Pembudidaya Tanaman Obat Keluarga di Bali
Tanaman obat keluarga atau disingkat TOGA, merupakan jenis tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, yang dibudidayakan di rumah dan dikelola oleh keluarga. Ada banyak jenis TOGA. Namun yang sering ditanam di pekarangan rumah adalah jahe, kunyit, lengkuas, kencur, temulawak, sereh, daun salam, kemangi, sirih, meniran, seledri, lidah buaya, dan tanaman lainnya, yang kebanyakan dimanfaatkan sebagai bumbu dapur.
Tanaman obat atau tanaman herbal ini tak
hanya berguna sebagai bumbu dapur dan pelengkap makanan saja, namun juga dapat
dimanfaatkan sebagai obat alami, menjaga kesehatan tubuh, serta dapat juga digunakan
sebagai tanaman penghias rumah dan penghijau lingkungan, yang dapat memberikan
kesan sejuk dan segar pada rumah.
Walaupun sekarang sudah tersedia berbagai
jenis ekstrak tanaman herbal dalam bentuk kemasan, yang dapat disimpan lama dan
cara penggunaannya lebih praktis, namun akan lebih baik lagi jika menanam
sendiri tanaman obat keluarga di rumah, karena bisa langsung didapatkan saat
diperlukan, bahannya lebih segar, lebih aman dan sehat karena tidak ada bahan
tambahan lain seperti pengawet dan pewarna, serta lebih hemat juga karena tak
perlu lagi membeli bahan herbal.
Manfaat Menanam Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
1. Selalu Tersedia
Herbal Segar di Rumah
Dengan menanam
sendiri tanaman obat keluarga di rumah, tentunya ketersediaan herbal bisa diperoleh
sewaktu-waktu saat diperlukan. Tak perlu repot harus ke pasar atau menunggu
pesanan datang dulu untuk mendapatkan herbal yang dibutuhkan. Saat diperlukan,
tinggal memetiknya di halaman rumah.
Kondisi tanaman yang baru dipetik juga masih segar, serta kandungan nutrisinya pun masih utuh dan kuat. Dengan begitu khasiat yang diperoleh dari tanaman herbal tersebut akan terasa lebih optimal.
2. Sebagai
Obat Alami
Tanaman herbal
dapat dimanfaatkan sebagai obat alami bagi keluarga. Tanaman ini diketahui memiliki
khasiat untuk mengobati dan meringankan berbagai macam penyakit. Penggunaan tanaman
herbal sebagai obat alami juga cenderung lebih aman dan memiliki efek samping
yang relatif lebih sedikit, karena terbebas dari campuran bahan kimia berbahaya.
Beberapa di antara tanaman herbal ini bahkan memiliki manfaat multifungsi, misalnya jahe yang bisa digunakan sebagai bumbu dapur, dibuat sebagai minuman kesehatan, serta mengobati penyakit seperti batuk dan gangguan pencernaan.
3. Menjaga
Kesehatan Tubuh
Tak hanya bermanfaat
sebagai obat, beberapa tanaman TOGA juga bisa dimanfaatkan untuk menjaga kebugaran
dan meningkatkan daya tahan tubuh. Tanaman herbal ini bisa diracik menjadi jamu
tradisional, yang aman dikonsumsi tiap hari sebagai upaya menjaga kesehatan
tubuh.
Contoh minuman jamu
yang sering ditemui adalah jamu kunyit asam yang terbuat dari campuran kunyit
dan asam. Kedua tanaman ini mengandung senyawa antioksidan, vitamin C, serta
senyawa aktif yang bersifat antibakteri, antimikroba, dan anti peradangan. Banyak
yang memanfaatkan kunyit asam sebagai minuman penetralisir toksin dalam tubuh
dan meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, ada jamu beras kencur, jamu
temulawak, wedang jahe, jamu brotowali, dan banyak lagi yang lainnya.
4. Sebagai Bumbu
dan Pelengkap Makanan
Beberapa tanaman
herbal dapat digunakan sebagai bumbu dapur dan pelengkap makanan. Misalnya bawang
putih, bawang merah, jahe, kunyit, kencur, daun sereh, daun salam, jeruk nipis,
daun seledri, kemangi, dan lain-lain.
Tak hanya menambah
aroma dan cita rasa pada masakan, penggunaan tanaman herbal sebagai bumbu dapur
juga bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan khasiat dari tanaman tersebut, walaupun
khasiat yang diperoleh tak semaksimal saat mengonsumsinya secara mentah (tanpa
diolah).
5. Menjaga
Kelestarian Lingkungan
Membudidayakan
tanaman, apapun itu, termasuk tanaman obat keluarga, dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kepunahan beberapa jenis tanaman. Saat ini ada beberapa jenis
tanaman obat yang mulai langka dan sulit ditemukan, seperti bidara laut, boh
gadoeng, gandheli, purwoceng, kedawung, dan banyak lagi yang lainnya.
