Pembudidaya Tanaman Obat Keluarga di Bali

By Dewi Sulistiawaty - Oktober 29, 2024

 tanaman obat keluarga TOGA

Tanaman obat keluarga atau disingkat TOGA, merupakan jenis tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, yang dibudidayakan di rumah dan dikelola oleh keluarga. Ada banyak jenis TOGA. Namun yang sering ditanam di pekarangan rumah adalah jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, sereh, daun salam, kemangi, sirih, meniran, seledri, lidah buaya, dan tanaman lainnya, yang kebanyakan dimanfaatkan sebagai bumbu dapur.  

Tanaman obat atau tanaman herbal ini tak hanya berguna sebagai bumbu dapur dan pelengkap makanan saja, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai obat alami, menjaga kesehatan tubuh, serta dapat juga digunakan sebagai tanaman penghias rumah dan penghijau lingkungan, yang dapat memberikan kesan sejuk dan segar pada rumah.

Walaupun sekarang sudah tersedia berbagai jenis ekstrak tanaman herbal dalam bentuk kemasan, yang dapat disimpan lama dan cara penggunaannya lebih praktis, namun akan lebih baik lagi jika menanam sendiri tanaman obat keluarga di rumah, karena bisa langsung didapatkan saat diperlukan, bahannya lebih segar, lebih aman dan sehat karena tidak ada bahan tambahan lain seperti pengawet dan pewarna, serta lebih hemat juga karena tak perlu lagi membeli bahan herbal.

 

Manfaat Menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA)      

1.    Selalu Tersedia Herbal Segar di Rumah

Tersedia tanaman obat segar di rumah


Dengan menanam sendiri tanaman obat keluarga di rumah, tentunya ketersediaan herbal bisa diperoleh sewaktu-waktu saat diperlukan. Tak perlu repot harus ke pasar atau menunggu pesanan datang dulu untuk mendapatkan herbal yang dibutuhkan. Saat diperlukan, tinggal memetiknya di halaman rumah.

Kondisi tanaman yang baru dipetik juga masih segar, serta kandungan nutrisinya pun masih utuh dan kuat. Dengan begitu khasiat yang diperoleh dari tanaman herbal tersebut akan terasa lebih optimal.   


2.  Sebagai Obat Alami

tanaman obat sebagai obat alami


Tanaman herbal dapat dimanfaatkan sebagai obat alami bagi keluarga. Tanaman ini diketahui memiliki khasiat untuk mengobati dan meringankan berbagai macam penyakit. Penggunaan tanaman herbal sebagai obat alami juga cenderung lebih aman dan memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit, karena terbebas dari campuran bahan kimia berbahaya.

Beberapa di antara tanaman herbal ini bahkan memiliki manfaat multifungsi, misalnya jahe yang bisa digunakan sebagai bumbu dapur, dibuat sebagai minuman kesehatan, serta mengobati penyakit seperti batuk dan gangguan pencernaan.


3.  Menjaga Kesehatan Tubuh

tanaman obat untuk menjaga kesehatan tubuh


Tak hanya bermanfaat sebagai obat, beberapa tanaman TOGA juga bisa dimanfaatkan untuk menjaga kebugaran dan meningkatkan daya tahan tubuh. Tanaman herbal ini bisa diracik menjadi jamu tradisional, yang aman dikonsumsi tiap hari sebagai upaya menjaga kesehatan tubuh.

Contoh minuman jamu yang sering ditemui adalah jamu kunyit asam yang terbuat dari campuran kunyit dan asam. Kedua tanaman ini mengandung senyawa antioksidan, vitamin C, serta senyawa aktif yang bersifat antibakteri, antimikroba, dan anti peradangan. Banyak yang memanfaatkan kunyit asam sebagai minuman penetralisir toksin dalam tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, ada jamu beras kencur, jamu temulawak, wedang jahe, jamu brotowali, dan banyak lagi yang lainnya.  


4.  Sebagai Bumbu dan Pelengkap Makanan

tanaman obat sebagai bumbu dapur


Beberapa tanaman herbal dapat digunakan sebagai bumbu dapur dan pelengkap makanan. Misalnya bawang putih, bawang merah, jahe, kunyit, kencur, daun sereh, daun salam, jeruk nipis, daun seledri, kemangi, dan lain-lain.

Tak hanya menambah aroma dan cita rasa pada masakan, penggunaan tanaman herbal sebagai bumbu dapur juga bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan khasiat dari tanaman tersebut, walaupun khasiat yang diperoleh tak semaksimal saat mengonsumsinya secara mentah (tanpa diolah).


5.  Menjaga Kelestarian Lingkungan

budidaya tanaman obat untuk kelestarian lingkungan


Membudidayakan tanaman, apapun itu, termasuk tanaman obat keluarga, dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kepunahan beberapa jenis tanaman. Saat ini ada beberapa jenis tanaman obat yang mulai langka dan sulit ditemukan, seperti bidara laut, boh gadoeng, gandheli, purwoceng, kedawung, dan banyak lagi yang lainnya.

