Pradipta Suarsyaf, Si Pejuang bagi ODGJ di Riau
“Embaaak! Aku nggak ada duit, Mbak”.
“Entar ya, abis dari belanja sayur,”
balasku.
“Iya, Mbak,” sahutnya sambil nyengir.
“Adikku nakal, Mbak,” lanjutnya lagi.
Raut mukanya langsung berubah kusut seperti orang yang lagi kesal.
“Nakal kenapa adiknya?” tanyaku, sambil
menghentikan langkah.
“Dia ambil duit mamak. Mamak jadinya
marah-marah terus. Aku berantem sama adikku. Adik nakal,” gerutunya.
“Yah, dibilangin sama adiknya, gak boleh
nakal ya,” ujarku sambil tersenyum ke arahnya.
“Iya, Mbak,” balasnya dengan wajah ditekuk.
Aku pun beranjak menjauh dari gadis yang
mengajakku ngobrol tadi. Niatku memang mau ke tukang sayur yang setiap pagi
mangkal di pinggir lapangan dekat rumah. Hampir setiap keluar dari rumah aku bertemu
dengan gadis tersebut. Pagi-pagi ia suka nongkrong di teras mushola samping
rumah.
Gadis tersebut biasa dipanggil ‘Nduk’
(genduk dalam bahasa Jawa yang artinya anak perempuan) oleh warga sekitar sini.
Usianya sekitar 25 tahunan, dengan rambut lurus yang dipotong pendek ala ‘Demi
Moore’. Perawakannya pendek berisi, mata belok, dengan warna kulit kuning
langsat. Kemana-mana ia selalu berpakaian rapi, lengkap dengan lipstik, dan rambut
basah yang disisir ke belakang, serta sepatu flat berwarna hitam yang selalu menghiasi
kaki gempalnya. Shoulder bag berukuran sedang pun ikut menemaninya kemana-mana.
Dulu pertama kali pindah ke daerah sini,
aku sedikit kaget dengan polah si Nduk ini. Tiba-tiba saja tanpa ada ba bi
bu ia mengajakku ngobrol dan meminta uang. Walau tak memaksa, tapi tetap
saja aku terkejut. Dilihat sekilas ia nampak normal seperti orang pada umumnya.
Namun setelah ngobrol dengan ibu-ibu sini, tepatnya ketika berkumpul dengan
para ibu di tukang sayur, akhirnya aku tahu, kalau si Nduk ini sedikit
mengalami gangguan jiwa. Nggak terlalu parah sebenarnya, karena ia masih bisa diajak
ngobrol, dan nyambung saat ditanya.
Yang sedikit parah yang laki-laki.
Usianya hampir sama dengan si Nduk. Perawakannya kecil kurus, kulit berwarna
gelap, dan suka bersendal jepit ria kemana-mana. Matanya sedikit tajam dan liar
memandangi sekitar, serta bergerak cukup cepat saat berjalan. Untungnya dia cuma
meminta ke orang-orang yang sudah dikenalnya, termasuk ke ibu penjual sayur,
yang rajin memberinya kue atau sekedar uang receh.
Aku diberitahu oleh ibu penjual sayur
agar sedikit berhati-hati dengan yang laki-laki ini. Walau jarang terjadi,
namun kalau sedang kumat, ia bisa cukup mengganggu. Beda dengan si Nduk, yang
seringnya marah sambil ngomel-ngomel kalau ia merasa ada yang meledek dan mengganggunya.
Biasanya ia akan mengadu pada orang yang dikenalnya jika ada yang nakal padanya.
Pentingnya Mengenal Kesehatan Jiwa
Dikutip dari UU RI No. 18 Tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa, tertulis bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut mampu menyadari kemampuan dirinya sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
positif untuk komunitasnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan atau masalah pada kesehatan jiwa, di antaranya faktor biologis, faktor psikologis, faktor sosial budaya, dan faktor lingkungan. Faktor biologis bisa terjadi karena adanya gangguan pada fungsi otak, sistem endokrin, sensorik, genetik, dan faktor ibu selama masa kehamilan.
Sementara faktor psikologis meliputi pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan dalam hidup. Untuk faktor sosial budaya terkait dengan interaksi sosial, stratifikasi sosial, keluarga, perubahan sosial, serta sosial budaya itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan berupa tekanan dari lingkungan sekitar, dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif.
Bicara mengenai kesehatan jiwa atau
kesehatan mental itu tak melulu mengenai orang yang mengalami gangguan kejiwaan
dengan depresi berat, tapi juga meliputi gangguan kecemasan, stres, ketidakmampuan
mengontrol keinginan, OCD (Obsessive-Compulsive Disorder), bipolar, skizofrenia,
gangguan mood, hingga gangguan makan pun termasuk bagian dari masalah kesehatan
jiwa.
Sayangnya, angka penderita gangguan jiwa
atau mental di negara kita terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Data dari
Kemenkes RI menyebutkan bahwa sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami
gangguan mental. Ini menjadikan status Indonesia darurat kesehatan jiwa.
