Pradipta Suarsyaf, Si Pejuang bagi ODGJ di Riau

By Dewi Sulistiawaty - Oktober 15, 2024

 Kesehatan Jiwa dan Mental

“Embaaak! Aku nggak ada duit, Mbak”.

Aku langsung mengarahkan pandangan ke sumber suara yang sepertinya sudah sangat familiar itu.

“Entar ya, abis dari belanja sayur,” balasku.

“Iya, Mbak,” sahutnya sambil nyengir.

“Adikku nakal, Mbak,” lanjutnya lagi. Raut mukanya langsung berubah kusut seperti orang yang lagi kesal.

“Nakal kenapa adiknya?” tanyaku, sambil menghentikan langkah.

“Dia ambil duit mamak. Mamak jadinya marah-marah terus. Aku berantem sama adikku. Adik nakal,” gerutunya.

“Yah, dibilangin sama adiknya, gak boleh nakal ya,” ujarku sambil tersenyum ke arahnya.

“Iya, Mbak,” balasnya dengan wajah ditekuk.

Aku pun beranjak menjauh dari gadis yang mengajakku ngobrol tadi. Niatku memang mau ke tukang sayur yang setiap pagi mangkal di pinggir lapangan dekat rumah. Hampir setiap keluar dari rumah aku bertemu dengan gadis tersebut. Pagi-pagi ia suka nongkrong di teras mushola samping rumah.

Gadis tersebut biasa dipanggil ‘Nduk’ (genduk dalam bahasa Jawa yang artinya anak perempuan) oleh warga sekitar sini. Usianya sekitar 25 tahunan, dengan rambut lurus yang dipotong pendek ala ‘Demi Moore’. Perawakannya pendek berisi, mata belok, dengan warna kulit kuning langsat. Kemana-mana ia selalu berpakaian rapi, lengkap dengan lipstik, dan rambut basah yang disisir ke belakang, serta sepatu flat berwarna hitam yang selalu menghiasi kaki gempalnya. Shoulder bag berukuran sedang pun ikut menemaninya kemana-mana.

Dulu pertama kali pindah ke daerah sini, aku sedikit kaget dengan polah si Nduk ini. Tiba-tiba saja tanpa ada ba bi bu ia mengajakku ngobrol dan meminta uang. Walau tak memaksa, tapi tetap saja aku terkejut. Dilihat sekilas ia nampak normal seperti orang pada umumnya. Namun setelah ngobrol dengan ibu-ibu sini, tepatnya ketika berkumpul dengan para ibu di tukang sayur, akhirnya aku tahu, kalau si Nduk ini sedikit mengalami gangguan jiwa. Nggak terlalu parah sebenarnya, karena ia masih bisa diajak ngobrol, dan nyambung saat ditanya.

Yang sedikit parah yang laki-laki. Usianya hampir sama dengan si Nduk. Perawakannya kecil kurus, kulit berwarna gelap, dan suka bersendal jepit ria kemana-mana. Matanya sedikit tajam dan liar memandangi sekitar, serta bergerak cukup cepat saat berjalan. Untungnya dia cuma meminta ke orang-orang yang sudah dikenalnya, termasuk ke ibu penjual sayur, yang rajin memberinya kue atau sekedar uang receh.

Aku diberitahu oleh ibu penjual sayur agar sedikit berhati-hati dengan yang laki-laki ini. Walau jarang terjadi, namun kalau sedang kumat, ia bisa cukup mengganggu. Beda dengan si Nduk, yang seringnya marah sambil ngomel-ngomel kalau ia merasa ada yang meledek dan mengganggunya. Biasanya ia akan mengadu pada orang yang dikenalnya jika ada yang nakal padanya.

 

Pentingnya Mengenal Kesehatan Jiwa

Kesehatan Jiwa dan Gangguan Mental

Dikutip dari UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, tertulis bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut mampu menyadari kemampuan dirinya sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi positif untuk komunitasnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan atau masalah pada kesehatan jiwa, di antaranya faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial budaya, dan faktor lingkungan. Faktor biologis bisa terjadi karena adanya gangguan pada fungsi otak, sistem endokrin, sensorik, genetik, dan faktor ibu selama masa kehamilan. 

Sementara faktor psikologis meliputi pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan dalam hidup. Untuk faktor sosial budaya terkait dengan interaksi sosial, stratifikasi sosial, keluarga, perubahan sosial, serta sosial budaya itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan berupa tekanan dari lingkungan sekitar, dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif.

Bicara mengenai kesehatan jiwa atau kesehatan mental itu tak melulu mengenai orang yang mengalami gangguan kejiwaan dengan depresi berat, tapi juga meliputi gangguan kecemasan, stres, ketidakmampuan mengontrol keinginan, OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), bipolar, skizofrenia, gangguan mood, hingga gangguan makan pun termasuk bagian dari masalah kesehatan jiwa.