Kelangkaan beberapa jenis tanaman herbal ini disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan, akibat tingginya permintaan pasar akan tanaman yang memiliki berbagai khasiat tersebut. Sementara itu tak ada kesadaran dan upaya konservasi terhadap tanaman herbal ini. Untuk itulah, dengan membudidayakan tanaman obat di rumah dapat dijadikan sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian tanaman obat dan juga lingkungan.

Selain itu, menanam tanaman obat di rumah juga berfungsi sebagai penghijauan dan memperindah lingkungan. Tanaman yang ditata dengan baik dan rapi tentunya akan terlihat lebih indah dan menarik. Udara di sekitar lingkungan pun menjadi lebih sejuk dan segar.  

 

6.  Menghemat Biaya

menanam tanaman obat keluarga lebih hemat biaya


Mengapa harus mengeluarkan biaya untuk membeli tanaman obat, jika bisa memperolehnya tanpa perlu biaya sepeserpun, dengan cara menanamnya sendiri di rumah. Hasil panennya juga lebih sehat dan organik, karena hasil dari perawatan sendiri. Jadi dengan menanam tanaman obat di rumah akan lebih menghemat biaya pengeluaran.


7.   Sebagai Tambahan Penghasilan

budidaya tanaman obat sebagai tambahan penghasilan


Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Mungkin itulah istilah yang tepat untuk tanaman obat keluarga atau TOGA ini. Tak hanya berguna sebagai bumbu dapur, obat dan bahan alami untuk menjaga kesehatan keluarga, tanaman obat ini juga bisa dijadikan sebagai ladang bisnis.

Dengan menanam serta membudidayakan tanaman obat di rumah, hasilnya dapat digunakan sendiri dan juga dijual ke pasaran. Apalagi saat ini lagi tren back to nature di tengah masyarakat. Untuk diketahui, sejak pandemi, kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup sehat mulai meningkat. Sehingga permintaan akan persediaan bahan-bahan alami, termasuk tanaman obat juga ikut meningkat. Dengan memanfaatkan kesempatan ini, bisa dijadikan peluang untuk menambah penghasilan dan meningkatkan perekonomian keluarga.    

Sayangnya, kesadaran masyarakat akan berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari tanaman TOGA masih cukup rendah. Padahal beberapa tanaman TOGA tersebut dapat tumbuh dengan mudah tanpa perlu perlakuan khusus. Misalnya sereh, jahe, kunyit, dan lidah buaya.  

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa masih sedikit masyarakat yang menanam tanaman obat keluarga ini, di antaranya masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TOGA, belum mengetahui bagaimana cara membudidayakan TOGA, terbatasnya lahan atau media tanam, serta kurangnya jenis dan jumlah bibit TOGA di daerah tersebut.

 

Pembudidayaan Tanaman TOGA di Bali

Terlepas dari berbagai hal yang menjadi penyebab masih minimnya masyarakat yang menanam tanaman TOGA, sebenarnya masih ada jalan keluar untuk mengatasinya, selama ada satu orang saja yang mau bergerak dan aktif untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Semuanya tergantung pada niat, kemauan, dan komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan, khususnya tanaman TOGA. Sikap inilah yang terlihat pada sosok pemuda asal Bali bernama lengkap Gede Praja Mahardika Sujana Putra. Kecintaan Praja pada lingkungan membuatnya tergerak untuk mengedukasi masyarakat sekitarnya untuk membudidayakan dan melestarikan tanaman obat.

Gede Praja Mahardika Sujana Putra Pembudidaya tanaman obat keluarga di bali
Praja (kanan) mengajak masyarakat sekitar untuk membudidayakan
tanaman obat keluarga yang memiliki berbagai manfaat

Pemuda yang saat ini genap berusia 34 tahun ini memang merupakan aktivis lingkungan. Ia dan dua orang sahabatnya, Made Agoes Janardana dan Gede Bakti Pratama bahkan mendirikan komunitas Sahabat Bumi Bali di tahun 2006. Mendapat dukungan dari pemerintah pusat, di tahun 2019 akhirnya komunitas ini resmi menjadi yayasan yang berbadan hukum.

Praja mendirikan Yayasan Sahabat Bumi Bali
Praja bersama dua sahabatnya mendirikan Yayasan Sahabat Bumi Bali
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan

Melalui Yayasan Sahabat Bumi Bali ini, Praja kemudian memberikan penyuluhan mengenai manfaat, cara mengolah, serta mengembangkan dan membudidayakan tanaman obat pada masyarakat dan juga ke sekolah-sekolah.