Kelangkaan beberapa
jenis tanaman herbal ini disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan, akibat
tingginya permintaan pasar akan tanaman yang memiliki berbagai khasiat tersebut.
Sementara itu tak ada kesadaran dan upaya konservasi terhadap tanaman herbal
ini. Untuk itulah, dengan membudidayakan tanaman obat di rumah dapat dijadikan
sebagai salah satu upaya menjaga kelestarian tanaman obat dan juga lingkungan.
Selain itu,
menanam tanaman obat di rumah juga berfungsi sebagai penghijauan dan
memperindah lingkungan. Tanaman yang ditata dengan baik dan rapi tentunya akan
terlihat lebih indah dan menarik. Udara di sekitar lingkungan pun menjadi lebih
sejuk dan segar.
6. Menghemat
Biaya
Mengapa harus mengeluarkan
biaya untuk membeli tanaman obat, jika bisa memperolehnya tanpa perlu biaya
sepeserpun, dengan cara menanamnya sendiri di rumah. Hasil panennya juga lebih sehat
dan organik, karena hasil dari perawatan sendiri. Jadi dengan menanam tanaman
obat di rumah akan lebih menghemat biaya pengeluaran.
7. Sebagai Tambahan
Penghasilan
Sekali merengkuh
dayung, dua tiga pulau terlampaui. Mungkin itulah istilah yang tepat untuk
tanaman obat keluarga atau TOGA ini. Tak hanya berguna sebagai bumbu dapur, obat
dan bahan alami untuk menjaga kesehatan keluarga, tanaman obat ini juga bisa
dijadikan sebagai ladang bisnis.
Dengan menanam
serta membudidayakan tanaman obat di rumah, hasilnya dapat digunakan sendiri
dan juga dijual ke pasaran. Apalagi saat ini lagi tren back to nature di
tengah masyarakat. Untuk diketahui, sejak pandemi, kesadaran masyarakat untuk menjalani
pola hidup sehat mulai meningkat. Sehingga permintaan akan persediaan
bahan-bahan alami, termasuk tanaman obat juga ikut meningkat. Dengan
memanfaatkan kesempatan ini, bisa dijadikan peluang untuk menambah penghasilan
dan meningkatkan perekonomian keluarga.
Sayangnya, kesadaran masyarakat akan berbagai
manfaat yang bisa diperoleh dari tanaman TOGA masih cukup rendah. Padahal
beberapa tanaman TOGA tersebut dapat tumbuh dengan mudah tanpa perlu perlakuan
khusus. Misalnya sereh, jahe, kunyit, dan lidah buaya.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab
mengapa masih sedikit masyarakat yang menanam tanaman obat keluarga ini, di
antaranya masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TOGA, belum mengetahui
bagaimana cara membudidayakan TOGA, terbatasnya lahan atau media tanam, serta
kurangnya jenis dan jumlah bibit TOGA di daerah tersebut.
Pembudidayaan Tanaman TOGA di Bali
Terlepas dari berbagai hal yang menjadi
penyebab masih minimnya masyarakat yang menanam tanaman TOGA, sebenarnya masih ada
jalan keluar untuk mengatasinya, selama ada satu orang saja yang mau bergerak dan
aktif untuk memberikan edukasi pada masyarakat. Semuanya tergantung pada niat,
kemauan, dan komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan, khususnya tanaman
TOGA. Sikap inilah yang terlihat pada sosok pemuda asal Bali bernama lengkap
Gede Praja Mahardika Sujana Putra. Kecintaan Praja pada lingkungan membuatnya
tergerak untuk mengedukasi masyarakat sekitarnya untuk membudidayakan dan
melestarikan tanaman obat.
Praja (kanan) mengajak masyarakat sekitar untuk membudidayakan tanaman obat keluarga yang memiliki berbagai manfaat |
Pemuda yang saat ini genap berusia 34
tahun ini memang merupakan aktivis lingkungan. Ia dan dua orang sahabatnya,
Made Agoes Janardana dan Gede Bakti Pratama bahkan mendirikan komunitas Sahabat
Bumi Bali di tahun 2006. Mendapat dukungan dari pemerintah pusat, di tahun 2019 akhirnya komunitas ini resmi menjadi yayasan yang berbadan hukum.
Praja bersama dua sahabatnya mendirikan Yayasan Sahabat Bumi Bali sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan |
Melalui Yayasan Sahabat Bumi Bali ini,
Praja kemudian memberikan penyuluhan mengenai manfaat, cara mengolah, serta mengembangkan
dan membudidayakan tanaman obat pada masyarakat dan juga ke sekolah-sekolah.
Praja sendiri mengaku, ia baru menyadari
tentang kebermanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) setelah rajin membaca salah
satu majalah tanaman. Sebagai penyuluh kesehatan sekaligus aktivis lingkungan, hatinya
pun tergerak untuk mengembangkan tanaman TOGA di daerahnya. Apalagi ia melihat,
masyarakat sekitar tempat tinggalnya, yakni di Desa Babakan, Kecamatan
Sukasada, Buleleng, Bali masih banyak yang belum tahu manfaat tanaman TOGA.