Ada tiga masalah yang menjadi dasar masih
tingginya gangguan mental di Indonesia, yaitu stigma masyarakat terhadap Orang
Dengan Gangguan Jiwa, lingkungan yang tidak ramah kesehatan jiwa, hingga
fenomena self-diagnosis yang banyak dilakukan kelompok remaja.
Sebenarnya masalah kesehatan jiwa ini dapat dicegah sejak dini, dengan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa ke fasilitas kesehatan terdekat, atau bisa juga secara mandiri dengan melakukan skrining kesehatan jiwa online dan gratis melalui website terpercaya, seperti website Kemenkes RI di simkeswa.kemkes.go.id/form_skrining.
Namun sayang, tingkat
kesadaran masyarakat untuk melakukan skrining kesehatan jiwa masih sangat rendah.
Selain stigma negatif masyarakat terhadap orang yang mengalami masalah
kejiwaan, juga karena adanya perasaan malu untuk melakukan pemeriksaan, merasa
diri sehat-sehat saja, hingga enggan tanpa alasan untuk melakukan pemeriksaan.
Padahal pemeriksaan fisik secara
menyeluruh (medical check-up) sama pentingnya dan harus diimbangi juga dengan
pemeriksaan kesehatan jiwa. Hal ini penting sebagai langkah preventif agar
terhindar dari penyakit atau masalah yang lebih besar lagi, yang tentunya membutuhkan
penanganan yang lebih serius, dengan biaya yang tak sedikit.
Pejuang bagi ODGJ di Riau
Bagi kamu yang sering nonton siaran televisi
atau video di YouTube, mungkin pernah mendengar tentang Pratiwi Noviyanthi atau
yang kerap disapa Novi. Ia adalah mantan pramugari yang banting setir jadi
YouTuber, dan kemudian viral karena aksinya menolong para ODGJ yang ditemuinya
di jalan.
dr. Pradipta Suarsyaf, Si Pejuang bagi ODGJ di Riau |
Ternyata selain Novi, masih ada
segelintir orang lainnya yang peduli akan nasib ODGJ. Orang tersebut adalah dr. Pradipta Suarsyaf, seorang tenaga kesehatan yang saat ini menjabat sebagai Direktur
Utama di Rumah Sakit Mata Achmad Wardi BWI-DD, Serang, Banten. Kisahnya memang
tak seviral Novi, namun dedikasinya untuk memperjuangkan nasib ODGJ patut mendapatkan
apresiasi.
Sebelum pindah ke Rumah Sakit Mata di
Banten, dr. Pradipta pernah menjabat sebagai Direktur Rumah Sakit Lancang
Kuning di Pekanbaru, Riau. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum milik swasta
(Yayasan Soebrantas, milik gubernur Riau saat itu) yang letaknya berdampingan
dengan RSUD Arifin Achmad.
RS Lancang Kuning di Pekanbaru, Riau |
Dulunya RS Lancang Kuning ini bernama
Paviliun Lancang Kuning, yang menawarkan fasilitas kesehatan elit di tengah
keterbatasan fasilitas RSUD di sana. Namanya baru berubah menjadi rumah sakit
sejak lokasinya dipindahkan di tahun 2005. Walaupun merupakan rumah sakit umum,
namun sejak awal berdirinya, yakni tahun 1997, RS Lancang Kuning sudah menerima
cukup banyak pasien dengan masalah kejiwaan.
Dari yang awalnya hanya menerima pasien
kejiwaan dengan rawat jalan, akhirnya diputuskan untuk menyediakan layanan rawat
inap juga. Dari 20 tempat tidur, sekarang bertambah menjadi 50 tempat tidur
yang khusus diperuntukkan bagi pasien kejiwaan dari total 105 tempat tidur yang
tersedia di rumah sakit tersebut.
Banyaknya jumlah kasus, dengan minimnya
tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang bisa memberikan layanan bagi orang
yang mengalami masalah kesehatan jiwa menjadi salah satu faktor mengapa persoalan
gangguan kejiwaan di Indonesia masih cukup tinggi. Keberadaan RS Lancang Kuning
sedikit banyak telah membantu mengurangi permasalahan tersebut.
Sejak manajemen RS Lancang Kuning diambil
alih oleh Dompet Dhuafa, cakupan layanan untuk pasien dengan masalah kejiwaan
makin meluas hingga ke masyarakat ekonomi lemah dan kaum dhuafa. Hal ini
menjadi dilema tersendiri bagi RS Lancang Kuning, karena terbatasnya tempat
tidur, sementara pasien yang antri terus bertambah.