Praja sendiri mengaku, ia baru menyadari tentang kebermanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) setelah rajin membaca salah satu majalah tanaman. Sebagai penyuluh kesehatan sekaligus aktivis lingkungan, hatinya pun tergerak untuk mengembangkan tanaman TOGA di daerahnya. Apalagi ia melihat, masyarakat sekitar tempat tinggalnya, yakni di Desa Babakan, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali masih banyak yang belum tahu manfaat tanaman TOGA.

Praja memberikan penyuluhan mengenai manfaat tanaman obat keluarga ke sekolah
Praja memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah mengenai kebermanfaatan
tanaman obat keluarga (TOGA)

“Masyarakat masih banyak yang belum paham dengan kegunaan tanaman obat keluarga. Mereka tahunya tanaman tersebut hanya digunakan untuk memasak,” ungkap Praja, dikutip dari bali.tribunnews.com.     

Praja pun rajin memberikan penjelasan pada masyarakat tentang manfaat tanaman obat keluarga, mengapa harus mengembangkan dan membudidayakannya, serta bagaimana cara sederhana mengolah tanaman obat tersebut dengan cara yang benar. Tak lupa ia juga menyampaikan bahwa selain berguna untuk kesehatan, tanaman obat keluarga juga bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan.

berbagai manfaat tanaman obat keluarga
Tanaman obat keluarga berpotensi untuk menambah penghasilan masyarakat 

Praja pun mengajarkan bagaimana caranya menanam tanaman TOGA menggunakan teknik vertikultur atau bertingkat. Metode ini cocok digunakan untuk daerah dengan lahan yang sempit atau lahan terbatas. Misalnya menanam buah lengkeng, jambu, dan sirsak. Lalu di bawahnya ditanami kunyit, jahe, kencur, sereh, ubi ungu, dan lain sebagainya. Bahkan bisa juga ditanami dengan tanaman langka di Bali, seperti cabe hutan.

Sejak itu sudah banyak masyarakat di Desa Babakan yang sadar dan paham, serta mulai menanam tanaman TOGA di halaman rumah mereka.  Sekarang hampir di setiap rumah terdapat sekitar 20-an jenis tanaman obat. Selain melakukan pembinaan di Desa Babakan Sambangan, Yayasan Sahabat Bumi Bali juga melakukan pembinaan di Tukad Bindu, Denpasar dan di beberapa sekolah.   

menanam tanaman obat keluarga di lahan terbatas
Praja memanfaatkan berbagai teknik dan media tanam untuk membudidayakan
tanaman obat keluarga

Tanaman obat keluarga dapat ditanam di lingkungan rumah, di kebun, ladang, bahkan di lahan terbatas sekalipun. Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari tanaman TOGA. Salah satunya adalah sebagai pertolongan pertama saat sakit, terutama bagi keluarga yang sulit mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan.

 

Pembudidaya Tanaman TOGA Itu Raih Penghargaan

Siapa sangka upaya Praja mengedukasi dan mengajak masyarakat sekitar untuk membudidayakan tanaman obat keluarga tersebut berbuah manis. Segala kebermanfaatan yang diperoleh dari budidaya tanaman TOGA tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Tahun 2019, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) memberikan penghargaan pada Praja sebagai Pemuda Peduli Lingkungan Asri dan Bersih.

Tak itu saja, di tahun 2023, Grup Astra ikut memberikan penghargaannya kepada Praja. Nama Gede Praja Mahardika Sujana Putra tertera sebagai penerima Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023 untuk Kategori Individu di Bidang Kesehatan, karena upayanya dalam mengembangkan potensi ekonomi lokal dengan pengolahan tanaman obat serta pelestarian pangan.

Praja raih Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023
Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023

SATU Indonesia Awards diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi Astra kepada anak bangsa yang telah berkontribusi dalam mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan, baik di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.

Semangat Praja untuk membudidayakan tanaman obat, mengembangkan perekonomian lokal, serta pelestarian pangan di daerahnya selaras dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia atau SATU Indonesia, yang menjadi langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif, serta memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan karya terpadu dalam produk dan layanan karya anak bangsa, Insan Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Tahun ini Astra kembali mengajak anak bangsa untuk berkontribusi dan berperan aktif demi keberlangsungan masa depan bangsa, dengan menggelar Apresiasi 15th SATU Indonesia Awards 2024, dengan mengusung tema “Bersama, Berkarya, Berkelanjutan”. Yakinlah masih banyak pemuda Praja lainnya di luar sana, yang juga layak mendapatkan apresiasi masyarakat dan juga Astra. Yuk, semangat! Demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

 

Referensi:

Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023, Canva, akun Instagram @prajamahardika, bali.tribunnews.com, halodoc.com, pkh.fkkmk.ugm.ac.id, detik.com, panda.id, kompas.com, radioidola.com, desatepus.gunungkidulkab.go.id, cnnindonesia.com, ugm.ac.id, idxchannel.com

  • Share:

You Might Also Like

0 comments