Praja memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah mengenai kebermanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA) |
“Masyarakat masih banyak yang belum paham
dengan kegunaan tanaman obat keluarga. Mereka tahunya tanaman tersebut hanya
digunakan untuk memasak,” ungkap Praja, dikutip dari bali.tribunnews.com.
Praja pun rajin memberikan penjelasan pada
masyarakat tentang manfaat tanaman obat keluarga, mengapa harus mengembangkan
dan membudidayakannya, serta bagaimana cara sederhana mengolah tanaman obat tersebut
dengan cara yang benar. Tak lupa ia juga menyampaikan bahwa selain berguna
untuk kesehatan, tanaman obat keluarga juga bisa dimanfaatkan untuk menambah
penghasilan.
Tanaman obat keluarga berpotensi untuk menambah penghasilan masyarakat |
Praja pun mengajarkan bagaimana caranya
menanam tanaman TOGA menggunakan teknik vertikultur atau bertingkat. Metode ini
cocok digunakan untuk daerah dengan lahan yang sempit atau lahan terbatas.
Misalnya menanam buah lengkeng, jambu, dan sirsak. Lalu di bawahnya ditanami
kunyit, jahe, kencur, sereh, ubi ungu, dan lain sebagainya. Bahkan bisa juga ditanami
dengan tanaman langka di Bali, seperti cabe hutan.
Sejak itu sudah banyak masyarakat di Desa
Babakan yang sadar dan paham, serta mulai menanam tanaman TOGA di halaman rumah
mereka. Sekarang hampir di setiap rumah
terdapat sekitar 20-an jenis tanaman obat. Selain melakukan pembinaan di Desa
Babakan Sambangan, Yayasan Sahabat Bumi Bali juga melakukan pembinaan di Tukad
Bindu, Denpasar dan di beberapa sekolah.
Praja memanfaatkan berbagai teknik dan media tanam untuk membudidayakan tanaman obat keluarga |
Tanaman obat keluarga dapat ditanam di
lingkungan rumah, di kebun, ladang, bahkan di lahan terbatas sekalipun. Banyak
manfaat yang bisa diperoleh dari tanaman TOGA. Salah satunya adalah sebagai
pertolongan pertama saat sakit, terutama bagi keluarga yang sulit mendapatkan
akses ke fasilitas kesehatan.
Pembudidaya Tanaman TOGA Itu Raih Penghargaan
Siapa sangka upaya Praja mengedukasi dan
mengajak masyarakat sekitar untuk membudidayakan tanaman obat keluarga tersebut
berbuah manis. Segala kebermanfaatan yang diperoleh dari budidaya tanaman TOGA
tersebut mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Tahun 2019, Kementerian
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) memberikan penghargaan
pada Praja sebagai Pemuda Peduli Lingkungan Asri dan Bersih.
Tak itu saja, di tahun 2023, Grup Astra ikut
memberikan penghargaannya kepada Praja. Nama Gede Praja Mahardika Sujana Putra
tertera sebagai penerima Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023 untuk
Kategori Individu di Bidang Kesehatan, karena upayanya dalam mengembangkan
potensi ekonomi lokal dengan pengolahan tanaman obat serta pelestarian pangan.
Apresiasi 14th SATU Indonesia Awards 2023 |
SATU Indonesia Awards diselenggarakan
sebagai bentuk apresiasi Astra kepada anak bangsa yang telah berkontribusi
dalam mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan, baik di bidang Kesehatan,
Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori
kelompok yang mewakili kelima bidang tersebut.
Semangat Praja untuk membudidayakan
tanaman obat, mengembangkan perekonomian lokal, serta pelestarian pangan di
daerahnya selaras dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia atau SATU
Indonesia, yang menjadi langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif, serta
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui
karsa, cipta, dan karya terpadu dalam produk dan layanan karya anak bangsa,
Insan Astra yang unggul, serta kontribusi sosial yang berkelanjutan untuk
memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Tahun ini Astra kembali mengajak anak
bangsa untuk berkontribusi dan berperan aktif demi keberlangsungan masa depan
bangsa, dengan menggelar Apresiasi 15th SATU Indonesia Awards 2024, dengan
mengusung tema “Bersama, Berkarya, Berkelanjutan”. Yakinlah masih banyak pemuda
Praja lainnya di luar sana, yang juga layak mendapatkan apresiasi masyarakat
dan juga Astra. Yuk, semangat! Demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.
Referensi:
Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima
Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023, Canva, akun Instagram @prajamahardika, bali.tribunnews.com,
halodoc.com, pkh.fkkmk.ugm.ac.id, detik.com, panda.id, kompas.com, radioidola.com,
desatepus.gunungkidulkab.go.id, cnnindonesia.com, ugm.ac.id, idxchannel.com
0 comments