Sayangnya, angka penderita gangguan jiwa atau mental di negara kita terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Data dari Kemenkes RI menyebutkan bahwa sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan mental. Ini menjadikan status Indonesia darurat kesehatan jiwa.

Ada tiga masalah yang menjadi dasar masih tingginya gangguan mental di Indonesia, yaitu stigma masyarakat terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa, lingkungan yang tidak ramah kesehatan jiwa, hingga fenomena self-diagnosis yang banyak dilakukan kelompok remaja.

Sebenarnya masalah kesehatan jiwa ini dapat dicegah sejak dini, dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa ke fasilitas kesehatan terdekat, atau bisa juga secara mandiri dengan melakukan skrining kesehatan jiwa online dan gratis melalui website terpercaya, seperti website Kemenkes RI di simkeswa.kemkes.go.id/form_skrining. 

Namun sayang, tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan jiwa masih sangat rendah. Selain stigma negatif masyarakat terhadap orang yang mengalami masalah kejiwaan, juga karena adanya perasaan malu untuk melakukan pemeriksaan, merasa diri sehat-sehat saja, hingga enggan tanpa alasan untuk melakukan pemeriksaan.

Padahal pemeriksaan fisik secara menyeluruh (medical check-up) sama pentingnya dan harus diimbangi juga dengan pemeriksaan kesehatan jiwa. Hal ini penting sebagai langkah preventif agar terhindar dari penyakit atau masalah yang lebih besar lagi, yang tentunya membutuhkan penanganan yang lebih serius, dengan biaya yang tak sedikit.  

 

Pejuang bagi ODGJ di Riau

Bagi kamu yang sering nonton siaran televisi atau video di YouTube, mungkin pernah mendengar tentang Pratiwi Noviyanthi atau yang kerap disapa Novi. Ia adalah mantan pramugari yang banting setir jadi YouTuber, dan kemudian viral karena aksinya menolong para ODGJ yang ditemuinya di jalan.

dr pradipta suarsyaf rs lancang kuning riau
dr. Pradipta Suarsyaf, Si Pejuang bagi ODGJ di Riau

Ternyata selain Novi, masih ada segelintir orang lainnya yang peduli akan nasib ODGJ. Orang tersebut adalah dr. Pradipta Suarsyaf, seorang tenaga kesehatan yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama di Rumah Sakit Mata Achmad Wardi BWI-DD, Serang, Banten. Kisahnya memang tak seviral Novi, namun dedikasinya untuk memperjuangkan nasib ODGJ patut mendapatkan apresiasi.

Sebelum pindah ke Rumah Sakit Mata di Banten, dr. Pradipta pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Lancang Kuning di Pekanbaru, Riau. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum milik swasta (Yayasan Soebrantas, milik gubernur Riau saat itu) yang letaknya berdampingan dengan RSUD Arifin Achmad.

RS Lancang Kuning Dompet Dhuafa Riau
RS Lancang Kuning di Pekanbaru, Riau

Dulunya RS Lancang Kuning ini bernama Paviliun Lancang Kuning, yang menawarkan fasilitas kesehatan elit di tengah keterbatasan fasilitas RSUD di sana. Namanya baru berubah menjadi rumah sakit sejak lokasinya dipindahkan di tahun 2005. Walaupun merupakan rumah sakit umum, namun sejak awal berdirinya, yakni tahun 1997, RS Lancang Kuning sudah menerima cukup banyak pasien dengan masalah kejiwaan.

Dari yang awalnya hanya menerima pasien kejiwaan dengan rawat jalan, akhirnya diputuskan untuk menyediakan layanan rawat inap juga. Dari 20 tempat tidur, sekarang bertambah menjadi 50 tempat tidur yang khusus diperuntukkan bagi pasien kejiwaan dari total 105 tempat tidur yang tersedia di rumah sakit tersebut.

Banyaknya jumlah kasus, dengan minimnya tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang bisa memberikan layanan bagi orang yang mengalami masalah kesehatan jiwa menjadi salah satu faktor mengapa persoalan gangguan kejiwaan di Indonesia masih cukup tinggi. Keberadaan RS Lancang Kuning sedikit banyak telah membantu mengurangi permasalahan tersebut.

Sejak manajemen RS Lancang Kuning diambil alih oleh Dompet Dhuafa, cakupan layanan untuk pasien dengan masalah kejiwaan makin meluas hingga ke masyarakat ekonomi lemah dan kaum dhuafa. Hal ini menjadi dilema tersendiri bagi RS Lancang Kuning, karena terbatasnya tempat tidur, sementara pasien yang antri terus bertambah.