Pasien ODGJ di RS Lancang Kuning |
Beberapa pasien bahkan tidak bisa kembali
pada keluarganya dengan berbagai alasan. Ada yang keluarganya tidak mau menerima
kembali si pasien dan memang sengaja ‘membuangnya’, dan ada pula yang atas keinginan
pasien itu sendiri, yang meminta untuk tidak dipulangkan, karena merasa kehadirannya
tidak akan diterima di lingkungan tempat tinggalnya dan hanya akan menjadi ‘sampah’
nantinya di luar sana. Sedangkan sisanya masih belum diketahui asal usulnya.
Kondisi ini tentunya membuat RS Lancang
Kuning Dompet Dhuafa bekerja keras untuk mencari donatur dalam upaya
menanggulangi biaya perawatan beberapa pasien yang masih belum bisa dipulangkan
tersebut. Di bawah kepemimpinan dr. Pradipta, RS Lancang Kuning DD akhirnya menginisiasi
hadirnya Program ODGJ Asuh.
ODGJ Asuh adalah upaya RS Lancang Kuning
DD dalam memberikan layanan kesehatan jiwa, sehingga pasien ODGJ di wilayah
Riau bisa mendapatkan akses layanan kesehatan jiwa yang komprehensif dan
berpihak pada kaum marjinal.
Dengan program ODGJ Asuh, RS Lancang
Kuning DD melakukan kerjasama dengan berbagai pihak berdasarkan skema aktif dan
pastisipasif, di antaranya dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, RSUD dan RSUS,
Puskesmas terkait, serta berkolaborasi dengan berbagai lembaga filantropi.
RS Lancang Kuning berkolaborasi dengan berbagai pihak |
Pelayanan yang diberikan dalam Program ODGJ
Asuh ini tak hanya di mulai sejak pasien datang ke rumah sakit saja, namun di mulai
dari pre-hospital, hospital, hingga post-hospital. Ini karena ada dua tujuan utama
dari kehadiran Program ODGJ Asuh tersebut, yakni pengentasan masalah pasien
ODGJ terkait permasalahan sosial dan juga permasalahan ekonominya. DIharapkan dengan
program ini, pasien tak akan menjadi beban bagi keluarganya saat dipulangkan
nanti.
“Saya berkomitmen terhadap
inovasi dan kolaborasi berkelanjutan, dan percaya bahwa ini adalah pilar layanan
kesehatan transformatif. Misi saya adalah menciptakan dampak sosial jangka
panjang dengan mengembangkan sistem layanan kesehatan berkelanjutan yang
meningkatkan taraf hidup, baik di Indonesia maupun secara global. Melalui
kepemimpinan strategis, saya bertujuan untuk memberikan kontribusi yang berarti
bagi masa depan layanan kesehatan dan ketahanan nasional.” – dr. Pradipta Suarsyah
Apresiasi untuk Si Pejuang bagi ODGJ
Komitmen serta perjuangan dr. Pradipta
bersama RS Lancang Kuning DD yang dipimpinnya dalam memberikan pelayanan kesehatan
jiwa yang terpadu melalui inisiatif Program ODGJ Asuh tentunya telah membantu
setiap individu yang mengalami gangguan kejiwaan untuk bangkit dan mandiri.
Dukungan yang diberikan secara komprehensif
terhadap pasien ODGJ di Riau telah membawa RS Lancang Kuning DD dan dr.
Pradipta ke sebuah ajang penghargaan bergengsi, yaitu SATU Indonesia Awards
2023 untuk kategori Individu di bidang Kesehatan. Sebuah apresiasi yang memang patut
diberikan untuk rumah sakit, dr. Pradipta beserta jajarannya. Selamat ya!
Gelaran penghargaan bergengsi Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023 |
For
your information, SATU Indonesia Awards merupakan bentuk apresiasi Astra
bagi anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan
berkelanjutan melalui bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan,
dan Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Sejak tahun 2010, Astra rutin menggelar ajang
penghargaan ini, dan setiap tahunnya selalu mengusung tema yang berbeda-beda.
Tahun ini dengan tema Bersama, Berkarya, Berkelanjutan, Astra ingin mengajak
seluruh anak bangsa untuk menyebarkan beragam karya dan berkontribusi positif
demi masa depan Indonesia yang berkelanjutan.
Semangat dr. Pradipta dalam memberikan
layanan secara menyeluruh kepada penderita ODGJ di Riau sesuai dengan Semangat
Astra Terpadu Untuk Indonesia atau SATU Indonesia, yang menjadi langkah nyata
Grup Astra untuk berperan aktif, serta memberikan kontribusi dalam meningkatkan
kualitas masyarakat Indonesia. Semoga semangat ini bisa menular pada insan lainnya
ya. dan juga menjadi inspirasi untuk bisa berbuat lebih bagi sesama.
Referensi:
Sumber data dan gambar: E-Booklet Penerima Apresiasi SATU
Indonesia Awards 2023, akun Instagram @dipsuarsyaf, linkedin.com/in/pradiptasuarsyaf,
riaupos.jawapos.com, rsmataachmadwardi.com, republika.co.id, medialokal.co, smarttourism.pekanbaru.go.id,
idxchannel.com, dan riaureview.com.
0 comments