelestarian lingkungan,
khususnya kelestarian ikan lokal yang populasinya mulai menurun. Menjaga
lingkungan itu bisa di mulai dari hal kecil, seperti tidak membuang sampah
sembarangan. Hal baik yang kita lakukan, tak hanya membawa dampak positif bagi
lingkungan dan masyarakat sekitar, namun juga bagi diri kita sendiri.
Referensi:
Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU
Indonesia Awards 2023, Canva, wwf.panda.org, freshwaterfish.org,
mongabay.co.id, big.go.id, nastionalgeographic.com, lautsehat.id,
cnnindonesia.com, econusa.id, radioidola.com, agroindonesia.co.id, dlh.kulonprogokab.go.id,
radarjogja.jawapos.com, wiradesa.co, jogja.suara.com, betahita.id, darilaut.id
0 comments