ODGJ Asuh di RS Lancang Kuning Riau
Pasien ODGJ di RS Lancang Kuning

Beberapa pasien bahkan tidak bisa kembali pada keluarganya dengan berbagai alasan. Ada yang keluarganya tidak mau menerima kembali si pasien dan memang sengaja ‘membuangnya’, dan ada pula yang atas keinginan pasien itu sendiri, yang meminta untuk tidak dipulangkan, karena merasa kehadirannya tidak akan diterima di lingkungan tempat tinggalnya dan hanya akan menjadi ‘sampah’ nantinya di luar sana. Sedangkan sisanya masih belum diketahui asal usulnya.

Kondisi ini tentunya membuat RS Lancang Kuning Dompet Dhuafa bekerja keras untuk mencari donatur dalam upaya menanggulangi biaya perawatan beberapa pasien yang masih belum bisa dipulangkan tersebut. Di bawah kepemimpinan dr. Pradipta, RS Lancang Kuning DD akhirnya menginisiasi hadirnya Program ODGJ Asuh.

ODGJ Asuh adalah upaya RS Lancang Kuning DD dalam memberikan layanan kesehatan jiwa, sehingga pasien ODGJ di wilayah Riau bisa mendapatkan akses layanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan berpihak pada kaum marjinal.

Dengan program ODGJ Asuh, RS Lancang Kuning DD melakukan kerjasama dengan berbagai pihak berdasarkan skema aktif dan pastisipasif, di antaranya dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD dan RSUS, Puskesmas terkait, serta berkolaborasi dengan berbagai lembaga filantropi.

RS Lancang Kuning berkolaborasi untuk program ODGJ Asuh
RS Lancang Kuning berkolaborasi dengan berbagai pihak

Pelayanan yang diberikan dalam Program ODGJ Asuh ini tak hanya di mulai sejak pasien datang ke rumah sakit saja, namun di mulai dari pre-hospital, hospital, hingga post-hospital. Ini karena ada dua tujuan utama dari kehadiran Program ODGJ Asuh tersebut, yakni pengentasan masalah pasien ODGJ terkait permasalahan sosial dan juga permasalahan ekonominya. DIharapkan dengan program ini, pasien tak akan menjadi beban bagi keluarganya saat dipulangkan nanti.

 “Saya berkomitmen terhadap inovasi dan kolaborasi berkelanjutan, dan percaya bahwa ini adalah pilar layanan kesehatan transformatif. Misi saya adalah menciptakan dampak sosial jangka panjang dengan mengembangkan sistem layanan kesehatan berkelanjutan yang meningkatkan taraf hidup, baik di Indonesia maupun secara global. Melalui kepemimpinan strategis, saya bertujuan untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi masa depan layanan kesehatan dan ketahanan nasional.” – dr. Pradipta Suarsyah

     

Apresiasi untuk Si Pejuang bagi ODGJ  

Komitmen serta perjuangan dr. Pradipta bersama RS Lancang Kuning DD yang dipimpinnya dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa yang terpadu melalui inisiatif Program ODGJ Asuh tentunya telah membantu setiap individu yang mengalami gangguan kejiwaan untuk bangkit dan mandiri.

Dukungan yang diberikan secara komprehensif terhadap pasien ODGJ di Riau telah membawa RS Lancang Kuning DD dan dr. Pradipta ke sebuah ajang penghargaan bergengsi, yaitu SATU Indonesia Awards 2023 untuk kategori Individu di bidang Kesehatan. Sebuah apresiasi yang memang patut diberikan untuk rumah sakit, dr. Pradipta beserta jajarannya. Selamat ya!

dr Pradipta Suarsyah Apresiasi SATU Indonesia Awards
Gelaran penghargaan bergengsi Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023

For your information, SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.

Sejak tahun 2010, Astra rutin menggelar ajang penghargaan ini, dan setiap tahunnya selalu mengusung tema yang berbeda-beda. Tahun ini dengan tema Bersama, Berkarya, Berkelanjutan, Astra ingin mengajak seluruh anak bangsa untuk menyebarkan beragam karya dan berkontribusi positif demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.

Semangat dr. Pradipta dalam memberikan layanan secara menyeluruh kepada penderita ODGJ di Riau sesuai dengan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia atau SATU Indonesia, yang menjadi langkah nyata Grup Astra untuk berperan aktif, serta memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia. Semoga semangat ini bisa menular pada insan lainnya ya. dan juga menjadi inspirasi untuk bisa berbuat lebih bagi sesama.


Referensi:

Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023, akun Instagram @dipsuarsyaf, linkedin.com/in/pradiptasuarsyaf, riaupos.jawapos.com, rsmataachmadwardi.com, republika.co.id, medialokal.co, smarttourism.pekanbaru.go.id, idxchannel.com, dan riaureview.com. 


  • Share:

You Might Also Like

0 comments